Berdoa di depan patung bukanlah berhala, karena:
- Berdoa di depan patung bukanlah penyembahan, namun penghormatan dulia-relatif, yang juga dicatat dalam Perjanjian Lama (lih. Bil 21: 8-9; Yos 7:6; 1 Raja 8:54).
- Allah tidak melarang umat-Nya membuat patung, asalkan patung tersbut tidak disembah dan dijadikan allah lain (lih. Kel 20: 3-5; Kel 25:1, 18-20; 1Taw 28: 18-19; 1 Raj 6: 23-35; Kol 1:15).
- Laranga penggambaran Diri Allah telah diperbaharui oleh penjelmaan Kristus: Kristus sendiri adalah gambaran yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15).
- Jemaat perdana di abad-abad awal telah membuat gambar dan patung Kristus, Bunda Maria, dan Santo-santa, sebagai sarana untuk mengarahkan hati kepada pribadi yang digambarkannya.
- Di sepanjang sejarah Gereja, gambar, patung, dan karya seni kekristenan mengarahkan hati dan pikiran umat kepada Allah, dan berguna sebagai sarana pengajaran.
Setelah seorang teman pendeta, namanya John Manampiring di Manado, pulang berziarah di Holly Land, orang peratama yang ia jumpai untuk bercitera adalah saya. Suatu sore ia datang dan minta waktu untuk berceritera. Ia katakan dengan bangganya bahwa di sepanajng ziarah itu mereka hanya bertemu dengan Gereja-gereja Katolik. Mereka berdoa di dalamnya. Gerejanya bagus-bagus. Patung-patungnya indah-indah. Namun pada kesempatan lain, ada seorang yang non-Katolik, tidak mau masuk ke dalam Gereja-gereja Katolik karena di dalamnya ada banyak sekali patung-patung. Benarkan demikian dan bagaimana menurut Gereja Katolik?
Umat Gereja Katolik tidak menyamakan patung denga berhala. Adanya patung atau gambar Kudus di dalam Gereja Katolik tidak untuk disembahsebagai allah lain – yang disebut berhala-tetapi hanya menjadi alat bantu untuk mengarahkan hati kepada Allah dan para kudus-Nya.
Salib-Crucifix, yaitu salib dengan patung Kristus tergantung di salib, bermaksud untuk mengingatkan kita akan besarnya kasih dan pengorbanan Kristus. Demikian juga patung-patung yang ditempatkan di sudut-sudut gereja, baik patung Yesus, Bunda Maria, ataupun panting Santo-santa bermaksud mengarahkan hati kita kepada pribadi yang digambarkannya.
Para orang Kudus tidak membelokkan penyembahan kita kepada Allah. Sebab, kepada Tuhan kita mengarahkan pujian, penyembahan, syukur, dan permohonan kita; namun kepada para orang kudus itu, kita memohon dukungan doa mereka.
Lilin yang kita nyalakan di depan patung itu melambangkan doa-doa kita yang naik ke surge, ke hadirat Allah yang dikelilingi oleh para orang kudus, yang bukan menjadi saingan Allah “rekan sekerja Allah” (1Kor 3:9), maka penghormatan kepada mereka bukanlah berhala. Sebab definisi menyembah berhala adalah menyembah allah lain di hadapan Allah (lih. Kel 20:23).
Dengan demikian, berdoa di depan patung-patung bukanlah penyembahan, namun penghormaan dusli-relatif. Jika umat Katolik meunjukkan sikap hormat di depan patung Tuhan Yesus, Bunda Maria, ataupun para orang kudus, karena umat Katolik menghormati pribadi yang digambarkan oleh patung tersebut.
Kita melihat contoh penghormatan dulia-relatif adalah sat Nabi Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat patung ulat dari tembaga di pasang di sebuah tiang, agar barangsiapa yang memandang patung itu akan tetap hidup walaupun dipagut ular (lih. Bil 21: 8-9),. Gambar ular tembaga yang ditinggikan di tiang kemudian diambil oleh Yesus, untuk menjadi gambar akan Diri-Nya sendiri, yang juga akan ditinggikan di kayu salib (lih. Yoh 3:14).
Penghormatan dulia-relatif lainnya yang dicatat dalam Kitab Suci, adalah ketika Tuhan menuruh Nabi Musa untuk membuat tabut perjanjian, dengan membuat patung malaikat 9kerup) untuk diletakkan di atas tutupnya (lih. Kel 37). Di dalam tabut itu diletakkan roti manna (kel 25:30), tongkat Harus (Bil 17:10), dan kedua loh batu sepuluh perintah Allah (Kel 25:16; Ibr 9: 4-5). Tabut perjanjian ini kemudian menyertai bangsa Israel sampai Tanah terjanji yang dipimpin oleh Yosua.
Tentu tabut itu bukan Tuhan, dan tentu yang dihormati bukan apa yang tampak, yaitu kota dengan patung malaikat (kerub) di atasnya. Namun yang dihormati adalah Allah yang dilambangkan dengan benda-benda yang ada di dalam tabut. Maka, Yosua dan tua-tua menyembah tabu perjanjian namun mereka tidak menyembah berhala. Allah tidak menghukum mereka karena sujud di depan tabut itu. Sebaliknya Allah menerima ungkapan tobat mereka, dan menyatakan kehendak-Nya tentang apa yang harus mereka perbuat terhadap akhan, yang melanggar perintah-Nya (lih. Yos 7).
Jadi, Alllah tidak melarang uamt-Nya membuat patung, asalkan patung itu tidak disembah dan dijadilan allaih lain. Selain itu, larangan penggambaran Diri Allah dalam Perjanjian Lama telah diperbaharui dalam Perjanjian Baru, oleh penjelmaan Kristus. Kristus sendiri adalah gambaran yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan. Pada Perjanjian Lama, Allah memang melarang patung, karena Ia sendiri belum menggambarkan Diri-Nya. Namun, kita ketahui bahwa kemudian Allah sendiri memperbaharui ajaran ini, dengan menggambarkan diri-Nya di dalam Kristus (lih. Kol 1:15). Karena penjelmaan Kristus, manusia memperoleh gambaran akan Allah yang tidak kelihatan. Oleh karena itu, penggambaran akan Kristus sejak abad awal sampai sekarang, bail dalam bentuk patung, lukisan, gambar, atau film atau salib kosong, tidak melanggar perintah Allah. Mengapa? Karena Allah telah terlebih dahulu menggambarkan Diri-Nya di dalam Kristus.