TARIAN BONET ATOIN METO Bagian 1

KEBUDAYAAN96 Dilihat

BONET ORANG  DAWAN

Pengantar.

Setiap pesta gembira atoin meto / orang dawan di jaman dahulu, selalu diramaikan dengan tarian lingkaran BONET, yang biasanya dilaksanakan pada malam hari.

Tarian Bonet di Desa Fatukopa Kab. TTS

Alunan suara pria dilatarbelakangi oleh suara halus para wanita, yang diapit oleh lelaki dari keluarga atau kenalannya, di tengah malam kelam menimbulkan suasana romantis, yang mengharukan hati setiap orang dawan yang mendengarnya dari kejauhan.

Suara-suara itu bagaikan deburan gelombang laut yang menghempas ke pantai.

Suara itu timbul tenggelam dalam kesenyapan dan lagi gemuruh penuh riak ombak dan gelombang yang susul-menyusul memecah di pantai yang berbatu, pun berpasir.

Di sana orang-orang Dawan akan menghabiskan waktu pada malam hari hingga siang tanpa tidur sekejappun.

Literatur tentang tarian ini hampir tidak sedikit, bahkan hampir tidak ada. Bapa Dominikus Nitsaè BA, pada tahun 1983/84 membuat sebuah analisa tentang BONET orang Dawan. Naskah pekerjaan itu bisa diperoleh di Perpustakaan Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Katolik Ledalero, Maumere, Flores.  

Pada tahun 1929 Pendeta Pieter Middelkoop mengarang sebuah artikel berjudul BONET (MNZ XXIII; 47-59) tentang kegiatan tersebut di wilayah di Put’ain, Timor Tengah Selatan.

Pendeta, yang juga penulis sangat kreatif ini, mengatakan bahwa “in dit ‘bonet’ flitsen zijn van de Timoreeschen geest, die uit het binneste der Atonis oplichten en daarom belangwekkend,“ (dalam bonet terpercik kecemerlangan budi / semangat orang Dawan yang paling dalam, karenanya menarik perhatian).

Bagi setiap orang yang bergerak dalam bidang pastoral parokial adalah sangat perlu mengenal pola hidup umat. Dalam pantun-pantun Bonet, kita menemukan getaran-getaran pikiran serta perasan jiwa dan budi orang Dawan umumnya.  

Baca Juga  Agama-agama dan Kekeringan di Pulau Timor

Kami sangat berterima kasih atas bantuan guru Petrus Ena, yang memahami seluk beluk bahasa Dawan.

Kumpulan bahan-bahan berupa ungkapan-ungkapan, yang adalah syair-syair mengenai bonet ini,  adalah hasil usahanya.

Kami hanya berusaha untuk melengkapinya dengan catatan-catatan tambahan berdasarkan pendapat dari berbagai pihak lainnya.

Arti kata bonet Dalam bahasa pergaulan, kata kerja  bo – en  berarti mengeliling, membagi. Kata itu sinonim dengan kata: nfun  atau nafùn. Misalnya:

Asu nboèn metan – anjing mengelilingi musang. „Tok tol bonet“ artinya duduk dalam bentuk lingkaran.

Bonet maksudnya membungkus atau dibungkus. Kata benda “bonet” dalam penggunaan seperti ini berarti tarian. „Bah tol bonet“ artinya membangun pagar dalam bentuk lingkaran.

Kata benda “bonet” artinya tarian atau menari dalam bentuk lingkaran. Untuk kata kerja membuat lingkaran seperti “bonet” dipakai kata-kata : salan-helin- silit sakut dll.  

Cara bonet

a. Sikap penari.
Penari berdiri berdampingan sambil bahu-membahu atau berpegangan tangan, bagi para pemula.

Ada paling kurang tiga cara. Makehen atau manehen adalah cara dipakai oleh orang Beunsila yang berasal dari daerah Oekusi.

Cara ini juga dipakai oleh kelompok masayarakat dari daerah lain. Misalnya bonet nitu di Maubesi. Cara lain ialah sambil berpegang tangan: matopu niman.

b. Gerak-gerik.

1. Bonet mnutu-baok kolo-hae mesa.

Penari mengangkat kaki ke kiri ke kanan sekali. Sesudah itu kaki kanan ke kiri sekali dan kaki kiri lagi ke kiri. Jadi 3 x 1.

2. Bonet naèk
Baok salan – baok haè mnanu atau bonet haè nua.

Kaki kiri ke kanan dua kali dan kaki kanan ke kiri sekali. Cara ini sekarang kurang dikenal dan kurang dipakai. Di daerah Amanatun masih terdapat beberapa cara bonet  lain dengan variasi cukup kaya.

Baca Juga  Mars GMIT Berkumandang Meriah, pada Malam Pentas Budaya GMIT Sion Camplong

c. Peserta-peserta bonet


Bonet merupakan tarian khas bagi pria, karena membutuhkan gerakan yang terkadang cukup keras.

Pada masa dahulu para wanita muda dan tua juga ikut, tetapi selalu berdekatan dengan pria yang berkeluarga dan terlebih yang masih berhubungan keluarga.

Sekarang wanita boleh memilih teman dan tempat sesuka hati. Para pastor-pastor pernah pada waktu-waktu dahulu melarang para wanita untuk ikut aktif dalam tarian tersebut.

Bagi kaum wanita ada bonet khusus yang bisa diikuti, dan jenis bonet itu biasanya disebut “boennitu”.

d. Jalannya bonet.


Beberapa orang membentuk sebuah lingkaran bulat yang sederhana sambil menyanyikan lagu bonet dengan syair yang menarik, sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian dan keikutsertaan aktif orang atau laki-laki lain.

Dalam keadaan seperti itu orang mengharapkan bahwa lingkaran akan segera ditutup, walaupun masih berukuran kecil.

Peserta yang ingin menggabungkan diri meminta tempat kepada mereka yang dikehendakinya. Bonet yang berhasil tidak boleh terlalu besar lingkarannya, agar syair bisa didengar, diikuti dan dinyanyikan oleh kelompoknya dengan baik dan lancar. 

Mulanya terdapat hanya satu kelompok. Tetapi ketika lingkaran semakin besar, kelompok secara automatis dibagi dua, yang terdiri dari kelompok penyanyi syair atau pantun dan kelompok penyanyi bait ulangan atau refren. Misalnya mereka akan mengulangi kalimat lagu berikut: Kolo nema kolo. Peserta lain juga mengulangi yang sama terus menerus kalimat lagu itu.

Baca Juga  Asal Usul Nama KUPANG

Contoh:
1. Kolo   ne ma   kolo,   tebes  kolo   koa.
    burung yang terbang ke arah kita adalah burung koak.
2. Matani  no’on on klaote  no’on.
    Daun kayu merah bentuknya seperti isi anak panah.
3. Pilu  besa  no-nok  et   noon  ma-mabe.
    Destar  penutup kepala juga turun  pada  sore  hari.
4. Bafkeun   kase   koa  kase maut he nem
    Biarkan  kayu asing  dan burung (teriakan) asing datang.
5. Umbe nkae on sene hanan
    Kicauan burung dara bagaikan bunyi  gong.
6. Umu nkae kakae natbok.
    Sambil berkicau burung dara itupun terbang meninggalkan tempatnya.
7. Hele le o he tuka nema bien.
    Ya, kami menanti jawaban dari pihak sebelah.

Setelah Kelompok pertama merasa sudah cukup memperdengarkan pantunnya, kesempatan diberikan kepada kelompok kedua untuk memperdengarkan pantunnya dengan mengulangi refren berikut ini, yang berarti ingin menyambung apa yang sudah dirintis:

Oko tuik ana on hen tuik man.
Tempat sirih yang kecil bisa ditukar.

Maksudnya kelompok pertama sudah selesai tugasnya dan kini menanyakan kesediaan kelompok kedua untuk mengambil alih tugas pembawa pantun atau syair.


Bonet biasanya dilangsungkan pada malam hari dan bahkan sepanjang malam hingga siang. Terbitnya matahari di ufuk Timur mengandung perintah untuk menghentikan tarian bonet dan mendesak peserta-peserta bonet untuk bergegas ke rumah untuk selanjutnya ke kebun atau bekerja.

Soè, 19 Juli 1978.
Alm. P. Vinzensius Lechovic, SVD.
Alm. P. Stefanus M i t e, SVD.

https://matatimor.com/tarian-bonet-atoin-meto-bagian-2/

Tinggalkan Balasan