Daftar Isi
Lima Kebiasaan keliru dalam Mendidik Anak
Bapak Ibu Orang Tua, sekalian yang terkasih dimana saja berada. Mengasuh dan mendidik anak merupakan tanggungjawab utama yang harus dijalani oleh setiap orangtua. Mendidik anak dalam keluarga bukanlah perkara mudah. Untuk itu berikut kami sajikan lima kebiasaan keliru dalam mendidik anak.
Namun, tidak setiap orangtua membekali diri dengan pengetahuan dan ketrampilan tentang pendidikan dan pengasuhan anaknya secara memadai. (dalam hal ini…saya salah satunya..heheheh)
Zaman berubah dengan pesatnya dan anak-anak zaman pun mengalami perubahan. Anak-anak sekarang pun berbeda dengan anak-anak zaman dahulu. Anak-anak zaman digital lebih aktif, kritis dan agresif sehingga menggunakan otoritas saja tidak mapan untuk “menjinakkan” mereka.
Sering kita menemukan, keluhan datang selalu datang dari para orangtua maupun dari para guru bahwa sekarang ini, sulit mengatur anak-anak.
Oleh karena sulit mengatur anak-anak, maka orangtua lebih sering menggunakan “kekerasan” atau bahkan sikap “membiarkan”. Akibatnya, anak-anak tumbuh tanpa pola perilaku yang jelas karena mereka belajar dari cara kita memperlakuan mereka.
Berikut ini para orang tua senantiasa melakukan “Lima kebiasaan Keliru” dalam mendidik anak-anak.
1. Menyuap
Orantua sering mengalami kesulitan menghadapi anak yang sering rewel. Beberapa orangtua menggunakan jalan pintas agar tidak membuang waktu, orangtua memberi beri sejumlah uang kepada anak setiap kali rewel. Penyuapan ini akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia anak.
Dengan cara seperti diatas ini, maka anak memanfaatkan kelemahan orangtuanya. Malah anak-anak bakal balik mengancam orang tua, seperti tidak mau pergi ke sekolah jika tidak dibelikan sepeda motor, dlsb.
Pola ini akan selalu mewarnai kepribadian anak, sehingga anak hanya akan mau bekerja apabila ada imbalannya bahkan harus bayar di muka!.
Maka janganlah heran kalau suap-menyuap ini akan terbawa dan membudaya dalam kehidupan masyarakat karena memang sudah terpola sejak kecil.!
2. Mengancam
Ketika orangtua menghadapi anak yang tidak mau menurut, orang tua cenderung melakukan ancaman.
Misalnya, “Kalau tidak mau makan, nanti tidak mau mengajak anak untuk jalan-jalan”.
Memang ancaman itu baik untuk anak yang rewel namun tidak baik untuk pembentukan karakter anak.
Maka jika ancaman pertama kurang berhasil, akan langsung menciptakan ancaman berikutnya.
Guru di dalam kelas juga melakukan ancaman, saat sudah kewalahan menghadapi perilaku siswa yang bandel. Ancaman akan menghasilkan rasa takut dan terpaksa pada diri anak. Bahkan rasa dendam akan bersemai. Ancaman tidak akan menghasilkan pribadi yang baik. Karena ketika hidup tanpa ancaman maka anak lepas kendali lagi. Maka jangan heran jika seorang anak menjadi anak penurut semasa kecil/ atau semasa di bangku sekolah, namun menjadi anak bandel di masa muda dan dewasa / setelah lulus dari sekolah.
Maka hendaknya sebagai orangtua perlu kita membangun rencana bersama.
Misalnya anak inginkan nilai matematika berapa?
Buatlah target bersama anak. Kemudian susun rencana untuk mencapai nilai tersebut.
Atau, dengan cara berlatih megerjakan soal-soal matematika sejam sehari.
Tentu akan berhasil. Tanpa adanya awasan dan ancaman, anak akan tahu apa yang mesti dilakukan.!
3. Menghukum
Percaya saja! hukuman yang sampai menyakiti anak, justru akan berubah menjadi dendam! Siapa yang mau menerima hukuman? semua orang tidak ingin! Kendati anak melakukan kesalahan yang fatalpun, sebagai orang tua / guru kita patut mencari solusi terbaik, (win-win solution)
Orang tua / guru sering sering memberikan hukuman secara tidak obyektif kepada anak. Orang Tua jurstu memberikan hukuman karena luapan emosi dan frustrasi guru / orangtua yang tidak bisa mengendalikan emosi.
Bagaimana kita dapat bersikap baik terhadap anak yang berbuat salah?
Yah. Tanyakan, mengapa ia berbuat salah?
Pemberian hukuman kepada anak, seolah-olah berkesan anak tidak boleh berbuat salah.
Padahal, kita tahu bahwa kesalahan dan kegagalam adalah proses alami menuju keberbasilan. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.!
4. Membandingkan
hayo ngaku siapa saja yang pernah membandingkan anak didiknya yang satu dengan yang lainnya?
“dia saja bisa, mengapa kamu tidak bisa?”.
“si A dapat nilai sepuluh, mengapa kamu cuma dapat nilai enam”.
Sebenarnya dengan membandingkan maka kita merendahkan harga diri anak dan tidak menghargai mereka. Anak akan kehilangan rasa percaya diri dan minder terhadap teman-temannya.
Hingga lama kelamaan timbul rasa benci dari anak yang satu kepada anak yang menjadi pembandingnya.
Setiap anak unik dengan kelebihan dan kekurangannya yang harus dihargai dan diakui.
5. Melabeli atau memberi cap
“anda anak pintar”, “anda anak yang rajin”, “anda anak yang bodoh”, “anak yang pemalas”, “anak bandel”. “anak bermasalah”.
Mengapa harus melabeli seperti itu?
Anda bisa membayangkan betapa sakitnya hatimu jika anda dilabeli demikian?
Itulah lima kebiasaan keliru dalam mendidik anak yang bisa merusak kepribadian anak bahkan akan merugikan proses pembentukan kepribadian dan karakter seorang anak.
mantap matatimor