APAKAH BUNDA MARIA PATUT DIHORMATI SECARA ISTIMEWA?

RELIGI192 Dilihat

APAKAH BUNDA MARIA, YANG HANYA MANUSIA BIASA, PATUT DIHORMATI SECARA ISTIMEWA?

Penghormatan Gereja Katolik kepada Bunda Maria didasarkan oleh sedikitnya empat alasan:

  1.  Allah telah lebih dahulu menghormati Maria dengan memilih menjadi ibu bagi Putera-Nya, Yesus Kristus (lih. Luk 1:28,35).
  2. Bunda Maria bekerja sama dengan rahmat Allah secara sempurna (lih. Luk 1:38).
  3. Gereja mengikuti teladan Kristus yang menghormati bunda-Nya (lih.Luk 2: 51-52)
  4. Gereja menghormati pesan Kristus yang terakhir, untuk menerima umat beriman (lih. Yoh 19: 26-27)

                Pada suatu kesempatan seseorang bertanya kepada saya, “Apa bedanya Bunda Maria dengan perempuan lain?”. Kalian orang Katolik membesar-besarkan Maria …”. Marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri, benarkah Bunda Maria tidak berbeda dengan perempuan lain? Benarkah kita umat Katolik “membesar-besarkan” Bunda Maria? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, mungkin kita perlu terlebih dahulu merenungkan pengandaian berikutnya, yaitu: Kalau Maria tidak ada bedanya dengan semua perempuan lain, mengapa Tuhan memilih dia dan bukan salah seorang putrid raja Herodes?

                Allah mempunyai rencana-Nya sendiri untuk menyelamatkan manusia. Ia mempersiapkan  rencana-Nya dengan baik. Kitab Suci memnceriterakan kepada kita tentang rencana Allah itu, secara bertahab sejak awal penciptaan dunia, sampai kepada penggenapannya di dalam Kristus Tuhan kita.

                Oleh karena bujukan dosa maka manusia pertama Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Sejak saat itu Allah telah mempunyai rencana untuk menghadirkan ‘seseorang’  yang akan mengalahkan Iblis (lih. Kej 3:15). Allah mempersiapkan suatu bangsa, yaitu bangsa Israel, untuk dijadikan bangsa pilihan-Nya, yang melaluinya rencana keselamatan-Nya dapat terwujud.

waktunya Allah mengutus putera-Nya sendiri,  yang akan lahir sebagai  Putera bangsa Israel, untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Untuk menggenapi rencana ini, Allah memilih seorang wanita, untuk mengandung dan melahirkan Putera-Nya di dunia. Memang Bunda Maria adalah seorang manusia biasa. Namun demikian, ia adalah seorang yang sangat istimewa, sebab Allah telah berkenan memilihnya untuk tugas yang sangat mulia ini. Demikianlah, Gereja Katolik menghormati Bunda Maria, pertama-tama karena Allah terlebih dahulu menghormatinya, dengan memilihnya untuk menjadi ibu bagi Putera-Nya, Yesus Kristus.

                Sepanjang hidup-Nya di dunia ini, Kristus pun menghormati Maria sebagi Ibu-Nya serta menyerahkan dia kepada kita umat beriman (lih. Yoh 19:26-27) agar menjadi ibu bagi kita.

Baca Juga  Renungan Harian Katolik - Rabu 19 April 2023

Pertama,Salam Malaikat Gabriel kepada Maria, “Salam, hai engkau yang dipenuhi rahmat …” (lih. Luk 1:28), menyatakan pernghormatan yang istimewa kepada Bunda Maria. Pertama, karena perkataan “Salam”, atau “hail” (chairo), bukan ungkapan salam biasa seperti kata ‘selamat pagi’. Kata ‘salam’/Hail” ini hanya muncul dalam Injil, sebagai salam penghormatan kepada Kristus (lih Mat 26: 49), 27:29; Mrk 15: 18; Yoh 19:3). Tentu penggunaan kata “salam/Hail” kepada Bunda Maria ini, tidak menyatakan kesetarannya dengan Kristus, namun kita mengetahui bahwa ucapan “salam” tersebut adalah ungkapan penghormatan yang istimewa.

                 Kedua, Tidak pernah ada satu tokoh manusia dalam Kitab Suci, entah dari Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru, yang diberi salam hormat oleh malaikat utusan Tuhan. Yang umum terjadi adalah sebaliknya: manusia menghormati malaikat seperti:

  • Abraham sujud sampai ke tanah untuk menghormati ketiga orang tamunya yang datang dengan menyampaikan perkataan janj Tuhan akan kelahiran anak laki-laki baginya (lih Kej 18:2, 10).
  • Yakub yang meminta malaikat itu  untuk memberkatinya (lih. Kej 32:26).
  • Tobit dan Tobia yang sujud di hadapan malaikat Rafael ketika mereka mengetahhui bahwa ia ternyata bukanlah salah seorang kerabat mereka, namun adalah malaikat yang diutus Tuhan (lih. Tob 12: 13-16).

Oleh karena itu jika malaikat Tuhan datang kepada Bunda Maria dan kemudian menghormatinya, tentu kita mengetahui bahwa Bunda Maria adalah seseorang yang sangat istimewa.

                Mengapa Bunda Maria Istimewa? Sebab melalui dia rencana Allah terlaksana. Betapa dan tak terpahaminya renca Allah itu, bahwa Ia memilih penjelmaan menjadi manusia sebagai cara untuk mendatangkan keselamatan bagi umat manusia. Allah sang Pencipta memilih seorang makluk ciptaan untuk mengandung dan melahirkan Kristus Putera-Nya, agar Ia dapat mengambil rupa manusia. Dalam surat kepada jemaat Ibrani tertulis bahwa ketika Yesus masuk ke dunia, Ia berkata:

                “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki, tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata; Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku” (Ibr 10: 5-7).

Baca Juga  Renungan Katolik Minggu 30/10/2022

                Yesus yang mengambil rupa manusia, memperoleh tubuh-Nya dari bunda Maria yang mengandung dan melahirkan-Nya. Dengan mengambil rupa tubuh manusia ini, Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh manusia. . Namun Ia juga tetap ALLaH, yang olehNya segala sesuatu diciptakan (lih. Yoh 1: 1-3) dan di dalamNya berdiam seluruh kepenuhan Allah (Kol 1:19).

                Ya… Bunda Maria adalah seorang manusia biasa, namun istimewa, karena ia mengandung Kristus yang di dalamNya berdiam secara jasmani seluruh “kepenuhan ke-Allah-an” yang sedemikian eratnya tidak pernah terjadi  sebelumnya. Tidak ada satu nabi atau nabiah yang pernah mengandung “kepenuhan ke-Allah-an”. Hanya Bunda Maria-lah satu-satunya manusia yang mengalami hal itu. Dengan mengandung Yesus, Bunda Maria disatukan sedemikian rupa dengan Allah sendiri, yaitu kesatuan dalam daging, darah, dan hidup. Inilah kesatuan yang paling erat yang mungkin terjadi antara manusia dengan Allah.

                Jika dikatakan makluk ciptaan dimuliakan sesuai dengan derajat persatuan dengan sang Pencipta, maka layaklah Bunda Maria dimuliakan di tingkat tertinggi di antara semua ciptaan yang lain. Oleh karena itu, tepatlah apa yang dikatakan oleh Bunda Maria dalam kidung Magnificat, “Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebutnya mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan besar kepadaku…” (Luk 1: 48-49).

                Keistimewaan Bunda Maria juga dapat kita lihat dari sisi ini: Kita sebagai manusia, tidak dapat memilih ibu yang mengandung dan melahirkan kita. (Seandainya dapat, tentu kita akan memilih seorang ibu yang paling baik, paling sempurna dalam segala hal untuk menjadi ibu kita). Namun hal ini lain bagi Allah. Ketika Allah memutuskan untuk mengutus Kristus Putera-Nya menjadi manusia, Ia memilih seorang wanita yang terbaik agar dapat melaksanakan rencanaNya. Wanita itu dipenuhi dengan rahmatNya agar menjadi kudus dan layak untuk tugas yang sangat istimewa ini.

                Dalam karya keselamatan Allah di sepanjang sejarah manusia, Allah telah memilih para nabi, para imam, para raja, para hakim, para rasul, dan para murid. Namun, namun  Allah hanya memilih satu orang wanita untuk menjadi Bunda yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan Putera-Nya. Wanita itu, yang dipilih Allah menurut kerelaan dan kebijaksanaan-Nya, adalah Bunda Maria. Jadi, Jika Allah telah lebih dahulu menghormati Bunda Maria dengan memilihnya untuk menjadi Bunda Putera-Nya, maka apakah yang menghalangi kita untuk juga menghormati Bunda Maria?

                Dengan seluruh ketaatannya, Bunda Maria bekerja sama dengan rahmat Allah secara sempurna. Pada waktu Allah mengutus Malaikat Gabriel untuk mengunjungi Bunda Maria dan menyampaikan Kabar Gembira, Allah tidak memaksanya untuk memberikan persetujuannya. Allah memberikan kesempatan kepada Maria untuk secara bebas menjawab panggilan menjadi Bunda Putera-Nya, yang akan disebut “Putera Allah yang Maha Tinggi” (Luk 1:32). Bunda Maria yang menerima kepenuhan rahmat Allah, menerima Sabda Allah yang disampaikan oleh malaikat itu, pertama di dalam hatinya, kemudian di dalam tubuhnya (Vatikan II, LG 53; St. Agustine, De Sancte Virigitate, III, 3: St. Leo The Great, Tractatus 21, de natale Domini, I: CCL, 138, 86). Dengan ketaatannya, Bunda Maria memberikan dri seutuhnya untuk penggenapan rencana Allah. Dengan penyerahannya yang total, Bunda Maria menjawab malaikat itu, “Sesungguhnya, aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk 1:38).

Baca Juga  Renungan Katolik Rabu Abu - Rabu 22 Februari 2023

                Selanjutnya, sebagaimana diajarkan oleh st. Paus Yohanes Paulus II, Kitab Suci menyatakan bahwa kesediaan Bunda Maria untuk mentaati kehendak Allah, bukan hanya terjadi sekali saja pada waktu ia menerima Kabar Gembira dari malaikat. Namun, Juga seterusnya di sepanjang hidupnya (lih. Luk 1: 46-55; 2:9, 35, 51; Yoh 2:5; 19:25).  St.Paus  Yohanes Paulus mengajarkan bahwa puncak penyerahan diri Bunda Maria terhadap kehendak Allah, dan puncak persatuannya dengan Kristus. Terjadi ketika ia menjawab “ya” dalam keheningan. Ketika ia berdiri di kaki salin Kristus (lih. Yoh 19:25). Bunda Maria menyaksikan dengan matanya sendiri, Puteranya yang menderita dan wafat denga cara yang demikian tragis.  Bunda Maria tetap setia menyertai Kristus sampai saat akhir, saat hampir semya murid-Nya meninggalkan Dia.                 Di kaki salib itu, Bunda Maria turut mempersembahkan Puteranya yang sangat dikasihinya kembali ke tangan Allah Bapa. Suatu ungukapan iman tanpa kata, “Terjadilah padaku menurut perkatann-Mua, ya Tuhan”. Lih Luk 1:38).

Tinggalkan Balasan