FLS2N SMA di Amfoang Timur || Bagian 1

Kita awali dengan penafian (disklaimer) atau apalah. Kira-kira namanya aturan main dari tulisan ini. Yaitu : Ini bukan produk berita! Ini cerita dari sudut pandang saya. semua disajikan secara saya. Kalau ada kesalahan penyebutan nama tempat dan lain sebagainya, kasi koreksi ya!

Oke!. Perjalanan menuju Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, menjadi tema dari tulisan kita, dan menjadi sebuah cerita panjang wakwkawka.

Kami dari SMAN 2 Fatuleu Barat, Kecamatan Fatuleu Barat sebagai salah satu rombongan yang berangkat Ke Kecamatan Amfoang Timur.

Foto pertama dari gadged saya, saat Bus dalam perjalanan

Keberangkatan kami dan sekolah-sekolah menengah atas lainnya di kabupaten kupang ke Amfoang Timur ini, untuk ikut terlibat dalam kegiatan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat SMA Se-Kabupaten Kupang pada tanggal 8 April 2022.

Adapun Kegiatan FLS2N ini diselenggarakan oleh Musyawarah kerja Kepala Sekolah SMA Kabupaten Kupang. Makasih Bapak-bapak Kepala sekolah hebat.

Anak-anak diberikan ruang untuk ber…ber-apa…berekspresi, berpenampilan, berpraktik, mengaktualisasikan diri, dan secara saya, tentunya dari sini ada pesemaian bibit-bibit seniman hebat di masa depan!. oke.

wefie di dalam mobil

Sebanyak 9 orang siswa/siswi peserta lomba dari SMAN 2 Fatuleu Barat, kami antar ke Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Daerah Enklaf Oecusse – Timor Leste ini seperti dalam berita di di laman resmi SMAN2Fatuleu Barat ini. (klik untuk membaca).

Setelah bermingu-minggu kami mempersiapkan anak-anak, tepatnya hari Kamis, 7 April 2022, rombongan kami bergerak dari Desa Poto di Fatuleu Barat pukul 06.00 WITA, orang kupang bilang jam enam pagi kami su gas!. Dengan sebuah bus “Fresh”, perlahan kami bergerak menuju Batas Negeri di Oepoli.

Jalur yang kami ambil sesuai arahan panitia pelaksana FLS2N, yaitu jalur atas : Oelamasi, ke SoE, Kab TTS, masuk jalur Mollo Utara di Kapan, menuju Eban – TTU, menuju Aplal, melewati pos batas Oelbinose, Naikake – TTU, Mutis TTU, dan masuk Desa Netemnanu, Kecamatan Amfoang Timur.

Perjalan Lintas Kabupaten ini memakan waktu 12 jam.

isatirahat di Terminal Eban

Kalau mengambil jalur pantai utara, waktu yang ditempuh tak sampai 12 jam (katanya), butuh kurang lebih 6 s/d 7 jam saja untuk tiba di Amfoang Timur dari Fatuleu Barat.

Itu kalau musim kemarau. Di musim hujan, kau bisa berhari-hari di jalan, karena menunggu surutnya banjir di beberapa sungai besar tanpa jembatan di Amfoang.

Kalau lewat pantai utara / jalur bawah, kau harus siap menerjang banjir tanpa medan terjal menanjak dan jalan menurun. Jika ikut jalur atas, kau tak kan terhalang banjir di sungai, namun kau perlu memperhatikan kesehatan dari kendaraanmu sobatku!

Baca Juga  Poli-Tikus Tidak Perlu Sekolah?
Sebuah truk yang terperosok di “jalur bawah” menuju Amfoang tepatnya di Gunung Putih

Oke kita lanjut ceritanya. Satu jam perjalanan dari Barate, tepat pukul 08.00, bus kami sudah tiba di Cabang Pariti / Cabang Sulamu / Cabang Oelmasi, di Desa Kuimasi Kec. Fatuleu. Singgah muat kawan guru yang tunggu di sini. Perjalanan dilanjutkan melalui Jalan Timor Raya.

Bus bergerak menuju kabupaten Timor Tengah Selatan, tiba di Terminal Haumeni SoE, kami rehat sebentar di sana, tepatnya di lokasi pasar buah, pukul 09.54.

Perjalanan dilanjutkan lagi menuju Eban – TTH, lewat jalur Mollo Utara – Kapan. Masuk Jalur Kapan menuju Eban ini, ada jalur Ekstrim, di Sebau, Bijeli, kondisi jalan tanpa aspal, yang sementara dikerjakan, baru ada penahan kiri kanan, kondisi ini membuat kita penumpang bus deg-degan.

Bus kami berhasil melewati tantangan pertama..hhhhhhhhh dan tiba dengan selamat di Eban – TTU.

Di Terminal Eban – Kab. TTU, (Terminal ini sudah tak digunakan lagi) sekitar pukul 13.00. Kami makan siang di sana. Di terminal ini, Gunung Mutis terlihat begitu dekat, begitu nyata. Pemandangannya, asli….kawan! terlalu manis.

Habis makan siang, dari bekal yang kami bawa, kami lanjutkan perjalanan panjang ini, menuju Aplal. Jalur ini mulai menanjak sesudah pusat keramaian Eban – Ibukota Kecamatan Miomafo Barat.

Di kiri kanan ada pohon cemara, dan pohon-pohon jambu biji dengan buahnya yang segar. Buah jambu di alam Mutis yang gratis ini, kau bisa memetiknya sendiri.

Eban

Kami lakukan itu. Memetik langsung buah jambu segar di alam Gunung Mutis yang tentunya tanpa merogoh rupiah dari saku…heheheh….

Nama tempat ini : Oemuke – kampung kecil sebelum Oelbinose

Perjalanan terus berlanjut melewati rerimbun pohon cemara dan pohon Ampupu di alam mutis, menuruni jalan tanpa aspal menuju Oelbinose ke Aplal.

Jalan turunan ini lumayan ekstrim. Sopir Bus mesti bermental baja. Sebelum sampai Pos Pamtas di Oelbinose, ada sebuah kampung kecil Oelmuke.

Di Kampung ini, sekumpulan bocah berteriak menyalami kami rombongan bus yang lewat.

Bocah-bocah itu berlari perlahan mengikuti laju Bus tanpa peduli pada debu yang berterbangan. Mereka kegirangan, sesekali sambil berteriak : om dua ribu dolo ! nah….!

Sesudah kampung Oelmuke, ada spot foto disini, namanya “Bukit Cinta Oelbinose” tempat ini adalah bentangan padang rumput hijau dan rerimbun pohon cemara, dari atas bukit ini kita memandang ke arah kiri, ada gunung Mutis, di kanan ada perbukitan di Timor Leste. (rombongan kami tidak sempat singgah..he he he)

Baca Juga  Lima Tahun Kiprah STIKUM, Ini yang Disampaikan Profesor USFUNAN
Pos Pamtas Sungai Oepoli

Perjalanan terus menurun menuju Aplal, di Aplal ada Pos Brimob Polri yang terletak tak jauh dari sungai Aplal. Sesudah sungai Aplal, bus mulai menanjak lagi.

Kalau tadi dari Jalur Eban menuju Aplal kondisi jalan masih berupa tanah, di Jalur Aplal sampai ke Amfoang Timur nanti, jalannya sudah hotmix! mulus habis. (hot mix itu apa sih?? ….)

Jalan menanjak dari Sungai Aplal menuju ke puncak, di Kecamatan Mutis – TTU. Kemudian menurun lagi menuju Noelelo, batas Kabupaten TTU, dan Kabupaten Kupang.

Jadi, kalau ada yang tanya bagaimana perjalanan ke Amfoang Timur? jawab saja begini : ….Kau tinggal turun naik ! ha ha ha ha….

Sesudah Desa Noelelo, Kecamatan Mutis – TTU, kita masuk ke Desa Netemnanu – Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang.

Di ujung batas Kabupaten Kupang ini, ada sebuah Sekolah Dasar, saya lihat di Peta Google, nama sekolah ini SD Negeri Mamlasi.

Lumayan jauh dari Ibukota Kabupaten Kupang. Saya langsung membayangkan, ini kalau ada urusan dinas di Oelamasi, guru-gurunya harus menempuh jarak yang tidak dekat!….ah pokoknya …begitu sudah kaka.

Di Desa Netemnanu, kita sudah di Kecamatan Amfoang Timur. Lokasi SMAN 1 Amfoang Timur tempat FLSN2 diselenggarakan ada di Desa Netemnanu Selatan.

Dari Desa Netemnanu ke Netemnanu Selatan, kita akan lewati jalur pegunungan Neten Kabuka, dan Desa Netemnanu Utara.

Saya dengar dari ceritera warga di Oepoli, kaka, itu jalan mendaki sesudah Talo’i itu dulu stengah mati. Sekarang dong su potong itu gunung, kalau tidak ngeri na! Rangka oto talalu banyak di bawah situ! banyak yang celaka disitu, kaka dong bisa bayangkan sekarang yang su potong itu gunung sa ju jalan masih mendaki tinggi!.

Iya, bahkan seorang temanku anak asli Desa Netemnanu Utara, tak berani berkendara roda empat lewat jalur itu, kemarin perjalanan FLS2N ini adalah perjalanan pertamanya lewa jalur atas!.

Sebelum diaspal, jalur Neten Kabuka ini lumayan ekstrim! Namun, Jika kendaraanmu sehat, mentalmu oke, no problem, kau tinggal mainkan pedal gas, pedal kopling, dan pedal rem. pokoknya kau tinggal turun naik!

Baca Juga  Di NTT, Kepala Staf Angkatan Udara dapat Anugerah ini

Netemnanu, lalu menanjak lagi sebuah gunung. Gunung Terakhir untuk menuju SMAN 1 Amfoang Timur. Di Jalur terakhir ini, meski jalannya menanjak dan menurun terjal, akan tetapi jalan ini sudah diaspal mulus, di kiri kanan, dibangun penahan, dan jalan yang dulunya ekstrim, kini agak berkurang ekstrimnya, menurut saya ini loh ya! kalau anda lihat itu biasa-biasa saja, sekali lagi no problem. 🤭

Masing-masing kita punya sudut pandang berbeda. Dalam hal seni misalnya, menurutku itu menarik, belum tentu menurutmu, menurut dia, menurut mereka itu menarik.

Next. Usai menanjak dan menurun “Neten Kabuka”, sampailah kita ke Talo’i – Desa Netemnanu Utara.

Kampung Talo’i ini berada persis ujung jalan terjal Neten Kabuka atau di kaki Neten Kabuka. Masuk kampung ini, sekumpulan bocah yang sedang berkumpul di komplek sebuah gereja berpekik menyoraki kami. Akan tetapi di sini mereka tidak berteriak minta dua ribu hehehhehehe

Bus terus bergerak, melintasi jalur Jalan Batas yang aspalnya masih hitam pekat, pertanda masih baru. Jalan ini baru diaspal pada akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022 ini.

Sampai di pos sungai Oepoli, kami dilaser, dan diarahakan singgah melapor di pos yang terletak di bibir sungai ini.

Parkir Bus, mengisi nama di buku, berfoto-foto sebentar dengan para Personil TNI penjaga Batas Negeri, lalu perjalanan kami lanjutkan. Sudah magrib. Sampai di Pos Sungai Oepoli ini, sekitar pukul 17.40.

Usai “diperiksa” di Pos Sungai, kami lanjutkan lagi, jalannya sudah rata, di sini om sopir bus mulai tede gas habis.

Kurang lebih 7 km, ada papan lagi yang bertuliskan “roda 6 dan 4 wajib putar”.

Bus rombongan kami melingkar masuk cabang ke dalam lokasi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Oepoli, di sini kami disampaikan tempat / rumah mana yang akan menjadi tempat penginapan kami.

Tanda tangan daftar dan kembali kami lanjutkan perjalanan, setelah semua kami dalam bus dites suhunya dengan thermogun oleh seorang petugas kesehatan.

Di PLBN ini, ada Pos Polisi, Pos TNI, Pos Imigrasi, ada juga anggota POL PP saya lihat di sana. Kami lanjut menuju SMAN 1 Amfoang Timur. Untuk registrasi, sesuai arahan Pak Tentara di PLBN.

kita sudahi dulu…………akan disambung di bagian dua! jangan lupa minum kopi..he he he