Asal-Usul Nama Nunhila, Sebuah Legenda

PENDIDIKAN184 Dilihat

Berikut ini sebuah legenda tentang nama kelurahan Nunhila di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur yang ditulis dalam bahasa Belanda Dalam: De Timor-Bode, No. 68 Desember 1921)

Sumber Foto : http://wikimapia.org/11507759/id/Gereja-Nunhila

Diterjemahkan oleh: Pdt. Dr. Ebenhaier I Nuban Timo

Dimuat dalam buku: Kupang Punya Cerita. Fakultas Teologi UKSW Salatiga

Mau tahu asal-usul nama untuk kelurahan Nunhila, sebuah kampung di sekitar teluk Kupang dan desa Oebelo juga di sekitar teluk Kupang? Begini ceritanya, seperti yang dikisahkan orang-orang tua dulu kepada G.J.H. le Grand di Kupang.

Ini terjadi dulu sekali. Syukurlah masih ada orang yang ingat cerita itu. Peristiwa itu terjadi di Kupang. Waktu itu malam sangat indah, bulan purnama menerangi kawasan itu.

Baca Juga  Konsep Pempelajaran Responsif Gender

Orang-orang di Kupang berkumpul di lapangan dekat pantai. Mereka melakukan tarian kesayangannya, hering.


Ramai sekali dan penuh kenikmatan. Sambil menari mereka melagukan pantun-pantun yang indah.

Tiba-tiba di tengah-tengah mereka berdiri seorang pemuda, tinggi, ganteng dan berpenampilan rapih. Seorang raja muda yang mempesona. Dengan sopan dia minta izin untuk ikut dalam keramaian dan sukacita. Orang-orang terkejut, tetapi merasa bangga dengan kehadiran raja muda yang ganteng itu.

Mereka membuka barisan dan mempersilahkan si pemuda itu ikut melantai.

Aduh, orang-orang itu tidak tahu bahwa pemuda itu sebenarnya adalah seekor buaya yang menjelma jadi manusia. Karena tidak tahu mereka terus saja berdansa. Suasana tiba-tiba jadi kacau. Seseorang berteriak panik: “Mana Nona Mia?”

Baca Juga  TUHAN tidak Menciptakan Sampah! Potret Buram Pendidikan (Kita)

Para penari berhenti. Mereka melihat ke sana ke mari mencari Nona Mia. Tidak ada, pemuda ganteng tadi juga tidak ada lagi di sekitar mereka. Orang-orang berpencar mencari Nona Mia dan raja muda itu.

“Oh, coba lihat di sana. Seekor buaya. Coba lihat. Dia sedang merayap menuju ke pantai. Ayo, buaya itu harus ditangkap. Dialah yang berubah menjadi pemuda tadi dan menggoda Nona Mia untuk diajak pergi.” Mereka bergegas ke pantai. Tapi buaya itu lebih dahulu tiba di laut.

“Ahui. Nona hilang. Nona hilang. Nona hilang. Mereka hanya bisa melihat buaya itu berenang ke dalam laut. Mereka terus mencari di semua tempat bahkan sampai ke pantai. Ada yang pergi melihat di antara karang-karang di sekitar pantai. Tapi mereka tidak menemukan Nona Mia. Buaya itu juga tidak pernah muncul lagi malam itu.

Baca Juga  Berminat Jadi Guru? Yuk Daftar PPG Prajabatan Gelombang II


Sampai saat ini pantai yang dekat dengan benteng di mana buaya itu menghilang dinamakan “pantai raja muda.” Sedangkan kampung yang ada di dekat tempat pesta itu, hanya beberapa menit saja di arah barat Kupang, menerima nama yang unik: “Nona hilang” yang kemudian disatukan menjadi Nonhila. (De Timor-Bode, No. 68 Desember 1921).

Salam untuk saudara-saudari yang bermukin di Nunhila.

Sumber Tulisan : Laman Profil FB : Pdt. Eben Nuban Timo

Komentar