TIMOR: Nama & Identitas

BERITA124 Dilihat

(oleh Andreas Tefa Sa’U)

I.
                    De facto adalah bahwa ada banyak suku, yang mendiami pulau Timor, yang biasanya banyak disebut dengan berbagai nama berdasarkan pemahaman setiap orang dan lingkungan. Orang Timor memiliki struktur atau sistem kehidupan yang unik dan asli, yang berbeda-beda satu sama lain. Mereka juga memiliki sejarah terbentuknya kelompoknya masing-masing. Bertolak dari aspek – aspek atau unsur – unsur yang membentuk kebudayaan setiap etnis, diakui bahwa ada banyak perbedaan secara kualitatif. Sebut saja perbedaan bahasa, pola pikir, agama, nilai etis dan moral, hasil – hasil kreativitas dan ciptaan kelompok serta masih banyak lagi.

              Di daratan Timor, hidup dan berkembang berbagai kelompok etnis mulai dari Lospalos di Timor Lorosa’e sampai dengan ujung paling Barat pulau Timor. Di Timor Lorosa’e, hidup lebih dari dua puluhan kelompok etnis dengan bahasanya masing-masing, di mana strukturnya juga berbeda satu sama lain. Ada bahasa Dagada, Makasai, Kairai (Kairui), Galoli, Idate, Mambai, Waimaha, Tukudede dan Tetum, serta Vaikenu di Ambenu. Athur Capel menyebut bahasa – bahasa tersebut di atas sebagai bahasa yang paling banyak digunakan di Timor Lorosa’e, selain beberapa bahasa lainnya, yang tergolong kecil secara kuantitatif. Sementara itu di Timor bagian Barat terdapat tidak lebih dari lima etnis yang juga mempunyai bahasa, struktur dan kebiasaan-kebiasaannya yang berbeda satu sama lain. Ada bahasa Bunak dan Kemak di Belu Utara, bahasa Tetum di Belu Selatan dan bahasa Dawan (Timor – Barat), Kupang (Helong), Rote dan Sabu. Bahasa Dawan digunakan oleh hampir sebagian besar penduduk Timor bagian Barat, dengan variasi dialek dari wilayah ke wilayah. Misalnya bahasa Dawan dialek Insana sangat berbeda dengan bahasa Dawan dialek Eban dan Noemuti. Demikian juga halnya dengan bahasa Dawan dialek Amanatun berbeda dengan bahasa Dawan dialek Amanuban dan Amarasi. Variasi dialek dalam bahasa Dawan ini menjadi satu kekayaan budaya.

                   Dari segi bahasa Athur Capell memasukkan bahasa Rote ke dalam kelompok bahasa Dawan atau Timor – Barat. Perbandingan dilakukan antara beberapa bahasa di Timor seperti bahasa Kupang (Helon??), Timor Barat (Dawan), Vaikenu (Dawan), Tukudede, Tetum, Mambai, Galoli, Makasai, Waimaha dan Bunak. Menurutnya bahasa Tetum, Mambai, Tukudede, Galoli dan Idate dikelompokkan ke dalam kategori bahasa Indonesia atau Melanesia. Sementara itu kelompok bahasa bukan Indonesia atau Papua adalah bahasa Bunak, Makasai, Waimaha, Kairui (bdk. A. Capell. Peoples and Languages of Timor, dalam Oceania, no. XIV-XV / 1943 – 1945, 313 – 314). Dari semua itu dikatakan bahwa bahasa – bahasa di Timor termasuk dalam rumpun bawahan bahasa Melanesia(Helon, Rote, Dawan, Tetum, Mambai dan Galoli). Sementara itu bahasa Sabu (Sawu) bersama dengan bahasa – bahasa di Sumba, Sumbawadan Manggarai termasuk dalam kelompok atau rumpun bawahan bahasa Malayu. Kedua kelompok bawahan itu bernaung di bawah rumpun besar bahasa Austronesia.
II.
              Adabeberapa kemungkinan untuk menjelaskan nama atau sebutan Timor.
Pertama Timor diduga berasal dari kata bahasa Latin yang berarti: Ketakutan. Dalam kaitan dengan sebutan atau arti kata Timorini, maka diduga pula bahwa kelompok penduduk pertama yang bertemu dengan orang asing (Eropa) menunjukan rasa takut yang berlebihan, sehingga mereka tidak mampu menjawab pertanyaan pendatang tersebut tentang nama pulau mereka. Bertolak dari pengalaman tersebut, maka bisa saja terjadi bahwa orang asing itu memberi nama “timor” kepada penduduk pulau lari ketakutan ketika bertemu dengan mereka.
                      Kedua,ada sementara orang mengatakan bahwa nama sesungguhnya dari pulau ini bukan timor melainkan timur. Mengapa disebut timur? Dikatakan bahwa kata timur dalam salah satu bahasa asing mengandung pengertian “kuning” atau coklat. Misionaris Timor Pater Andreas Vroklage dalam bukunya Ethnograpie der Belu in Zentral-Timor  (bagian I hal. 3) mengatakan bahwa nama Timor mulanya berasal dari kata bahasa Tetun yakni Timur. Istilah itu dalam bahasa Indonesia dimengerti sebagai salah arah mata angin, dari mana matahari terbit . Namun menurut bahasa aslinya yang adalah bahasa Tetun, maka ungkapan timur artinya berwarna coklat. Dengan demikian timur tidak berarti pulau yang terletak di bagian paling Timur menurut arah mata angin, melainkan pulau yang tanahnya berwarna coklat atau kuning. Penduduknya sendiri dikatakan juga memiliki warna kulit coklat atau kuning. Karena itu orang Belu menggunakan ungkapan Rai Timur dengan maksud untuk menyebut atau pulau atau wilayah yang warna tanah kuning atau coklat, atau juga pulau di mana oran-orang berkulit  coklat atau kuning tinggal. Sementara bahasa Tetun untuk matahari terbit adalah Loro Sa´e, yang artinya bagian Timur.

                   Ketiga, masih berkaitan dengan nama dan sebutan Timur. Penggunaannya di sini berkaitan dengan letak geografis, yakni teerletak di belahan yang paling timur (bdk. Bickmore 1868, 112-125; Vroklage1952, 3; Sawu, Di Bawah Naungan Gunung Mutis. Ende 2004, 21). Nama ini terpaksa digunakan untuk menyebut pulau tersebut yang diduga belum mempunyai nama yang sesungguhnya. Nama ini kemudian menjadi terkenal di dalam berbagai tulisan Eropa, karena di pulau ini tumbuh dan berkembang tumbuhan cendana, yang kayunya sangat dicari oleh para pedagang dunia Eropa dan sebagian Asia (lht juga Carthaus. Die Insel Timor. Dalam GLOBUS. Bd. XCVIII16, tgl. 27 Oktober 1910, hal. 245).
Nama timur juga sering digunakan oleh orang-orang asli kalau mereka mengungkapkan identitasnya sebagai orang timor. Hal ini bisa dilihat dalam ungkapan berikut: ‘Hai atouen tiumre’ yang artinya: kami orang timur. Untuk pikiran ini kami memilih untuk menggunakan ungkapan pulau Timor bukan pulau Timur.
III.
                     Secara geografis dapat dikatakan bahwa semua orang yang lahir dan besar di daratan Timor serta yang berdomisili sementara di pulau Timor disebut orang Timor. Namun dalam tataran ini, orang Timor yang dimaksudkan (di sini) bukan orang Timor dalam arti singular tetapi harus dimengerti dalam arti plural atau bukan dalam arti homogen melainkan heterogen. Itu berarti, bahwa semua orang yang lahir atau yang tinggal di Timor disebut orang Timor.
                           Namun kalau kita hendak berbicara tentang orang Timor asli maka kriteria yang digunakan di sini adalah kriteria kekerabatan. Karena itu, mereka yang menikahi lelaki timor asli otomatis terhitung sebagai orang Timor. Pada di pihak lain, para kaum wanita, yang menikah dengan lelaki luar Timor otomatis terhitung ke dalam marga atau kekerabatan suaminya. Hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar etnis-etnis asli di Timor menganut sistem kekerabatan patriarkat, kecuali beberapa etnis yang menganut sistem kekerabatan matriarkat. 
                       Dengan mengacu pada dua kriteria di atas, maka dapat dikatakan bahwa kelompok etnis bukan orang Timor asli (berdasarkan aspek kekerabatan) adalah etnis-etnis dari pulau–pulau lain di Indonesia, yang tinggal dan bekerja di Timor. Pertanyaan lain adalah apakah etnis Rote dan Sabu bisa dimasukan dalam kategori orang Timor atau kategori bukan orang Timor? Dalam kenyataannya, sering orang Rote dan Sabu disebut sebagai orang Timor, kendatipun kedua kelompok itu sangat berbeda termasuk cara hidupnya. Alasannya adalah bahwa sesuai dengan salah satu cerita orang Timor, etnis Rote dan Sabu adalah saudara-saudara orang Timor. Dengan demikian maka budaya etnis Rote dan Sabu juga termasuk di dalam budaya etnis-etnis di Timor.   
IV.
                   Ada dua kemungkinan yang bisa diberikan untuk menjawabi pertanyaan di atas yakni ya dan tidak. Diakui bahwa ada kebudayaan Timor berdasarkan latar belakang geografis-demografis, di mana terdapat banyak etnis lain dari luar pulau Timor yang tinggal, berkembang, beranak-cucu di pulau tersebut. Mereka itu dikategorikan sebagai orang yang berkebudayaan Timor. Kenyataan dan kesatuan geografis inilah bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengakui keberadaan sebuah ‘budaya atau kebudayaan Timor’. Selebihnya tidak ditemukan alasan yang mendasar untuk itu. Jadi tidak ada kebudayaan Timor sebagai satu kesatuan yang homogen, dalam arti singular.
                   Ditinjau dari berbagai aspek lainnya, justru atribut kebudayaan Timor tidak bisa diterima sebagai sebuah sebutan untuk satu kesatuan tunggal atau singular. Alasannya adalah bahwa di daratan Timor seluruhnya terdapat berbagai macam etnis dengan budaya  masing – masing yang sangat berbeda dan unik. Penelitian antropologi ragawi membenarkan hal ini. Yang ada adalah kebudayaan-kebudayaan dari berbagai etnis yang ada di pulau Timor, yang berkembang dan dikenal secara luas, yang berbeda secara kuantitatif maupun kualitatif. De facto tidak ada kebudayaan Timor sebagai satu keutuhan sampai sekarang. Karena itu, istilah kebudayaan Timor tidak cocok dan tidak benar (belum pantas) untuk digunakan dalam forum-forum resmi bertemakan sosial budaya, politik, religius.
Sebuah kesimpulan sementara bisa diambil bahwa hanya ada kebudayaan-kebudayaan dari berbagai etnis yang ada di tanah Timor yang tersebar dari Lospalos di Timor Lorosa’e sampai ujung paling Barat Kupang dan pulau-pulaunya, yang dikatakan sebagai budaya-budaya Timor. Karena itu rasanya janggal dan tidak benar, ketika orang mengatakan bahwa suatu aktivitas ketrampilan budaya dan kesenian adalah kekayaan atau aset budaya atau kebudayaan Timor. Dalam kenyataannya aktivitas itu hanyalah salah satu aspek budaya dari etnis tertentu yang ada di Timor. Kita mengambil contoh: tarian Likurai sebagai aset budaya Timor, justru mewakili etnis Tetum dan yang berkeluarga dengannya, yang ada di Timor bagian Barat, yang tidak dimiliki atau diketahui secara baik oleh semua etnis di Timor. Hal yang sama berlaku juga untuk tarian Bonet yang ada dan dikenal dalam masyarakat Dawan. Tarian itu dalam kenyataan adalah aset budaya dari etnis Dawan.
V.
                 Secara praktis sesuai dengan penglihatan manusia, nampak bahwa pulau Timor, atau pulau yang dikatakan tanahnya berwarna coklat dan kulit badan para penduduknya juga berwarna yang sama itu adalah pulau yang gersang, kering, berbatu-batu, khususnya berbatu kapur, dan tidak mempunyai apa-apa yang bisa dibanggakan atau dijual ke luar daerah apalagi ke luar negeri. Yang ada di atas tanah “timur” itu adaah sejumlah jenis pohon, yang ditemukan hidup di seluruh pulau tersebut.
Menurut penelitian para ahli dari berbagai ilmu pengetahuan ditemukan berbagai jenis mineralien dan batu mulia di dalam kandungan ibu pertiwi Timor itu. Yang nyata terlihat di atas tanah adalah bukit-bukit batu karang yang hampir tidak terdapat tumbuhan di atasnya. Dan bukit-bukit batu itu adalah bahan baku yang membungkus marmer beberapa warna di dalamnya, yang membutuhkan saja eksploitasi dan pengolahan selanjutnya. Selain dari pada itu ada juga kandungan bahan mineralien lainnya dalam kadar yang berbeda secara kualitatif dan kuantitatif (lht. Fiedler. Die Insel Timor. 1929, hal. 14-19).  
Dari segi fauna dan flora pulau Timor juga memiliki kekhasannya tersendiri. Ada jenis rusa tertentu, yanghanya ditemukan di daratan Timor saja. Ada juga jenis pohon-pohon mulia yang hanya bisa tumbuh di pulau coklat tersebut. Misalnya pohon cendana, yang telah mengharumkan dan memperkenalkan nama pulau yang satu ini kepada dunia internasional, walaupun kenyataan sekarang hampir menyisakan hanya sebuah sejarah ata cerita dongeng. Patut juga disayangkan bahwa ada jenis unggas yang dulu banyak ditemukan di Tinmor, namun karena ulah manusia, maka jenis unggas kakatua punah dari Timor.
VI.
               Orang  Timor juga menulis sejarahnya tersendiri sebagai kelompok penghuni sebuah pulau yang juga memiliki keunikannya. Pada suatu saat mereka pernah memperjuangkan kebersamaan hak mereka yakni hak untuk merdeka dan menentukan nasib sendiri. Paling kurang sejak abad ke-13 secara sporadis dan juga secara bersama terorganisir sudah berjuang untuk mengalami hal ini, kendati mereka harus tetap realistis dengan situasi yang tetap belum berpihak pada mereka. Ada banyak catatan sejarah dari setiap kelompok etnis pada setiap wilayah penghuni pulau untuk mendapatkan kebebasan bahkan kemerdekaan sosial budaya dan politis.
                Catatan sejarah terkini bagi wilayah paling Timur pulau Timor, yang telah menuai hasil perjuangan mereka untuk mencapai kemerdekaan sosial budaya dan sosial politis. Apapun dan bagaimanapun masa depan yang sekarang mereka alami dan hidupi, pengalaman kebebasan dan kemerdekaan merupakan pemenuhan sebuah perjuangan yang telah menghabiskan waktu dan tenaga ratusan tahun. Banyak orang telah mengorbankan diri demi tujuan tersebut. 
                  Kini yang tersisa bagi mereka adalah usaha untuk memberikan isi dan makna kepada kemerdekaan  yang telah dialami berdasarkan banyak kemungkinan yang ditawarkan kepada mereka, yang membutuhkan banyak pengorbanan fisik dan mental, spiritual dan sebagainya. Pengalaman kemerderkaan yang dihidupi sekarang juga memberikan porsi kepercayaan yang lebih besar bagi setiap orang Timor sebagai pribadi dan terlebih sebagai kelompok etnis-etnis. Apapun keadaan yang sedang berkembang di bumi Timor bagian timur itu, ini adalah satu kenyataan sejarah, yang sudah dicatat di dalam sejarah dunia.
                    Secara umum diakui bahwa orang Timor umumnya bukanlah orang yang tekun dan ulet dalam berjuang, baik sebagai kelompok etnis-etnis maupun sebagai pribadi. Sikap hidup yang masih melekat kuat di dalam diri orang-orang Timor adalah puas dengan apa yang telah diperolehnya. Dari sikap itu orang beranggapan bahwa itulah ukuran kemampuannya sebagai manusia. Sebagai kelompok orang Timor, bila dia tetap tinggal di dalam daerah atau wilayah Pulau Timor, maka dia secara sadar ataupun tak sadar sangat dipengaruhi oleh sikap di atas. Karena itu orang akan berusaha juga untuk menerima diri dan realistis dengan apa yang dihasilkan atau diperolehnya.  Berapa banyak orang Timor yang sungguh berhasil di dalam wilayah Pulau Timor?  Hampir tidak ada yang sangat menonjol. Semua sama di mana-mana.
Namun bila orang Timor itu keluar dari tanah airnya dan berjuang untuk hidup di tanah orang lain, dia dibilang bisa berhasil, bahkan ada yang berhasil sekali. Tidak banyak orang yang bisa disebutkan, tetapi satu dua orang bisa disebut untuk itu, yang bisa menjadi orang baik dan berhasil dalam hidup dan karyanya. 

Baca Juga  Menanam Simbolis Tomat di Kefamenanu, Uskup Atambua : Sebagai Bagian dari Solusi Pencegahan & Pengendalian stunting.

Komentar