BMKG Proyeksikan Peningkatan Curah Hujan selama Nataru 2022-2023

BERITA, NASIONAL13 Dilihat

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan seluruh wilayah Indonesia berpotensi dilanda hujan lebat hingga sangat lebat selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Berdasarkan platform informasi prakiraan berbasis dampak BMKG, beberapa wilayah dengan potensi siaga yang perlu diwaspadai pada periode 21 – 23 Desember 2022 adalah sebagai berikut:
1) Sebagian wilayah Aceh,
2) Sebagian wilayah Sumatra Utara,
3) Sebagian wilayah Riau,
4) Sebagian wilayah Jawa Barat,
5) Sebagian wilayah Jawa Tengah,
6) Sebagian wilayah Jawa Timur,
7) Sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur,
8) Sebagian wilayah Kalimantan Barat,
9) Sebagian wilayah Kalimantan Timur,
10) Sebagian wilayah Kalimantan Utara,
11) Sebagian wilayah Maluku.

Khusus pada 24 Desember 2022, berdasarkan prakiraan berbasis dampak, BMKG menyebut terdapat wilayah dengan potensi siaga yang perlu diwaspadai yaitu sebagian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Sedangkan potensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode 25 Desember 2022 – 1 Januari 2023 perlu diwaspadai di beberapa wilayah sebagai berikut:

Potensi hujan lebat hingga sangat lebat di wilayah :
1) Banten,
2) Jawa Barat,
3) Jawa Tengah,
4) Yogyakarta,
5) Jawa Timur,
6) Bali,
7) NTB,
8) NTT,
9) Sulawesi Selatan,
10) Sulawesi Tenggara, dan
11) Maluku.

Baca Juga  Awali Operasi, Satgas Ops Bina Kusuma Polres Belu Menemui Pedagang dan Menghimbau Jauhi Penyakit Masyarakat

Adapun wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat di wilayah :
1) Aceh,
2) Lampung,
3) Sumatra Selatan,
4) DKI Jakarta,
5) Kalimantan Tengah,
6) Kalimantan Selatan,
7) Maluku Utara,
8) Papua Barat, serta
9) Papua.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan peningkatan curah hujan selama periode Natal dan Tahun Baru 2023 diakibatkan sejumlah dinamika atmosfer. Diantaranya, peningkatan aktifitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Selain itu, meningkatnya intensitas seruakan dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, serta meningkatkan potensi awan hujan di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Dinamika atmosfer lainnya yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.

“Dan yang keempat, terpantaunya beberapa aktifitas gelombang atmosfer, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial, kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur,” papar Dwikorita dalam keterangan resminya di laman BMKG.go.id pada Rabu (21/12/2022).

Baca Juga  Ternyata Pelanggar Dalam Operasi Turangga 2023 di Belu Rata - Rata Didominasi Usia Ini

Dwikorita menuturkan, selain hujan lebat, kompleksnya dinamika atmosfer berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada periode 21 – 27 Desember 2022. Adapun wilayah perairan Indonesia yang perlu diwaspadai adalah :

1) Kategori tinggi gelombang 2,5 – 4 meter : Selat Malaka bagian utara, perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan barat Nias, perairan Kepulauan Mentawai, perairan barat Enggano hingga Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatera, Selat Sunda, perairan selatan Jawa hingga NTB, Samudra Hindia Selatan Banten, Samudra Hindia Selatan Jawa Timur hingga NTB, perairan Anambas – Natuna, perairan Subi – Serasan, Laut Jawa bagian tengah dan timur, Laut Sulawesi bagian tengah dan timur, perairan utara Sulawesi, perairan Kepulauan Sitaro bagian barat, perairan Kepulauan Sangihe dan Talaud, Samudra Pasifik Utara Halmahera hingga Papua Barat.

2) Kategori tinggi gelombang 4 – 6 meter :
Laut Natuna Utara, Samudra Hindia Selatan Jawa Barat dan Tengah.

Baca Juga  Lepas 827 Wisudawan, Ini Pesan Rektor UM Kupang

Dengan adanya prakiraan cuaca tersebut, Dwikorita meminta masyarakat untuk terus memonitor informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG. Menurutnya, risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi sangat besar terjadi.

“Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan dalam menghadapi risiko terjadinya bencana hidrometeorologi. Dahan dan ranting pohon yang rapuh harus dipangkas, serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang,” ujarnya.

Pemerintah Daerah, kata Dwikorita, perlu lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi. Selain itu, Pemerintah Daerah juga harus memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

“Perlu juga digencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi,” imbuhnya.

Sementara itu, lanjut Dwikorita, bagi penyedia transportasi penyeberangan dan masyarakat pengguna perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut.

Foto: BMKG

Tinggalkan Balasan