HARI RAYA JUMAT AGUNG || INTISARI KHOTBAH RD. ANSEL LEU

BERITA106 Dilihat

Yes. 52: 13-53:12; Mzm. 31: 2.12-13.15-16.17.25; Ibr.  4: 14-16; 5: 7-9; Yoh. 18: 1-19:42

Salib Tanda Keselamatan

Bagi orang Yunani salib adalah lambang “kebodohan”. Sendangkan bagi Orang Yahudi Salib adalah “Batu sandungan”. Bagi orang Katolik “salib adalah tanda kemenangan”.

Yesus sebagai Hamba ALLAH “Diam”. Penginjil Markus menampilkan Yesus “Diam”  ketika dicium oleh Yudas di Taman Getsemani. Ia kelihatan “pasif”. Sama halnya ketika ditanya oleh Pilatus,  Yesus juga “Diam”. Ia “diam” di hadapan orang munafik. Yesus juga akan pasif dan diam bila kita munafik di hadapan-Nya.

Yesus tidak menolak penderitaan dan ALLAH Bapa juga tidak mau mengambil kembali penderitaan dengan “Mukjizat”. Yesus meminta, “Bapa Biarkanlah Piala ini berlalu dari pada-Ku, tetapi bukan karena kehendak-Ku”.  Orang banyak mengolok-olok Dia, “Kalau engkau  adalah  Putera ALLAH bebaskanlah diri-Mu”. Namun Yesus tetap “Diam”. Apakah Ia “diam”  karena Ia tidak dapat berdaya di hadapan para algoju? Tidak! Ia sebenarnya dapat berbuat apa saja. Karena Ke-ALLAH-an-Nya terselubung dan Kemanusiaan-Nya. Ia “diam”  karena “Kebenaran” dan “Keadilan” akan menang. Ia “diam” karena orang kuat di dalam diri-Nya. Ia Diam karena penderitaan dan kematian tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Nya. Apa gunanya melawan.

Baca Juga  Renungan Katolik Minggu 16 Oktober 2022
Rd. Ansel Leu – Pastor Paroki Sta. Helena Lili – Camplong – Keuskupan Agung Kupang

Maka kita juga tidak dapat meminta ALLAH untuk mengecualikan kita dari pencobaan. Kita juga banyak kali menggoda Tuhan untuk membebaskan kita dari pencobaan. Kita juga sering meminta kepada ALLAH Bapa untuk memenuhi keinginan kita. Yesus mengajari kita agar kita taat pada kehendak ALLAH dan percaya kepada ALLAH secara total. ALLAH akan mnyelenggarakan segala sesuatu kepada kita secara sempurna.

Baca Juga  Renungan Katolik Hari Raya Tubuh & Darah Kristus

Imam Agung merelakan Nyawa-Nya bagi banyak orang

Hamba ALLAH yang menderita sengsara yang ngeri.  Ia seperasaan dan sepenanggungan dengan manusia (Bacaan II” Ibr. 4:15). Ia dicoba  dalam segala hal, hanya ia tidak jatuh dalam pencobaan.  Ia sungguh turut merasakan kelelamahan kita secara manusiawi: Ia merasa sakit, ia merasa sedih, ia merasa ditinggalkan seorang diri dalam keadaan yang amat berat bahkan oleh sahabat-sahabat-Nya. Ia merasa takut menghadapi kematian. Namun Ia tetap taat. Kesetian-Nya bersaksi tentang kasih ALLAH itulah yang menjadi sumber keselamatan bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr. 5:9). Ia menyerahkan hidup-Nya secara total kepada ALLAH dan dengan demikian Ia juga menyelamatkan kita secara total dari dosa. Ia taat kepada ALLAH dan Ia menyelamatkan manusia.

Maka kita tidak perlu takut kehilangan nyawa kita, melainkan harus dengan gigih berjuang, tahan uji, tabah dalam kegagalan dan kekecewaan, karena berjuang bersama Tuhan, tidak akan dikecewakan. Barangsiapa menyelamatkan nyawanya di dunia ini, ia akan kehilangan nyawanya. Barangsiapa kehilangan nyawa-Nya karena Aku ia akan menyelamatkannya.

Baca Juga  Kadis Sosial Kab. Belu Serahkan Bantuan Kepada Korban Bajir di Desa Tasain-Raimanuk

Salib dan penderitaan adalah Ujian kesetiaan kepada kehendak ALLAH.

Santo Yohanes melihat salib dan sengsara sebagai jalan satu-satunya menuju kemuliaan. Kisah Sengsara mengungkapkan janji setia Kristus kepada ALLAH. Dari permenungannya tentang perjalanan Kristus dari  Bapa ke dunia, Yohanes menyimpulkan bahwa tidak ada kemuliaan tanpa salib dan penderitaan (Injil), tiada kebangkitan tanpa kematian.

Maka salib jangan dipandang sebagai malapetaka atau pengalaman kegagalan yang harus dihindari. Sebagaimana ALLAH menjadikan Kristus sebagai orang yang kesepian dan terbuang menjadi tanda kehidupan, demikian juga setiap orang beriman yang mengandalkan Kristus yang bersengsara dan wafat, tidak pernah ditinggalkan (Mzmur Tanggapan)