TunasDigital.id: Gerakan Nasional Lindungi Anak di Dunia Maya Lewat PP Tunas

Opini Oleh Del Neonub

Del Neonub dan tiga Orang Siswa SMAN 2 Fatuleu Barat

Rabu, 05 November 2025 – Oleh Del Neonub, S.Pd (Guru SMAN 2 Fatuleu Barat).


Di tengah derasnya arus digital yang melanda dunia pendidikan dan keluarga Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Kemkomdigi) meluncurkan TunasDigital.id, sebuah microsite yang ditujukan untuk membimbing anak-anak agar tumbuh menjadi pengguna dunia digital yang cerdas, tangguh, dan beretika.

Langkah ini menjadi tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak, yang lebih dikenal dengan sebutan “PP Tunas.”

Lewat situs www.tunasdigital.id, pemerintah membuka ruang edukasi digital yang isinya tidak hanya aturan, tetapi ada juga panduan hidup baru di dunia maya. Suatu ajakan kepada seluruh bangsa agar tidak hanya “melek teknologi,” tetapi juga “berbudi di ruang digital.”

Pusat Literasi Digital untuk Anak, Sekolah, dan Keluarga

TunasDigital.id hadir sebagai pusat pengetahuan dan gerakan bersama bagi anak, orang tua, guru, dan komunitas. Di dalamnya tersedia berbagai bahan praktis:

  • Panduan untuk orang tua dalam mendampingi anak menggunakan internet dan media sosial.
  • Modul literasi digital untuk sekolah, yang disesuaikan dengan kelompok usia anak.
  • Cerita inspiratif “Cerita Tunas”, berisi kisah nyata keluarga dan sekolah yang berhasil membangun lingkungan digital yang sehat.
  • Infografik dan pustaka digital yang ringan, edukatif, dan mudah digunakan di kelas atau rumah.
  • Saluran pengaduan konten negatif, bila anak menemukan materi berbahaya di internet.
BACA JUGA  Perlukah ANAK dibatasi dalam Bermedia Sosial?

Kemkomdigi menyebut microsite ini sebagai bentuk “kolaborasi lintas pihak”—pemerintah, lembaga pendidikan, gereja, keluarga, dan komunitas digital—untuk menciptakan ruang maya yang berpihak pada kepentingan terbaik anak.

Makna PP Tunas: Dari Regulasi ke Gerakan Moral

PP Tunas lahir dari kesadaran bahwa dunia digital kini menjadi ruang hidup baru bagi anak-anak. Mereka belajar, bermain, dan berinteraksi di dalamnya setiap hari. Namun, ruang itu juga menyimpan risiko besar: kekerasan siber, penipuan digital, eksploitasi data pribadi, hingga paparan konten yang tak sesuai usia.

PP Tunas menetapkan tiga prinsip utama:

  1. Kepentingan terbaik anak harus menjadi pertimbangan pertama dalam setiap aktivitas digital.
  2. Data pribadi anak tidak boleh digunakan untuk iklan atau promosi.
  3. Penyelenggara sistem elektronik wajib memiliki mekanisme pengaduan dan verifikasi usia pengguna anak.

Inisiatif ini menegaskan bahwa perlindungan anak di dunia digital bukan sekadar tanggung jawab teknis, melainkan tanggung jawab moral bangsa.

Peran Sekolah dan Guru: Menumbuhkan “Tunas” di Kelas

Sebagai guru, saya melihat TunasDigital.id bukan hanya sebagai situs pemerintah, tetapi sebagai sumber daya pembelajaran yang sangat relevan dengan tantangan zaman.

Anak-anak kita, terutama di sekolah menengah, kini hidup di tengah dua dunia: dunia nyata dan dunia digital. Mereka pandai menggunakan gawai, tetapi belum tentu bijak dalam menggunakannya. Di sinilah tugas pendidikan: mengubah kepandaian menjadi kebijaksanaan.

BACA JUGA  PENJABAT WALI KOTA BUKA PELATIHAN KADER POSYANDU SE-KOTA KUPANG

Situs TunasDigital.id menyediakan bahan ajar yang bisa langsung diintegrasikan dalam kurikulum sekolah:

Guru dapat mengadakan kelas literasi digital, membahas etika berkomentar di media sosial, privasi data, dan tanggung jawab bermedia.

OSIS dan ekstrakurikuler bisa mengadakan “Pekan Tunas Digital”—kegiatan refleksi, lomba video edukatif, atau diskusi antarsiswa.

Sekolah dapat memanfaatkan modul panduan orang tua untuk kegiatan pertemuan wali murid.

Dengan cara itu, microsite ini tidak berhenti di dunia maya, tetapi tumbuh menjadi gerakan nyata di ruang belajar dan ruang keluarga.

Perspektif dari Nusa Tenggara Timur: Tantangan dan Harapan

Di wilayah seperti Nusa Tenggara Timur, literasi digital menghadapi tantangan khas: keterbatasan jaringan, fasilitas sekolah, dan kesenjangan pengetahuan antara anak dan orang tua.
Namun, justru di sinilah jiwa TunasDigital.id menemukan maknanya yang paling dalam.

Budaya masyarakat NTT yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan solidaritas dapat menjadi kekuatan untuk mendukung gerakan ini.
Dalam tradisi lokal Timor misalnya, pendidikan anak bukan hanya urusan orang tua, tetapi juga tanggung jawab bersama keluarga besar dan komunitas.

Nilai-nilai itu sejalan dengan semangat TunasDigital.id: anak bukan sekadar pengguna gawai, melainkan tanggung jawab sosial bersama.
Maka, sekolah-sekolah, gereja / paroki, dan komunitas KUB (Kelompok Umat Basis) di NTT dapat berperan penting dalam menyebarkan gerakan literasi digital yang berakar pada nilai-nilai lokal.

Contohnya:

  • KUB dapat mengadakan pelatihan bagi orang tua muda, menggunakan materi dari situs TunasDigital.id tentang pendampingan anak di dunia maya.
  • Sekolah Katolik dan negeri di NTT dapat mengadakan hari refleksi bertema “Anak Beriman di Dunia Digital,” menggabungkan pendidikan iman dan etika digital.
  • Pemuda gereja dan OMK (Orang Muda Katolik) bisa membuat konten positif di media sosial, meneladani semangat “Cerita Tunas.”
BACA JUGA  Antisipasi Secara Dini Bencana Alam di Tahun 2024, Ini yang Dilakukan Polres Belu

Dengan cara ini, nilai lokal dan semangat kebangsaan berpadu: digitalisasi tidak menghapus budaya, tetapi justru memperkuatnya.

Tantangan dan Langkah Ke Depan

Tantangan terbesar dari gerakan ini bukan pada teknologi, melainkan pada kebiasaan dan kesadaran masyarakat.
Apakah orang tua mau meluangkan waktu memahami dunia anak di media sosial?
Apakah sekolah siap menjadikan etika digital sebagai bagian dari pendidikan karakter?
Apakah komunitas beriman mau ikut bergerak, bukan hanya mengeluh tentang dampak negatif gawai?

Untuk itu, perlu:

  1. Kampanye berkelanjutan, bukan sekadar peluncuran awal.
  2. Adaptasi lokal di daerah-daerah, termasuk penerjemahan materi ke bahasa dan konteks budaya setempat.
  3. Kolaborasi lintas lembaga pendidikan, gereja, dan pemerintah daerah.

Gerakan ini tidak bisa berdiri sendiri; ia harus tumbuh dalam jejaring kasih dan tanggung jawab bersama.

Harapan untuk Generasi Tunas Digital

Anak-anak Indonesia adalah generasi yang lahir di tengah dunia digital—mereka adalah warga dunia sekaligus pewaris nilai bangsa.
Melalui TunasDigital.id dan semangat PP Tunas, diharapkan setiap anak dapat tumbuh bebas dari ancaman digital, tapi kaya dalam nilai kemanusiaan.

Pohon tumbuh karena akarnya kuat. Demikian pula anak-anak digital kita akan tumbuh kokoh jika berakar pada nilai, keluarga, dan iman. Tugas kita sebagai guru, orang tua, dan masyarakat adalah menyirami akar itu—agar di tengah derasnya arus globalisasi, tunas-tunas bangsa tetap hijau dan berbuah bagi Indonesia.

error: Content is protected !!
TunasDigital.id: Gerakan Nasional Lindungi Anak di Dunia Maya Lewat PP Tunas
BERITA, INSPIRASI, PENDIDIKAN  

TunasDigital.id: Gerakan Nasional Lindungi Anak di Dunia Maya Lewat PP Tunas

Daftar Isi0.1 Rabu, 05 November 2025 – Oleh Del Neonub, S.Pd (Guru SMAN 2 Fatuleu…

Artikel ini telah dilihat : 139 kali.