Tiga hari di Nusa Bungtilu, BOABLINGIN! (1)

INSPIRASI, KEBUDAYAAN297 Dilihat

Akhirnya, di usia saya yang ke tiga puluh enam, saya bisa naik kapal fery. Menumpangi kapal fery ini dalam rangka penyeberangan ke Pulau Semau (Nusa Bungtilu).

Saya, yang adalah salah satu guru pada SMA Negeri 2 Fatuleu Barat, ikut dalam rombongan sekolah, menyeberang ke Nusa Bungtilu dengan tujuan mengikuti kegitan Festival Lomba Seni Siswa Nasional di SMA Negeri 1 Semau Selatan, yang terselenggara mulai Kamis, 27 s.d Minggu 30 April 2023.

Di atas kapal fery

Perjalanan dari Rumah ke Pelabuhan penyeberangan di Desa Bolok memakan waktu sekira 2 jam, dengan sepeda motor, saya tiba di pelabuhan tepat pukul 06.00 WITA. Menyusul rombongan sekolah kami sebanyak 3 mobil pick up yang sudah lebih tahulu tiba di pelabuhan. Sepeda motor dititipkan pada seorang famili di sekitar pelabuhan. Kamipun mengantri masuk lambung kapal untuk segera berlayar. huraaaaa…akhirnya kita naik kapal fery.!

Ferry saat melaju di atas air laut

Antrian dan persiapan sebelum bertolak ke Nusa Bungtilu memakan waktu hampir 2 jam, kapal mulai bergerak di pukul 08 lebih 26 menit. Hanya butuh kurang lebih 12 menit untuk bersandar di Pelabuhan Hansisi di Nusa Bungtilu. Perjalan singkat, namun dari atas kapal itu, saya sempat berpikir, betapa hebatnya teknologi dan sistim yang dibangun, rangkaian kapal dari baja yang beratnya ribuan ton ini, bisa tidak tenggelam saat berada di perairan.

Baca Juga  Manfaat Lain dari MEMBACA yang Tak Kalah Penting

Ini tentang sistim yang dibangun. Kalau sistimnya dibuat jelas, jangankan di air, di udara pun, ada juga burung besi yang disistimi, dan bisa terbang dengan entengnya di udara.

Segala sesuatu jika sistim dan manajemennya jelas, akan jelas pula tujuannya dan tak mudah tenggelam. Bahkan tak mudah pula jika sengaja ditenggelamkan!.

Bisa kau bandingkan sebuah Kapal Fery yang beratnya sekitar 5.000 ton, dengan sebuah batu kerikil yang beratnya kurang dari 1 kg. Kita lemparkan kerikil itu ke dalam laut akan langsung tenggelam bukan?! Kerikil tak bersistim dan bermanajemen. Beda cerita dengan sebuah kapal atau perahu!

Pelabuhan Hansisi dari atas Kapal Fery

Oke. kita kembali ke pembahasan. perjalanan sepuluh menitan, di dalam kapal, kami tiba di pelabuhan Hansisi. Setelah beristirahat sebentar di Pelabuhan milik ASDP ini, rombongan segera berarak bergerak menuju tempat festival di Kecamatan Semau Selatan. Lokasi Dermaga fery berada di Utara Nusa Bungtilu. Dengan kondisi jalan yang cukup baik, hanya butuh waktu sekitar 30 menit kami sudah tiba di SMAN 1 Semau Selatan di Pahlelo, Desa Uiboa, Kecamatan Semau Selatan. Jaraknya sekitar 25 KM.

Jalan raya yang mulus….

Rombongan menunggu sebentar, kemudian dilanjutkan dengan penjemputan oleh tuan rumah (SMAN 1 Semau selatan) di halaman sekolah tersebut. Penjemputan dilakukan secara seremonial. Ada tarian dan juga syair adat. Syair adat di Nusa Bungtilu, sepintas mirip dengan Natoni / Basan di Pulau Timor, akan tetapi sedikit berbeda, karena di sini, ada dua kelompok penyair saling bersahutan. Satu kelompok penutur : terdiri dari dua orang, berdiri dari arah rombongan, dan kelompok penyair yang lain berdiri dari arah tuan rumah. Kedua Penyair adat ini, didampingi beberapa orang. Saat melantunkan syair, si Si Penyair ditopang pada bahu dan dipegang di tangan oleh salah satu pendamping. Syair-syair adat dilantunkan, sesekali yang saya dengar dan paham yaitu penyebutan kata : Mutis Tuan, Fatuleu Tuan, Mollo Tuan, Timau Tuan dan lainnnya. Salah Satu frasa baru yang saya dengar dan menghafalnya yakni : Boablingin Totoang : semacam ucapan salam dalam bahasa Helong / Bahasa Semau.

Baca Juga  Vanessa Angel dan “Kodrat Sosial” Yang Menyudutkan Wanita
PENUTURAN Syair adat saat penyambutan rombongan

Seremoni penerimaan rombongan selesai, panitia membacakan Nama Kepala Kelurga / yang empunya Rumah tempat setiap rombongan akan menginap selama tiga hari ke depan. Mulai Kamis 27 s.d Minggu 30 April 2023. Kami mendapat tempat penginapan tidak jauh dari lokasi lomba. Sekitar 100 meter, dan kami adalah rombongan yang menginap paling dekat dengan lokasi lomba. Bapak Yermias Bisilisin adalah Bapak Angkat kami romobongan SMAN 2 Fatuleu Barat, yang berjumlah 51 orang. Lokasi rumah Bapak Yermias tepat di depan pintu Gerbang SMPN 1 Semau Selatan.

Kembali ke penginapan, dan pada sore harinya dilanjutkan dengan upacara pembukaan festival di lapangan SMAN 1 Semau Selatan. Ada devile, setiap kontingan dijemput dari pintu gerbang, berjalan menuju lapangan upacara. Setelah semua kontingen didaulat ke lapangan, para pejabat yang hadir dijemput dengan tarian menuju tempat upacara.

Baca Juga  DOA YANG SINGKAT
Bapak Dupzet Beeh, Kepala SMAN 1 Semau Selatan

Rangkaian upacara diawali dengan laporan ketua Panitia, bapak Dupzet Beeh, Kepala SMAN 1 Semau Selatan, sekaligus ketua panitia, dalam laporannya beliau menyebutkan jenis-jenis lomba dalam festival ini diantaranya : ada lomba Gitar Solo, Tarian Solo, Vokal Solo Putra & Putri, Teater Monolog, Cipta Baca Puisi, Debat Bahasa Indonesia, Debat Bahasa Inggris, dan juga Paduan Suara.

Bapak Mat Beeh, sekretaris PKK NTT saat membuka kegiatan

Dilanjutkan dengan Sekapur Sirih dari Camat Semau Selatan (saya lupa catat nama beliau), dan Dibuka secara resmi oleh Ketua PKK Prov NTT, namun karena berhalangan, Ibu Julie Sutrisno Laiskodat, diwakili oleh Sekretaris Umum PKK NTT, Bapak Matias Beeh. Beliau mengetuk microphone sebanyak lima kali, pertanda dibukanya kegitan festival itu, sesudah membacakan sambutan tertulis Ibu Julie Sutrisno Laiskodat. Ada doa doa oleh Rohaniwan.

https://youtu.be/Qh5SyntUurc
Video Tarian yang spektakuler

Kegiatan pembukaan diakhiri dengan tarian dari Siswa-siswi SMAN 1 Semau Selatan. Tarian ini cukup memukau para hadirin. Sekitar 200 orang siswa/siswi terlibat dalam tarian yang dirangkai dengan pameran busana adat. Usai seremoni pembukaan, dilanjutkan dengan lomba gitar solo dan juga tari solo.

Bapak Yermias Bisilisin (berkacamata) Bapak Angkat Kami selama tiga hari di Semau Selatan
video penjemputan kontingen

bersambung……………ke part 2!

Tinggalkan Balasan