Renungan Katholik Minggu Adven IV
Oleh RD. Alex Kobesi
(Pastor Rekan di Paroki Sta. Helena Camplong – Tugas Pelayanan di Stasi Sto. Bernadus Oelbeba)
Sebagai kesempatan terkahir bagi kita guna mempersiapkan diri untuk merayakn Hari Raya Natal secara lebih mendalam, kita akan mendengarkan injil Lukas perihal kunjungan Maria kepada Elisabet. Dari suasana & isi ucapan timbal balik kedua tokoh perempuan itu, kita dapat menemukan bahan renungan yg mendalam, agar kita dapat sungguh menyambut kelahiran Yesus penyelamat kita secara sungguh mendalam dalam hati kita & bukan hanya secara meriah lahiriah belaka.
Hari ini, kita sudah memasuki minggu adven IV, minggu terakhir bagi kita untuk persiapan natal. Pada persiapan akhir menjelang perayaan natal ini, kita diajak untuk belajar dari tokoh-tokoh iman: Maria, Elisabet & Yohanes.
Kita lihat tokoh pertama. Bunda Maria. Maria setelah menerima kedatangan malaikat Gabriel, bergegas mengunjungi Elisabet saudaranya (Luk 1:39) jarak yang ditempuh kurang lebih 150 km di daerah perbukitan. Bayangkan, seorang gadis harus naik-turun bukit menempuh jarak sejauh itu, seorang diri lagi! Ada semangat yang luar biasa dalam diri Maria. Lantas dari manakah dtangnya semangat itu? Tentu saja dari kunjungan Malaikat Gabriel yang membawa kabar gembira baginya. Yang menjadi luar biasa disini adalah semangat berbagi. Lahit baru saja menerima berkat, rahmat dari Tuhan ia langsung bergegas membagikannya. Disini kita belajar bahwa warta gembira, berkat & kasih karunia yang kita terima, tidak untuk kita simpan bagi diri kita sendiri tetapi untuk kita bagikan kepada sesama. Dalam berbagi berkat, hendaknya kita juga berani berkorban, berani berjerih lelah & berani menghadapi resiko karena yakin bahwa Tuhan selalu menyertai kita.
Kedua. Elisabet. Sebagai tanggapan atas kehadiran Maria yang membawa sukacita & berkat, Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus sehingga hatinya bersukacita & mulutnya mengucapkan berkat (Lukas 1:42) Dengan demikian, perjumpaan antara Maria & Elisabet merupakan perjumpaan yang membuahkan sukacita dalam Roh Kudus. Juga merupakan perjumpaan yang saling berbagi berkat. Mari kita belajar dari Elisabet untuk menerima kehadiran setiap orang dengan penuh sukacita. Kalau kita selalu menerima semua orang dengan sukacita, apapun keadaan mereka pasti akan menjadi sukacita. Dalam suasana itulah, kita tidak akan saling memaki, mengutuk, mencaci & membenci tetapi saling memberkati.
Tokoh ke-3 adalah Yohanes Pembaptis. Sewaktu Maria berkunjung ke rumah Elisabet, usia Yesus dalam rahimnya, baru beberapa waktu (Luk 1:39). Sementara itu, usia Yohanes di rahim Elisabet sudah 6 bulan lebih. Dalam usia tersebut sudah bisa mmapu mendengarkan suara-suara dari luar, mampu merasakan apa yang dirasakan oleh sang ibu. Artinya Yohanes sudah bisa mendengar suara dari luar yaitu percakapan Maria & Elisabet yang saling berbagi salam & berkat. Maka tidak heran dalam injil dikatakan bahwa Yohanes melonjak kegirangan. Apa yang mau kita pelajari dari point ini? Yang mau kita pelajari adalah sikap kepekaan. Kita diharapkn peka & mampu menangkap/menyadari kehadiran Tuhan yang tidak kelihatan & tersembunyi di balik berbagai macam peristiwa yang kita dengar & kita lihat.
Lima hari lagi kita akan merayakan Natal. Marilah kita bawa pulang pesan-pesan suci hari ini & kita satukan dengan sukacita natal nanti untuk kemudian kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita diajak untuk menimba inspirasi dari ke-3 tokoh suci: Maria, Elisabet & Yohanes untuk senantiasa membangun sikap peka dengan situasi dunia yang terjadi di sekitar kita & kemudian berani membagikan berkat Tuhan dengan sesama manusia di sekitar kita. Amin