Malaka – matatimor-net ; Dominikus Nahak Mau, salah seorang siswa kelas II SD Inpres Anametan harus mengalami luka hingga satu buah gigi depannya rubuh dan berdarah akibat perkelahian saat proses pembelajaran berlangsung di sekolah.
Sesuai penjelasan Ibu Oktaviana Abuk, Orang Tua Wali dari Dominikus Nahak Mau, kepada media ini via telepon pada Kamis (12/09/24) menceritakan bahwa, Domi saat itu sedang menulis tugas dari gurunya. Kemudian ia, Domi (korban) berdiri dari tempat duduknya untuk mengembalikan alat tulis (pulpen) milik teman kelasnya. Tetapi Fabianus Ulu Bria yang juga merupakan siswa kelas II SD Inpres Anametan langsung menendang Domi (korban) dari belakang dan satu tendangan dari depan mengenai mulut hingga menyebabkan salah satu gigi bagian depan milik Domi rubuh.
“Hari Selasa itu, saya tulis do’a Bapak Kami. Terus saya berdiri mau kasih kawan punya bolpen (alat tulis) yang saya pinjam. Ifan (Fabianus Ulu Bria) dari belakang tendang saya. Saya balik dia tendang lagi di saya punya mulut,” urai Oktaviana Abuk, mengulang penjelasan sang anak (Domi).
IKLAN
pasang iklan anda di sini!
Melihat hal ini, Oktaviana Abuk, orang tua dari Domi, mendatangi pihak sekolah untuk meminta pertanggung jawaban dari pihak sekolah, karena perkelahian tersebut terjadi sementara pelajaran berlangsung. Namun bukan mendapatkan jalan keluar, melainkan pihak sekolah seolah mengekang dirinya untuk harus menerima kejadian itu sebagai musibah.
Perkelahian Antar Siswa Di SDI Anametan, Orang Tua Tempuh Jalur Hukum
“Kejadiannya hari Selasa, saya mau ke sekolah untuk meminta penjelasan dan pertanggungjawaban dari orang tua dengan sekolah. Hanya dari pihak sekolah bilang biar anggap saja hari sial,” terang Oktaviana, mengulang pembicaraan saat di sekolah.
Pernyataan “anggap saja hari sial” ini membuat orang tua korban merasa tidak puas, ungkap Oktaviana.
Menurut Oktaviana Abuk, pihak sekolah seharusnya berlaku adil dan memiliki tanggung jawab terhadap seluruh kenyamanan dan keselamatan siswa di sekolah selama proses pembelajaran berlangsung.
“Pihak sekolah harus harus berlaku adil. Masa anak-anak berkelahi di ruang belajar sampai gigi rubuh, harus terima sebagai hari sial. Saya tidak terima, pihak sekolah dan orang tua pelaku harus bertanggung jawab,” ketusnya.
Ibu korban pun menandaskan bahwa jika masalah ini tidak menemui jalan keluar, maka dirinya akan menempuh jalur hukum. Sebab sudah dua kali ia mendatangi pihak sekolah namun, sampai saat ini belum ada kepastian terkait masalah tersebut.
“Saya sudah ke sekolah dua kali. Hari Rabu pagi, terus hari ini lagi. Tetapi pihak sekolah meminta saya untuk tempuh jalur damai tanpa pertanggungjawaban terhadap luka dan darah anak saya. Apa lagi sampai gigi rubuh,” tandas Oktaviana Abuk.
Oktaviana pun menegaskan bahwa kalau penangan masalah ini masih berbelit, ia akan menempuh jalur hukum.
“Kalau pihak sekolah urus masalah ini lama. Saya mau lapor polisi saja. Biar ada titik terang,” tutup Oktaviana Abuk. (*Tim).