Surat Gembala Natal 2024 Uskup Agung Kupang

Surat Gembala Natal 2024 Uskup Agung Kupang

Ia mengajak kita untuk mengikuti Dia di sepanjang jalan kerendahan hati, kemiskinan, dan penyangkalan diri yang membawa kita dari palungan Bethlehem menuju salib. Ia meminta kita untuk bertemu dengan-Nya dan melayani-Nya dengan menunjukkan belas kasihan kepada saudara-saudara kita yang paling membutuhkan (bdk. Mat 25:31-46).

Selain palungan Natal, ada juga beberapa elemen lain berkaitan dengan adegan kelahiran Yesus. Pertama, ada latar belakang langit yang dipenuhi bintang, dibalut dalam kegelapan dan keheningan malam. Secara simbolis, latar belakang ini ingin menggambarkan situasi hidup kita. Ada saat-saat dalam hidup ketika kita mengalami kegelapan malam.

Namun bahkan pada saat-saat gelap seperti itu, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dialah Cahaya Bintang Sejati yang menerangi lorong-lorong gelap hidup kita. Dia senantiasa hadir untuk menjawab pertanyaanpertanyaan penting tentang makna hidup kita. Siapakah saya? Dari mana saya berasal? Mengapa saya dilahirkan pada waktu tertentu dalam sejarah? Mengapa saya mencintai? Mengapa saya menderita? Mengapa saya akan mati? Tuhan menjadi manusia untuk menjawab pertanyaanpertanyaan ini. Kedekatan-Nya membawa cahaya di mana ada kegelapan dan menunjukkan jalan kepada mereka yang tinggal dalam bayang-bayang maut (bdk. Luk 1:79). Kedua, ada reruntuhan rumah atau bangunan kuno, yang dalam beberapa kasus menggantikan kandang Bethlehem dan menjadi tempat tinggal bagi Keluarga Kudus. Reruntuhan ini menjadi simbol nyata dari segala sesuatu yang fana, yang niscaya akan berlalu, runtuh, hancur, membusuk, dan mengecewakan.

Baca Juga  Sukacita & tangis Haru Umat Stasi Oelbeba Sambut Diakon Baru Klemens Laot, SDV

Yesuslah satu-satunya sosok pembawa pembaruan di tengah-tengah dunia yang semakin menua. Dia datang untuk menyembuhkan dan membangun kembali, untuk memulihkan serta mengembalikan dunia dan hidup kita ke kemuliaannya yang asali. Ketiga, ada gunung, aliran sungai, kawanan domba, dan para gembala, yang mengingatkan kita akan sabda para nabi, bahwa seluruh ciptaan akan bersukacita menyambut kedatangan Mesias. Keempat, ada para Malaikat dan bintang penuntun yang merupakan tanda bahwa kita juga dipanggil untuk berangkat menuju kandang Betlehem dan menyembah Tuhan. Kelima, ada sosok-sosok simbolis dan paradoksal dalam diri Herodes dan para Majus dari Timur. Yang satu, yakni Herodes, adalah simbol dan representasi manusia egois, ambisius, serakah, haus akan kekuasaan, dan yang karena itu juga, menjadi tuli dan buta terhadap kabar sukacita.

Baca Juga  TIMOR: Nama & Identitas

Sebaliknya para Majus dari Timur, adalah orangorang bijak bestari yang senantiasa lapar dan haus akan Yang Tak Terbatas, yang memulai perjalanan panjang dan penuh risiko oleh tuntunan Cahaya Bintang menuju ke Betlehem (Bdk. Mat 2:1-12). Sukacita besar menyelimuti mereka di hadapan Raja Bayi itu. Berkat perjumpaan itu, mereka memahami bahwa Tuhan yang dengan kebijaksanaan-Nya yang berdaulat menuntun perjalanan bintang-bintang, juga menuntun perjalanan sejarah, meruntuhkan yang kuat dan congkak, serta mengangkat yang lemah dan rendah. Setelah kembali, mereka pun memberitahukan kepada orang lain tentang pertemuan menakjubkan dengan Mesias. Dengan demikian, dimulailah penyebaran Injil di antara bangsa-bangsa.

Saudara-saudari yang terkasih, Sebagaimana para Majus dan juga para gembala, kita pun sebagai satu kawanan umat Allah dipanggil untuk berjalan bersama menjumpai Bayi Yesus, sang Cahaya Sejati, pembawa terang dan harapan di tengah-tengah bayang-bayang kegelapan, keputusasaan, dan ketidakpastian hidup. Perjumpaan sejati dan tulus dengan sang Bayi Yesus menyadarkan kita bahwasanya Allah senantiasa berkarya meluncurkan revolusi cinta dan kelembutan yang memberikan harapan dan martabat bagi orang-orang kecil, lemah, miskin, terpinggirkan, terbuang dan difabel.

Baca Juga  a Love Story by : Amelia Q

Perjumpaan itu juga mengajarkan kita tentang bagaimana menghayati serta menghidupi iman dalam tindakan bela rasa dan belas kasih kepada mereka yang miskin, terpinggirkan, terbuang, dan kehilangan harapan, sebagai jalan menuju dunia yang lebih manusiawi dan penuh persaudaraan.

Di tengah-tengah situasi nyata kehidupankita dewasa ini yang masih terus dibayang-bayangi aneka persoala berupa primordialisme, intoleransi, fanatisme picik, korupsi, ketidakadilan, kemiskinan, stunting, pengangguran, perdagangan manusia, judi dan pinjaman online, penyebaran berita-berita bohong yang menyesatkan, mengadu-domba dan memecah-belah, serta kerusakan lingkungan hidup, kita dipanggil untuk berjalan bersama dan membangun sinergi dengan semua umat beragama, pemerintah, dan segenap elemen bangsa, demi menghadirkan sukacita, keadilan, perdamaian, dan kesejahteraan bagi semua orang.