Kepercayaan Atoin Meto tentang Buaya

KEBUDAYAAN, SEJARAH57 Dilihat
Atoin Meto di Desa Fatukopa – TTS dalam Tarian Bonet

KEPERCAYAAN ORANG TIMOR TENTANG BUAYA  

Buaya adalah sejenis reptil yang telah dikenal luas di Indonesia.

Mungkin masyarakat Indonesia pada umumnya lebih cenderung menempatkan buaya dalam arti negatif.  Buaya sering menjadi representasi dari hal yang buruk, seperti rakus, angkuh, picik, dan sebagainya.

Ini dapat kita lihat dalam istilah bahasa indonesia yaitu “buaya darat”, “buaya lapar”, dan lain sebagainya.  

Namun, bagi orang Timor, penilaian akan hal ini sangatlah bertolak belakang dengan sistem kepercayaan orang timor.

Orang Timor menempatkan buaya sebagai simbol yang sangat istimewa, suatu lambang yang sangat dikeramatkan dan disembah.  

Sebagai bentuk penghormatan terhadap buaya, orang timor menaruh simbol dari figur buaya ini ke dalam ornamen dan perangkat budaya orang timor.

Simbol buaya terdapat pada anyaman daun lontar pada hiasan di dinding atau gerbang, tempat sirih-pinang (oko mama), tempat tembakau dan kapur (tiba’), pada motif tenunan, pada motif ukiran di kayu atau pahatan di batu, bahkan pada gambar tubuh atau tato.  

Baca Juga  The Name of Mount Sunu

Buaya sangatlah istimewa bagi orang timor, karena menurut mereka, buaya adalah representasi dari sosok yang menjadi penyelamat, pemberi dan penopang kehidupan,  bagi orang timor.

Buaya dianggap sebagai penguasa lautan, sungai, penyedia kesejukan, pemberi hujan untuk kesuburan dan kesejahteraan, singkatnya Buaya adalah penguasa air.  

Karena topografi Pulau Timor yang kering dan gersang ( pah meto), air menjadi kebutuhan hayati yang sangat hakiki dan sangat diperlukan dan diharapakan. 

Air menentukan hidup atau mati, kemakmuran atau kemelaratan. Oleh sebab itu, penyembahan terhadap buaya adalah sebuah keharusan apabila orang timor menginginkan kemakmuran, kesejahteraan dan kekayaan.

Buaya dianggap sebagai pemberi kerbau, sapi, kambing, ayam dan tenak lainya bagi orang timor, jadi dalam ritus agama suku dawan, buaya sering diberikan persembahan berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan binatang peliharaan lainnya sebagai bentuk ucapan syukur dan tanda penghormatan orang timor kepada sang penopang hidup.  

Baca Juga  UISNENO MNANU’ MA UISNEONPALA’

Buaya tidak hanya menjadi penopang bagi orang timor.

Ia bahkan memberi hidupnya sendiri untuk kelangsungan hidup orang timor.

Keyakinan ini tercermin di dalam mitologi yang tertanam pada orang timor.

Ada mitos orang timor yang menceritakan tentang asal-muasal terbentuknya pulau timor.

Pulau timor dipercaya sebagai jelmaan dari seekor buaya.

Diceritakan, ada seekor anak buaya sedang sekarat di suatu tempat yang jauh dari laut.

Kemudian datanglah seorang anak manusia menghampiri anak buaya itu, anak kecil itu merasa kasihan kepada anak buaya itu, lalu dibawanya anak buaya itu ke pantai.

Ketika anak buaya itu masuk ke laut, sekonyong-konyong naiklah air hingga menutupi daratan.

Melihat hidup anak itu terancam, sang buaya kemudian menaikan anak itu ke punggungnya dan berjanji akan melindungi anak itu dari segala ancaman. Waktu berlalu, sang buaya menjadi semakin tua dan lelah karena terlalu banyak beban di pundaknya oleh anak manusia tang telah berkebang biak.

Hingga saat hampir tiba ajalnya, sang buaya membiarkan  anak itu dan keturunannya tetap hidup di atas punggungnya, karena tidak ada daratan bagi mereka. Pesan dari sang buaya, anak manusia dan keturunannya itu boleh menikmati segala sesuatu yang ada di atas punggungnya dan segala sesuatu yang keluar dari tubuhnya.

Baca Juga  Tiga hari di Nusa Bungtilu, BOABLINGIN! (1)

Buaya itu pun mati dan berubah menjadi daratan yang kemudian dinamakan Timor. Karena mitos asal mula pulau timor dan praktek penyembahan orang timor terhadap sosok buaya ini, figur buaya muncul dengan sangat menonjol di kalangan orang timor dalam karya budaya orang timor sebagai bentuk ungkapan syukur orang timor.

Di dalam benak budayanya, orang timor memiliki cerita yang tersimpan indah tentang Sang Buaya.

Mereka mengenal Sang Buaya lewat mitologi dan kepercayaan agama suku mereka sebagai penopang kehidupan, air hidup yang membawa kesejukkan, dan sosok yang merelakan hidupnya demi kelangsungan hidup orang timor.

Sang buaya yang mau mati supaya orang timor yang seharusnya mati tetap hidup. (MATATIMOR)