1. Cerita Rakyat Tentang Asal Usul Nenek Moyang NTT
Untuk menetapkan asal usul penghuni pertama di Nusa Tenggara Timur agak sulit. Hal ini disebabkan daerah NusaTenggara Timur yang terdiri dari pulau-pulau dengan penduduk yang beraneka ragam, memiliki latar belakang asal-usul yang berbeda.
Berdasarkan cerita rakyat yang masih hidup di kalangan penduduk di Nusa Tenggara Timur, nenek moyang mereka dahulu beranggapan datang dari luar yakni melalui jalan laut dengan rakit dari arah barat, timur atau utara, dari laut, udara. Bahkan ada yang menyebutkan agak pasti yakni Malaka Tanabara untuk penduduk Sumba, Sina Mutin Malaka untuk penduduk Dawan dan Tetun di P. Timar, Sia,n Sina Malaka untuk penduduk Flores Timur. Bahkan ada yang menyatakan muncul dari tanah atau tumbuhan, seperti penduduk Abur di Alor dan beberapa suku di Belu. Namun cerita tersebut sulit sekali ditelusur
dengan pasti, misalnya apakah Sina Mutin Mataka adalah Malaka. Adapun secara lebih terperinci nenek moyang dari penduduk di beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut :
Bagi penduduk Helong yang sekarang tinggal di Kecamatan Kupang Barat dan Kupang Tengah, nenek moyang pertama mereka bemama Lai Bissin yang datang dari sebelah timur (Seram). Dengan menggunakan perahu, mereka datang melewati wilayah Timor bergerak ke arah barat dan akhirnya sampai di P. Timor bagian barat. Penduduk berbahasa Dawan yang tinggal di wilayah Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara menyatakan mereka berasal dari Belu Selatan yang semula dari Sina Mutin Malaka.
Ternyata bahwa beberapa daerah di NTT, mengakui nenek moyang mereka berasal dari seberang dari satu tempat yang ada kata Sina dan Malaka. Di antaranya orang berbahasa Tetum di Kabupaten Belu menyebutkan Hutum Rai Hat (4 suku pertama) berasal dari Sina Mutin Malaka dengan melewati Rai Nobo Rai Henek, P. Kusu, P. KoE, P. Api, Larantuka, Bau BoE dan mendarat di pantai selatan P. Timor di tanjung Amanatum. Penduduk berbahasa Bunak di Belu, 6 suku pertama yakni Ro Ikun, Ro Bulan, Lakulo Samoro, Sibiri Kailau, Oburo Marobo, Tan Ba Tom; Way, Lela Roto Yapolo dengan menempuh rute Siawa, Sina, Mutin, Malaka, Galelo Gawa, Lebu Rote, Selewer dan mendarat di pantai selatan P. Timor di Kamanasa Kabolima kemudian memasuki Lamaknen (A. Klau Mura, 1973, halaman 41 ).
Penduduk pulau Sumba mengenal nenek moyang mereka adalah Umbu Walu Mandoku yang berasal dari Malaka Tanobara dengan menempuh jalan Hapa Riu Ndua Riu, Hapa Ndjawa , Rukuku Nboli, Nduna Makakary, Ende Ambaru, Numbu Hambaru, Enda Ndau, Haba Rai Njua dan mendarat di tanjung Sasar. Penduduk Kabupaten Sikka mengenal nenek moyang yang bernama Moang Ria, Moang Raga dan Moang Gumang, yang berasal dari Siam Sina Malaka dan mendarat di Sikka di tempat yang bernama Nidung-Mage Gakar.
Walaupun dari sumber ceri ta rakyat di atas disebutkan dengan nyata tempat asal nenek moyang pertama yang ada hubungannya dengan Malaka, bukan berarti bahwa pasti nenek moyang ini dari sana. Hal ini lebih-lebih bila ditinjau bahwa rute-rute yang dilewati agak kabur dan cukup kacau untuk ditelusur. Memang ada beberapa nama yang masih bisa dikenal dalam rute itu seperti Jawa, Bali, Ende, Makasar dan sebagainya. Kemungkinan kata Malaka yang dikenal dalam cerita rakyat adalah muncul kemudian.
Di beberapa daerah dikenal juga asal usul nenek moyang mereka dari seberang, tetapi tak disebutkan dari mana. Misalnya di P. Sabu dikenal Kika Ga sebagai nenek moyang orang Sabu yang berasal dari suatu tempat yang jauh di barat daya India (Y.Y. Detaq, 1973,halaman. 9).
Penduduk Manggarai nenek moyangnya adalah Nggae Sawu yang berasal dari seberang dan mendarat di Mando Sawu. Penduduk P. Rote mempunyai nenek moyang pertama bemama Bara Nes dan Rote Nes yang berasal dari Sela Den dan Niki Den. Mereka datang dengan perahu melewati Andanu, Sera Dai dan akhirnya mendarat di Mueoe. Untuk menentukan di mana sebenarnya letak Sela Den dan Niki Den sulit ditelusur.
Di samping cerita yang menyatakan nenek moyang pertama dari seberang, dikenal juga di beberapa daerah bahwa nenek moyang mereka tidak berasal dari luar. Misalnya: di Belu dikenal beberapa cerita yang menyatakan nenek moyang mereka adalah moris lake rai tubu lake rai, yakni langsung hidup atau tumbuh dari dalam tanah. Ema bada oon, ema dina oon, artinya orang yang diperanakkan oleh percobaan dan ukuran. Ema ai oon, ema fa tu oon, artinya orang yang lahir dari pohon dan batu. (A. Klau Mura, 1973 ibid). Penduduk Abui di P. Alor menyatakan bahwa nenek moyang mereka lahir dari tanah.