Membangun Citra Diri yang Positif
Kita dibesarkan dalam kondisi yang lebih banyak menciptakan citra diri negatif. Hinaan, kritikan, cap, hukuman, tuntutan, kemarahan, dan rasa takut lebih banyak mewarnai proses pendidikan kita daripada pujian, dukungan, hadiah, penerimaan, sukacita, dan pengampunan.
Akibatnya, kita tidak mampu menghargai diri sendiri dan sekaligus tidak mampu menghargai orang lain. Dalam kubangan krisis harga diri tersebut, ungkapan “Tuhan tidak menciptakan Sampah” benar-benar menjadi pencerah untuk mampu keluar dari jebakan yang menjerat pertumbuhan kita.
Bagi saya, “Tuhan tidak Menciptakan Sampah” bukan sekadar kata-kata. Kalimat ini, kalau mau dibilang, adalah cara baru dalam membangun hubungan pergaulan dan hidup dengan orang lain. Saya melihat bahwa pribadi saya berharga. Saya melihat bahwa setiap pribadi itu berharga. Tidak ada lagi anak jahat, anak cacat, anak nakal, anak bodoh. Itu sih bagi saya… tapi gampang-gampang susah!
Kisah Thomas Edison: Dari Anak Sulit Menjadi Penemu Hebat
Kita sedang dan selalu menggunakan listrik. Listrik ini adalah penemuan Thomas Edison. Guru-guru mengecap dia sebagai anak yang “sulit dididik”. Ia nyaris tidak menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar, karena kenakalannya. Namun berkat ibunya yang selalu bersikap positif terhadap anaknya, menerima dia apa adanya, dan tekun memberi semangat, akhirnya potensi yang diabaikan oleh para guru tumbuh dan menghasilkan buah bagi kehidupan, menerangi dunia ini.
Jadi, ibundanya yakin bahwa “Tuhan tidak menciptakan Sampah” dalam pendidikan putranya. Ia percaya bahwa Tuhan menciptakan benih yang berharga bagi kehidupan. Tugasnya sebagai orangtua adalah membiarkan benih itu bertumbuh, dan merawatnya dengan sabar dan penuh cinta kasih.
Potret Buram Pendidikan Anak
Saya ajak kita sekalian untuk tetap memakai kacamata baru dengan merek “TTMS” – Tuhan Tidak Menciptakan Sampah – untuk melihat praktik pendidikan yang pernah anda sendiri dapatkan di sekolah hingga sekarang ini.