Hari ini kami dikunjungi orang besar. Ya begitulah kira-kira.
Pagi-pagi benar, tak seperti pagi-pagi sebelumnya. Hari ini saya bangun dan bergegas menuju sekolah setelah melakukan ritual pagi (berdoa mandi, dandan, sampai sarapan pagi). Ku pacu sepeda motor maticku menerobos udara pagi nan dingin. Kelurahan Camplong 1 – Desa Kuimasi – Desa Nunkurus – Desa Oelatimo – Desa Bipolo – Desa Oeteta – Desa Pariti – Desa Pantai Beringin – Desa Kalali – dan berakhir di Desa Poto lokasi SMA Negeri 2 Fatuleu Barat, tempat saya mengajar. Perjalanan melewati 9 desa di Kabupaten Kupang ini memakan waktu 1 jam 30 menit jika kecepatan rata-rata adalah 60 km, jika dengan sepeda motor trailku, saya hanya butuh 45 menit (sadis om..heheeheh). Semenjak ada pandemi dua tahun terakhir jarang sekali saya berkendara di pagi hari menuju sekolah yang jaraknya dari rumah sekitar 40-an km, sehingga pagi ini terasa agak lain karena harus bangun pagi-pagi.
Oke bos…kita kembali ke judul. Hari ini hari minggu. Sesuai informasi yang kami dapat, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur akan mengunjungi sekolah kami. Sebenarnya ini adalah kali ketiga kami “janjian” dengan orang besar itu. Iya. di Akhir bulan Juli lalu, Orang nomor satu di Dinas Pendidikan itu batal berkunjung karena ada agenda lain. “Perjanjian” itu kemudian diundur menjadi tanggal 7 Agustus, akan tetapi di tanggal itu juga “janjian” itu masih belum terealisasi karena lagi-lagi ada agenda lain.
Agenda Perkunjungan itu baru terealisasi di hari minggu tanggal 08 Agustus 2021. Selain sekolah kami, Kepala Dinas bersama rombongan jua akan mengunjungi dua sekolah lainnya.
Seperti biasanya, yang namanya dikunjungi oleh atasan, kami semua di sekolah baik kepala sekolah, guru-guru dan siswa, mempersiapkan segala sesuatu dengan senang hati untuk menanti kedatangan “orang besar” ke sekolah kami untuk yang pertama kali ini.
Sekitar pukul 08.30, rombongan tiba di lokasi sekolah, sebagai ungkapan selamat datang, pengalungan selendang Timor kami lakukan kepada Kepala Dinas, Bapak Linus Lusi, kepada Kepala Bidang Kebudayaan, dan kepada beberapa anggota rombongan. Pengalungan dilakukan sesudah dua lagu daerah kami persembahkan kepada para rombongan.
Iya. Kami sengaja menyambut dengan nyanyian, karena di sekolah kami ini, salah satu kegiatan ekstrakurikulernya adalah Paduan Suara.
Kegiatan selanjutnya dilakukan “lihat-lihat” keadaan fasilitas sekolah oleh Kepala Dinas, dimulai dari ruang kelas, ruangan laboratorium, ruangan Asrama yang sudah kami bangun secara swadaya dari partisipasi Orang Tua Peserta didik. Di Gedung asrama dengan ukuran 15 x 9 meter ini, kepala Dinas Linus Lusi, S.Pd.M.Pd, cukup lama berdiri dan berbincang-bincang dengan kepala SMA N 2 Fatuleu Barat, Bapak Ambrosius Jamon, S.Pd. Kepala Sekolah Ambros terus menguraikan tentang keadaan Sekolah yang dinahkodainya sejak tahun 2012 ini.
Kegiatan “lihat-lihat” itu kemudian berlanjut ke Lahan Sekolah / kebun sekolah yang telah ditanami 900-an rumpun pohon pisang (sebenarnya ada seribuan lebih rumpun pohon pohon pisang, jumlahnya berkurang karena tahun lalu lahan pisang itu terbakar). Kebun pisang ini pun membuat Kepala Dinas penasaran dan berjalan mendaki kebun pisang yang berbukit itu. Rombongan dan kami guru-guru pun ikut berjalan menuju puncak bukit. Di atas bukit, “orang besar” ini mulai menggali lebih jauh informasi tentang keberadaan ratusan pohon pisang ini. Lagi-lagi Kepala Sekolah terus memberikan penjelasan hingga kurang lebih 30 menit di atas bukit Oepao itu. Keberadaan Pohon-pohon pisang ini adalah hasil dari Program Sidik Jari yang dicanangkan oleh kepala Sekolah Ambros sejak menjadi pimpinan di sekolah ini. Setiap Warga Sekolah wajib menanam dua pohon pisang. Hasil panen perdana pisang yang ditanam boleh dibawa pulang oleh warga sekolah yang menanam, sedangkan hasil panen berikutnya menjadi milik sekolah.
Di Sana di atas bukit Oepao yang telah disulap menjadi Kebun Pisang ini ada masukan : Kebun ini akan lebih bagus jika ditata menjadi Kebun Wisata Pisang, dibuatkan Lopo, tangga naik dari kaki bukit menuju puncak.
Pemandangan di atas bukit Oepao yang merupakan lahan sekolah ini cukup memanjakan mata setiap yang berkunjung kesini. Sehingga usul dan masukan untuk meng-wisatakan kebun pisang ini perlu ditindaklanjuti oleh kami di sekolah, namun tentu butuh kerja sama dari berbagai pihak, terutama dalam hal anggaran. Sesuatu yang bagus dan maksimal tentu butuh anggaran bukan?
Oke, pokoknya kami mengiyakan, dan semoga di kali berikutnya bukit Oepao yang telah ditumbuhi ratusan rumpun pisang ini segera ditata lebih maksimal hingga boleh menjadi destinasi wisata kebun pisang (diaminkan ya). Kebun ini pun diubah namanya menjadi Kebun Pisang Restorasi (Pendidikan).
Pertemuan berlanjut dari atas bukit menuju ruangan kelas. Di dalam ruangan kelas yang ditata menjadi ruangan pertemuan ini, secara bergilir mulai dari Kepala SMA N 2 Fatuleu Barat, melaporkan keadaan di sekolah secara resmi di depan hadirin yang hadir, kemudian dilanjutkan dengan usul saran masukan dan motivasi dari Kepala Bidang Kebudayaan dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bapak Roby Ndun. (mohon maaf saya tidak sempat menanyakan gelar beliau)
Deklarasi VODA
Pertemuan berlanjut dengan arahan dari Kepala Dinas, Bapak Linus Lusi, S.Pd.,M.Pd., dalam arahannya itu, beliau mengapresiasi segala bentuk penyelenggaraan pendidikan di SMA N 2 Fatuleu Barat. Di hari itu juga Kepala Dinas Linus, mencanangkan sebuah program inovasi yang diberi nama VODA. Apa itu VODA? Vokasi Akademik. Vokasi berciri Sekolah Menengah Kejuruan masuk ke Sekolah Menengah Atas, dan Akademi itu Kultur Sekolah Menengah atas sebagai akademisnya. Pendeklarasian VODA ini merujuk pada Kebun Pisang yang telah diberi nama Kebun Pisang Restorasi sebagai role model.
oke…saya sudahi disini…..? kita akan bercerita lagi kalau nanti saya lagi punya mood untuk menulis..he he he…..
Perlu saudaraku ketahui bahwasannya Lokasi SMA Negeri 2 Fatuleu Barat ini di Desa Poto, Ibukota Kecamatan Fatuleu Barat. Kami masih belum dialiri listrik PLN, dan juga belum disentuh jaringan telepon maupun internet. Hingga tahun lalu Desa kami Desa Poto, setelah dikunjungi oleh Gubernur NTT, Bapak Viktor Laiskodat tanda-tanda pembangunan mulai nampak, dua Sungai yang selalu menjadi batu sandungan di musim penghujan telah mulai dikerjakan jembatannya. Listrik pun sudah mulai dikerjakan sampai di Desa tetangga, sementara signal pun KATANYA….sebentar lagi!.
Oke..main-mainlah ke sekolah kami. Kita bakar pisang saudaraku!
oh iya…..lupa satu….Gubernur NTT, Bapak Viktor Lasikodat, melalui Kepala Dinas,di hari itu juga, memberikan sumbangan berupa 100 sak semen kepada kami SMAN 2 Fatuleu Barat untuk boleh menopang pembangunan Asrama Siswa yang telah kami bangun secara swadaya itu……!
Jika ingin tahu tentang apa itu VODA…silakan simak video di bawah ini sampai selesai……ini video arahan Kepala Dinas di SMAN 2 Fatuleu Barat
terima kasih!.