MENGAPA UMAT KATOLIK BERDOA DENGAN PENGANTARAAN BUNDA MARIA  DAN  SANTO-SANTA?

RELIGI559 Dilihat

Berdoa dengan perantaraan Bunda Maria  dan para Santo-santa adalah hak semua anggota Tubuh Kristus, sebab kita semua telah disatukan di dalam Kristus. Petantaraan para orang kudus tidak mengurangi ataupun menyaingi  pengantaraan Kristus yang satu-satunya kepada Allah Bapa (1 Tim 2:5), malah sebaliknya, semakin mengukuhkannya. Prinsipnya adalah

1.Doa umat Katolik terutama ditujukan kepada Allah Bapa, namun dapat juga ditujukan kepada Yesus, ataupun kepada Roh Kudus, sebab ketiga Pribadi itu adalah Allah yang satu.

Doa yang ditujukan kepada Tuhan adalah penyembahan (latria). Sedangkan doa yang ditujukan kepada para orang Kudus atau malaikat adalah penghormatan (dulia), yang kepada mereka, kita mohon agar didoakan, atau kita mengajak mereka berdoa bersama kita (lih. Mzm 103:20; 148: 1-2).

2. Gereja mengajarkan kita umatnya untuk memohon dukungan doa dari Bunda Maria dan para orang kudus, sebab doa  sebab itulah pelayanan tertinggi mereka bagi rencana Allah.

3.Seluruh umat beriman dipanggil untuk saling mendoakan (lih. 1Tim 2: 1-2; Yak 5:16). Dengan mendoakan sesama, umat beriman mengambil bagian dalam peran pengantara Kristus yang satu-satunya itu kepada Allah (1Tim 2:5), dan bergantung dari peran pengantara Kristus itu.

4.Selain itu, dengan memohon dukungan doa para kudus, kita dapat terdorong untuk mengikuti ajaran mereka maupun teladan hidup mereka, sebab mereka merupakan ‘terjemahan’  Kristus yang hadir di sepanjang sejarah Gereja.

5.Doa orang benar besar kuasanya (yak 5:6)

6. Orang benar bukan saja masih hidup di dunia, tetapi juga yang telah dibenarkan Allah di Sorga (lih Yoh 11:25; dbk.Rm 8:11, Yoh 6:51, 58)

  • Bunda Maria dan para orang kudus telah memperoleh kehidupan kekal (lih Yoh 6:54, 11:25)
  • Kematian tidak memisahkan kita dari kasih Kristus (lih. Ef. 5:22-31; Rm 8:38-39); Mat 22:32; Yoh 11: 25).
  • Karena Kristus tetap bekerja, maka Bunda-Nya dan para orang kudus jugga tetap bekerja (1Tim 2:5; 1Yoh 2:1; 1Yoh 3:2; Why 5:8, 8: 3-4)

7.Memohon dukungan doa orang kudus bukanlah pemanggilan arwah yang dilarang dalam kitab suci (lih 1Sam28).

8. Kristus menghendaki kehormatan yang lebih besar bagi Mempelai-Nya yang tiada bercacat (lih. Ef 5:27), maka Ia melibatkan Gereja-Nya, secara khusus para orang kudus-Nya, untuk menguduskan umat manusia.

        Pada suatu saat, saya terima pertanyaan demikian, “Pacar saya yang Kristen protestan bertanya, “Kenapa umat Katolik harus selalu berdoa melalui Bunda Maria? Kalau kami berdoa langsung kepada Tuhan Yesus, bukan seperti kamu..”. Saya hampir emosi namun setelah menenangkan diri saya menjawab begini.

            Untuk menjawab pertanyaan ini dengan otak dingin dan hati yang damai, mari kita melihat apakah sebenarnya yang diajarkan oleh Gereja Katolik tentang hal perantaraan para kudus.

            Prinsipnya adalah, perantaraan orang kuudus tidak mengurangi ataupun menghalangi pengantaraan Kristus yang satu-satunya kepada Allah Bapa (1Tim 2:5), malah sebaliknya mengukuhkannya.

            Kita meminta paran orang Kudus, termasuk Bunda Maria untuk mendokan kita, sedangkan kepada Allah, kita menujukan doa-doa kita, yaitu, pujian, sembah, syukur dan permohonan. Atau secara sederhana kita memohon dengan berkata “kasihanilah kami”, atau “kabulkanlah doa kami”; sedangkan kepada para Kudus termasuk sta, Maria, kita minta dengan kata, “doakanlah kami”.

Doa umat Katolik terutama ditujukan kepada Allah Bapa, namun juga kepada Yesus, ataupun kepada Roh Kudus, karena ketiga Pribadi itu adalah Allah yang satu, (KGK 2680; 2670).  

Tentu kita dapat berdoa secara langsung kepada Allah Bapa seperti dalam doa yang diajarkan Yesus, yaitu doa Bapa Kami. Atau kita dapat pula menunjukan  doa kepada Tuhan ataupun kepada Allah Roh Kudus, sebab kedua Pribadi Allah itu sehakekat dengan Allah Bapa, dan ketiga pribadi itu adalah satu.

Baca Juga  Galeri Foto Penjemputan Diakon Klemens Laot, SDV - Oelbeba - Fatuleu

Karena di Surga Allah berada dalam kesatuan dengan para kudus-Nya, maka doa kita pun dapat ditujukan kepada para orang kudus, walapun tentu tidak dalam derajat penghormatan yang sama.

Doa yang ditujukan kepada Tuhan adalah dalam bentuk penyembahan latria, sedangkan doa yang ditujukan para kudus adalah bentuk penghormatan dulia, karena kita memohon kepada mereka agar didoakan atau kita mengajak mereka berdoa bersama kita (lih Mzm 103: 20; 148: 1-2).

Hal berdoa kepada Tuhan dalam kesatuan dengan para kdus-Nya, terlihat dalam ibadat yang tertinggi umat Katolik, yaitu Perayaan Ekaristi Kudus. Perayaan Ekaristi merupakan doa Gereja dalam kesatuan dengan Kristus, kepada Allah Bapa oleh Roh Kudus. 

            Dalam perayaan Ekaristi, umat Katolik berdoa kepada Allah  dengan memperingati karya Allah yang terbesar dan teragung, yaitu: Misteri Paskah Kristus, yang mendatangkan keselamatan bagi umat manusia.

            Dalam Perayaan Ekaristi, kita umat Katolik mendaraskan doa-doa yang ditujukan kepada Allah, seperti doa Bapak Kami, Kemuliaan, Aku Percaya, Doa syukur Agung, dan seterusnya. Namun, dalam perayaan Ekaristi kita juga memohon dukungan doa para kudus, agar Allah menerima pertobatan hati kita (Lihat doa Saya mengaku).

            Dalam Perayaan Ekaristi, kita juga berdoa dalam kesatuan dengan para kudus, saat menyerukan, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan…”

            Dengan demikian doa umat Katolik memang ditujukan kepada Allah, namun demikian, doa-doa kita juga ada dalam kesatuan dengan doa-doa para kudus, yaitu para malaikat, Bunda Allah, dan para orang Kudus di Surga, yang tak henti-hentinya mempersembahkan doa kepada Allah (why 5:8-3; 7: 9-12; 8: 3-4). Mereka adalah “banyak saksi, bagaikan awan yang mengeliling kita” (Ibr. 12:1).

            Kitab Mazmur mengajarkan agar kita mengajak para malaikat untuk berdoa bersama kita.  “Pujilah Tuhan, hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlalwan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya…” (Mzm 148:1-2). Jadi: Sabda Tuhan mengatakan kepada kita akan adanya doa-doa para malaikat dan orang kdus-Nya di Surga.

            Jangan  kita lupa, bahwa Kitab Suci mencatat tentang peran  permohonan Bunda Maria kepada Yesus, dalam kisah mukjizat pertama di pesta perkawinan di Kana (lih. Yoh 2: 1-11). Juga Bunda Maria berdoa bersama para rasul ketika menantikan Roh Kudus menjelang  Pentekosta (Kis 1:14). Disinilah terlihat peran Bunda Maria dalam perwujudan karya Allah. Oleh karena itu, Gereja tidak ragu-ragu untuk berdoa dalam persekutuan dalam persekutuan dengan Bunda Maria, sebab doa-doanya menyertai Gereja, seperti pada saat awal mula terbentuknya Gereja. Riwayat para santo-santa, banyak diantara mereka berdevosi sangat kuat kepada Bunda Maria selain berdevosi kepada Tuhan Yesus, misalnya st. Paus Yohanes Paulus II, mengambil moto dari penyerahan diri Bunda Maria kepada Allah  “Totus Tuus”, semuanya ini adalah milikmu.

Sama seperti kita dapat mendoakan sesama anggot Gereja di dunia ini (intesi Misa) untuk mendoakan kita, demikian pula, kita dapat memmohon kepada anggota-anggota Gereja di Surga untuk mendoakan kita.

            Mengingat begitu eratnya persekutuan para orang kudus dengan Allah, Gereja menganjurkan umatnya untuk memohon dukungan doa dari Bunda Maria dan para orang Kudus, sebab mereka mendukung pengantaraan Kristus untuk membawa doa-doa kita ke hadapan Allah Bapa. Para kudus telah memandang Allah di Surga, dan telah diberi “tanggungjawab dalam perkara yang besar” (Mat 25:21), yaitu untuk mendoakan kita semua yang masih bersiarah di dunia ini. Oleh Tuhan.

            Orang Kudus mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah dengan mendoakan kita. Maka para orang Kudus dan santo-santa bukan saingan Allah, namun mereka adalah sahabat Allah yang turut mendukung rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Oleh teladan hidup mereka kita terdorong untuk hidup kudus sesuai dengan  kehendak Tuhan bagi kita. Tuhan berkata “Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu” (1Tes 4:3)?

Baca Juga  Renungan Harian Katolik - Kamis 20 April 2023

            Sejalan dengan panggilan untuk hidup kudus, seluruh umat beriman    memohon dukungan doa dari para kudus agar mereka mendoakan kita semua dan seluruh dunia. Sebab Allah menghendaki keselamatan semua orang (lih. 1Tim 2:4).  Maka keselamatan bukan urusan “aku dengan Tuhan”, melainkan antara “aku, dan sesamaku, dengan Tuhan”. Jadi prinsip kasih yang mengikat kita sebagai sesama seiman.

            Para orang kudus turut mengambil bagian dalam peran pengantara Kristus yang satu-satunya itu, namun tidak menjadi setara dengan Dia. Jadi pengantara Kristus, tetaplah unik dan satu-satunya, namun pengantaraan Kristus, untuk menjadi kawan sekerja Allah (lih. 1Kor 3:9) dan menjadi utusan-utusan Allah (lih. 2Kor 5:20). Itulah sebabnya kalau kita menghadapi masalah dalam hidup ini, kita meminta kepada orang-orang yang kita kasihi untuk mendoakan kita. Jika kita melihat sanak saudara atau sahabat kita sedang menghadapi masalah, kita terdorong untuk juga mendoakan mereka. Jika kita yang masih ada di dunia ini terdorong untuk mendoakan sesama, betapa lebih sempurna mereka yang sudah berada di Surga mendoakan kita semua yang masih berziarah di dunia ini.

            Lagi pula, kita dapat belajar banyak dari para kudus untuk bertumbuh secara rohani. Sebab kita melihat kemiripan antara orang Kudus sepanjang masa dengan Yesus Kristus.  Paus Benedicktus XVI dalam salah satu homilinya mengatakan bahwa para kudus adalah “terjemahan Kristus”. Figur Yesus terlalu tinggi dan terlalu besar bagi kita. Maka Ia menyediakan “terjemahan-terjemahan”  agar dapat dijangkau. Untuk itu, st. Paulus mengatakan, “Jadilah peniruku, seperti aku meniru Kristus.

            Bunda Maria dan para Kudus di Surga adalah mereka yang jelas telah dibenarkan oleh Allah, dan oleh karena itu, doa mereka besar kuasanya (lih. Yak 5:16). Tuhan telah mempercayakan kepada mereka tugas untuk mendoakan kita, demi keselamatan kita. Besarlah kuasa doa mereka, bukan karena kuasa mereka sendiri, tetapi karena kuasa Kristus. Allah berkenan mengambulkan doa-doa mereka sebab doa-doa itu dipanjatkan dengan kasih yang sempurna. Kasih sempurna yang mereka miliki memungkinkan mereka mendoakan kita seperti mendoakan permohonan mereka sendiri. Itulah yang dilakukan oleh para Kudus di Surga.  Bukankah  Imam Onias dalam doanya melihat bahwa Nabi Yeremia berdoa bagi bangsanya (lih. 2Mak 15:14?).  Mungkin baik kita merenungkan perkataan Sto. Padre Pio, yang senantiasa berdoa bagi keselamatan anak-anak rohaninya, “Aku akan berdiri di gerbang Surga, dan aku tidak akan masuk sampai semua anak-anak rohaniku masuk ke dalamnya…”. (lih. Yoh. 14.3). “Dimana aku berada di situpun kamu berada”.

            Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci mengajarkan bahwa para kudus yang sudah meninggal, tidak mati, melainkan tetap hidup. Sebab yang mati dan terurai hanyalah tubuh mereka, tetapi jiwa mereka tetap hidup, karena itulah yang dijanjikan Kristus. “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati…” (Yoh 11: 25), bdk. Rm 8:11, Yoh 3:16; Yoh 6:58; Yoh 8:51).  “Mati” artinya tidak lagi hidup di dunia ini. Jadi, kematian maksudnya adalah kepertpisahan antara tubuh dan jiwa kita sebagai manusia.

            Dalam perikop tentang Roti Hidup di Injil Yohanes, disebutkan bahwa orang-orang beriman yang berada di Surga adalah orang-orang kudus yang hidup, karena Kristus, Sang Roti Hidup, telah memberi hidup kekal kepada mereka (lih. Yoh 6:54). Ya … para orang kudus itu adalah orang-orang yang tetap hidup – bahkan mungkin tetap jika dikatakan “lebih hidup” daripada kita yang di dunia sebab mereka telah memperoleh penggenapan janji kehidupan kekal dalam persatuan yang sempurna dengan Kristus, yang adalah Sang hidup (lih Yoh 14:6).

            Dengan adanya kehidupan kekal yang mempersatukan kita dengan Kristus, maka kematian tidak memisahkan kita dari kasih Kristus.  Kita tahu bahwa semua umat beriman adalah anggota Tubuh Kristus, dan Kristus sendiri adalah kepadanya (lih. Ef 5: 22-31). Setiap anggota Tubuh Kristus tidak terpisah satu sama lain, karena mempunyai Kepala yang satu dan sama, yaitu Kristus. Sebagai anggota Tubuh Kristus, yaitu Gereja, kita tergabung dengan anggota Gereja di Surga, dalam doa-doa kita, dan secara khusus dalam Perayaan Ekaristi.Jadi antara kita yang masih ada di dunia ini dan yang sudah meninggal dunia dan telah berada di dalam Kerajaan Surga terikat oleh kasih Kristus.

Baca Juga  Renungan Harian Katolik - Rabu 19 April 2023

            Ikatan kasih itu begitu kuat, sehingga tidak ada suatu kuasa pun yang mampu memisahkannya. Hal ini seperti telah dikatakan, “Baik maut maupu  hidup … tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada di dalam Kristus Yesus Tuhan kita” (Rm 8: 38-39). Dalam Kitab Suci tertulis, “…tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup” (mat 22:32). Dengan demikian para orang kudus adalah orang-orang ‘hidup’ yang telah sempurna dalam persekutuan kasih dengan Allah, dalam kehidupan kekal bersamaNya di Surga. Inilah yang memungkinkan Bunda Maria dan para orang kdus di Surga untuk turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah sampai akhir zaman.

            Demikianlah, karena Kristus tetap bekerja melanjutkan karya keselamatan, maka bunda-Nya dan pra kudus di Surga juga turut bekerja bersam dengan Dia. Bunda Maria dan para kudus di Surga adalah orang-orang yang telah diubah (1Kor 15:51) dan telah sempurna di dalam kasih dan kekudusan (lih. Ibr. 12:14). Mereka telah melihat Allah dalam  keadaan-Nya yang sesungguhnya dan menjadi serupa denganNya (lih. 1Yoh 3:2). Oleh karena itu, menjadi sulit dibayangkan jika Bunda Maria dan para kudus di Surga hanya berpangku tangan menikmati kebahagiaan surgawi, tanpa peduli bahwa Kristus sendiri terus bekerja sebaga pengantara (lih. 1Tim 2:5; 1Yoh 2:1).

            Dari prinsip yang telah dijabarkan di atas, kita dapat melihat bahwa sesungguhnya memohon dukungan doa kepada Bunda Maria dan para orang kdus bukanlah perbuatan menduakan Tuhan. Namun, mungkin ada sejumlah orang yang khawatir atau bahkan curiga, bahwa memohon dukungan doa dari para orang kudus adalah seperti pemanggilan arwah orang mati yang dikecam dalan kitab Perjanjian Lama (lih. 1Sam28). Memohon dukungan doa orang kudus bukanlah pemanggilan arwah yang dilarang oleh Sabda Tuhan sebab keduanya berbeda.      

            Permohonan doa orang kudus berbeda dengan kejadian Saul memanggil samuael (1Sam 28). Saul tidak memohon agar Samuel mendoakan dia – sebab jika demikian  itu baik – tetapi Saul memanggil arwah Samuel untuk mencari semacam bocoran informasi tentang hasil perptemuan yang akan terjadi. Dalam hal ini yang dicari Saul adalah semacam ramalan. Cara inilah yang dilarang oleh Allah. Karena dengan ingin mengetahui ramalan, sebenarnya seseorang tidak lagi menghormati Allah sebagai Sang Penyelemat Ilahi yang mengetahui segala sesuatu dan bahwa Allah menghendaki segala yang terbaik bagi umat-Nya. Sebaliknya, dengan memohon dukungan doa para orang Kudus, kita justru semakin bertumbuh dalam penghormatan  kita kepada Allah sang Penyelenggara  Ilahi dan kebijaksanaan-Nya, yang berkenan melibatkan para kdus-Nya dalam mewujudkan rencana keselamatan-Nya.

            Dengan demikian, benarlah bahwa Yesus Kristus sendirlah yang oleh karena wafat dan kebangkitan-Nya telah memperoleh segala rahmat untuk menebus dan menguduskan umat manusia. Namun, Ia tidak urung untuk melibatkan, atau bahkan menghendaki kerja sama anggota-anggota Tubuh-Nya, yaitu Gereja.

Komentar