MENGAPA  UMAT  KATOLIK MENYEMBAH MARIA?

BUNDA MARIA, RELIGI432 Dilihat

MENGAPA  UMAT  KATOLIK MENYEMBAH MARIA?
Oleh : RD. Anselmus Leu, Lich. Theol.

Pernahkan anda mendengar pertanyaan ini, “mengapa umat Katolik menyebah Maria?”  Pertanyaan semacam ini termasuk perptanyaan yang paling sering ditanyakan dan kami yakin, pertanyaan serupa sering diajukan dalam pembicaraan resmi ataupun tidak resmi, entah sambil minum kopi atau sekadar  omong-omong biasa, antara umat Katolik dengan teman-teman atau keluarga dari gereja Kristen non-Katolik. Sebagai orang Katolik kita harus berterimakah kepada saudara-saudari non-Katolik. Pertanyaan serupa itu, sesungguhnya juga memberikan kesadaran kepada kita, bahwa ada begitu banyak kesalahpahaman dari sadara-saudari kita yang non-Katolik terhadap ajaran Gereja Katolik, khususnya tentang Bunda Maria. Hal ini seharusnya memberi motivasi kepada kita, umat Katolik, untuk memahami ajaran Gereja Katolik tentang Bunda Maria secara benar, supaya dapat memberikan pertanggungjawaban iman dengan hormat dan lemah lembut kepada mereka yang menanyakannya (Lih 1 Ptr 3:15).

Orang Katolik tidak Menyembah MARIA!

                Mari kita kembali kep pertanyaan di atas: “Mengapa umat Katolik menyembah Maria?” Sebenarnya, pertanyaan ini sudah keliru sebab seolah sudah menganggap bahwa umat Katolik menyembah Maria, dan kemudian orang bertanya apa alasannya. Tetapi dalam kenyataannya, Umat Katolik tidak menyembah Bunda Maria, melainkan menghormatinya. Kami akan mencoba menjelaskannya  untuk menanggapi kesalahpahaman tersebut dengan menyampaikan dasar-dasarnya.

                Gereja Katolik tidak menyembah Bunda Maria, sebab Gereja memahami bahwa penyembahan hanya dapat ditujukan kepada Allah. Namun demikian, Gereja Katolik menghormati Bunda Maria secara istimewa, karena mengikuti Allah terlebih dahulu menghormatinya secara istimewa, dengan memilihnya sebagai ibu bagi Kristus manusia. Gereja Katolik menghormati Bunda Maria, juga karena menghargai  pemberian Kristus sendiri saat sebelum wafat-Nya di kayu salib. Dengan sisa-sisa kekuatan-Nya, Kristus memberikan Maria, ibu-Nya, kepada Rasul Yohanes, murid yang dikasihiNya (Lih Yoh 19: 26-27), yang mewakili seluruh uat beriman. Oleh karena itu, Gereja Katolik menerima Bunda Maria sebagai ibunya, sebagaimana  Rasul  Yohanes yang sejak saat itu, menerima Bunda Maria sebagai ibu di dalam rumahnya.

Baca Juga  Kotbah Katolik Minggu Paskah II | Kerahinan Ilahi

                Sehubungan dengan penghormatan kepada Bunda Maria, kita perlu memahami maksud devosi kepada Bunda Maia, agar kita dapat berdevosi dengan baik dan benar. Devosi adalah ungkapan kasih, karenanya tidak  bersifat mutlak dan mengikat. Jika dilakukan dengan baik dan benar, devosi dapat menumbuhkan iman, pengharapan, dan kasih kepada Tuhan. Hal ini tentu sangat baik bagi yang melakukannya. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, kita akan terdorong untuk mengikuti teladan hidupnya, yang menunjukkan kasih sepenuhnya kepada Tuhan. Keeratan kasihnya dengan Kristus mendorong Bunda Maria untuk membawa sesamanya kepada Kristus, agar mereka pun menerima belas kasih dan pertolongan dari puteranya itu (lih. Yoh 2:5)

Baca Juga  Uskup Amboina : Pertobatan Tanpa Perubahan Adalah Sia-Sia.

                Devosi  kepada Bunda Maria, tidak pernah berhenti hanya sampai kepadanya. Jika dulu semasa hidupnya, Bunda Maria membawa sesamanya kepada Kristus, apalagi kini, saat ia telah  bersatu dengan Kristus di Surga. Bunda Maria terlebih lagi mendukung kita semua dengan dosa-doanya, agar kita menerima belas kasih Tuhan, bertumbuh dalam ketaatan iman dan semakin dekat kepada Kristus. Devosi kepada Bunda Maria tidak mungkin menjauhkan kita dari Tuhan. Sebaliknya, dengan berdevosi kepada Bunda Maria, kita terdorong untuk mengasihi Kristus seperti Bunda Maria mengasihi Dia. Hati kita akan terarah kepada “perkara-perkara yang di atas” (Kol 3:1), sebab kita tahu bahwa jika kita taat dan setia beriman seperti  Bunda Maria, kita pun akan memperoleh penggenapan janji Kristus. Jika kita tahan uji sampai akhir, seperti Bunda Maria, kita pun akan menerima anugerah mahkota kehidupan kekal dan kebahagiaan abadi di Surga (lih. Yak 1:12; Wahyu 2:10).

Tinggalkan Balasan