Bicara Fatuleu, yang terbayang adalah Destinasi Wisata Gunung Fatuleu yang boleh saya katakan sudah cukup tersohor itu. Fatuleu secara administratif, dibagi menjadi tiga bagian (kecamatan). Pertama Kecamatan Fatuleu dengan ibukota Camplong, di sini ada obyek wisata alam Oenaek, kedua, Kecamatan Fatuleu Tengah dengan ibukotanya Oelbiteno letak Obyek Wisata Gunung Fatuleu, dan yang ketiga Kecamatan Fatuleu Berat…eh maksudnya Kecamatan Fatuleu Barat berada di bagian barat gunung Fatuleu, yang merupakan daerah pesisir. Di Fatuleu Barat ada wisata baharinya yaitu Pantai Fatukolo, dan tempat pemancingan yang cukup terkenal yaitu pantai Nauen.
Untuk menuju Kecamatan Fatuleu Barat, kita akan menempuh perjalanan melalui kecamatan Sulamu, atau satu jurusan dengan jalan menuju Amfoang. Bis-bis amfoang punya rute melewati kecamatan Fatuleu Barat. kenapa Fatuleu itu Berat? Berat disini sengaja kami plesetkan dari Fatuleu Barat…hehehe …karena selalu diberi harapan palsu….PHP. ya…Fatuleu itu berat..biar kami saja..ha ha ha…
PHP adalah istilah jaman now kependekan dari pemberi harapan palsu. Pertanyaanya adalah siapakah yang memberikan harapan palsu itu? mari kita jawab, semoga jawaban ini sesuai. Bila tak sesuai anggap saja ini hanyalah sebuah curhatan ABG (anak baru gede) nan labil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ditugaskan sebagai seorang guru di Ibu kota kecamatan Fatuleu barat : Desa Poto, untuk mengabdikan diri sebagai guru di SMA setempat (SMA Negeri 2 Fatuleu Barat), saya cukup menikmati segala proses mulai dari melapor diri, hingga kini telah menjadi anak kos di dekat komplek perkantoran Kecamatan Fatuleu Barat. Di Komplek ini, ada Kantor Camat, Pos Kesehatan Hewan, Kantor Unit pelayanan teknis Pendidikan, Kantor Desa Poto, Puskesmas Fatuleu Barat, SMP Negeri 1 Fatuleu Barat, dan SMA Negeri 2 Fatuleu Barat tempat saya mengabdi.
Sudah sejak bulan April 2019, saya menjadi bagian dari Kecamatan Fatuleu Barat, yang terdiri dari 5 Desa. (Desa Kalali, Desa Poto, Desa Naitae, Desa Tuakau, dan Desa Nuataus). Selang waktu tersebut membuat saya cukup menikmati dan betah dengan keadaan di Desa Poto – Kecamatan Fatuleu Barat ini. Keramahan Penduduk Desa ini membuat saya dan beberapa orang teman yang baru mengabdi di sini cukup betah di Desa ini.
Mata Pencaharian masyarakat di Desa Poto, adalah bertani ladang maupun sawah, dan sebagiannya adalah Nelayan tradisional. Walau hanya sebagian kecil yang bermatapencaharian sebagai nelayan, namun produksi ikan prang-parang Segar dari Laut Barate cukup untuk menjawabi kebutuhan pasar di sekitaran Fatuleu Barat.
Trus… Masalahnya apa?
Permasalahanan yang ada di sini sesuai penglihatan dari matatimor.net (melihat dengan mata hati..ciyehhhh) adalah ketiadaan signal telepon. (Yout Know Lah….jaman now, disaat semuanya sudah serba online, dan kita di sini masih NO SIGNAL…) Khusus di Desa Poto, kita hanya bisa melakukan komunikasi jika berada di lokasi pantai atau di titik tertentu saja, kau bisa melakukan penggilan dan layanan short massage service (SMS). Sementara untuk bermedia sosial, atau komunikasi yang butuh jaringan internet, dipastikan 5 desa di kecamatan ini tidak bisa melakukannya 😀 luar biasa sobat. Itu yang pertama.
Yang kedua adalah masalah penerangan. Di Ibu Kota Kecamatan, atau tepatnya di Kantor Camat, ada penerangan berupa mesin diesel yang dihidupkan setiap malam untuk kebutuhan penerangan. Serta sebagian masyarakat di Kecamatan ini yang boleh saya katakan sebagai masyarakat golongan menengah, menggunakan generator sendiri untuk memenuhi kebutuhan penerangan.
Sementara itu, masyarakat yang bagaimana ya….? ya lu tau sendiri… kami yang ekonomi lemah lembut, tentu menggunakan Pembangkit Listrik tenaga surya baik yang didapat dari bantuan pemerintah setempat, maupun pengadaan sendiri sebagai sumber penerangan.
hm……..Saya di kos-kosan juga pakai tenaga surya sebagai penerangan. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) memang praktis, ekonomis, tetapi untuk penggunaan barang elektronik seperti laptop/komputer, printer dan lain sebagainya, PLTS kapasitas kecil, tidak sanggup mengangkat. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit jika ingin mengandalkan PLTS sebagai sumber listrik utama.
Hal ini tentu menyulitkan bukan? entahlah..lu saja yang merasa sulit..beta sonde..he he he yap…..saya merasa ada yang kurang maksimal. Apalagi sebagai seorang guru. Pembelajaran di kelas akan maksimal, mana kala didukung dengan sumber dan media belajar yang memadai. Ada Laptop, ada juga proyektor tetapi semuanya tak bisa kita gunakan.
Hasilnya, ya hasilnya semoga lebih baik!. Oke, lalu apa kaitannya dengan pemberian harapan palsu?
Saya mendapat cerita yang beredar bagai mitos hingga telah melegenda!. Bahwa ada dari mulut ke mulut, lewat telinga ke telinga bahwasannya, sejak tahun 2014, selalu ada cerita bilang begini “tahun depan” nanti su pasang….tahun depan itu dimulai dari tahun 2005 sejak Kecamatan Fatuleu Barat dimekarkan dari Kecamatan Induk Fatuleu, terus begitu terus sampai tahun 2014, terus tahun 2015, 2016,2017,2018, dan selalu saja begitu hingga jawaban itu masih kudengar hingga tahun 2019 ini, kemarin masih ada lagi jawaban, bahwa nanti tahun 2020 sudah tancap tiang listrik.
Apapun itu kita tetap optimis, suatu saat pasti! Anak-anak disini pun berkesempatan untuk belajar seperti anak-anak di kota yang fasilitasnya sudah memadai. Beredar juga cerita bahwa, listrik di kecamatan ini sebenarnya sudah ada dari dulu namun masih terkendala ijin penggunaan beberapa lahan hutan untuk bisa dilewati tiang listrik. Ya….untuk sampai ke Kecematan Fatuleu Barat, ada kawasan hutan lindung milik pemerintah. Kawasan tersebut adalah Hutan Gunung Bambu. Walau berstatus dilindungi, namun beberapa hari yang lalu sebagian kawasan ini habis dilahap si jago merah. ulah siapa? entahlah!
…kesemuaanya itu adalah cerita. Bahwa cepat atau lambat, tentu lima desa di kecamatan Fatuleu Barat ini akan segera dialiri listrik dan dihubungkan dengan jaringan internet. Pemerintah punya tanggungjawab untuk segera menjawabi semua. Ketika listrik dan jaringan komunikasi tersedia, proses pembelajaran untuk mencapai Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul untuk memajukan Indonesia akan berjalan secara maksimal.!
berikut potret Fatuleu Barat dari gawai matatimor…




Kecamatan Fatuleu Barat, terdapat 10 SD, 5 SMP, dan 2 SMA. salam pendidikan!
Tonton Aksi Anak-anak Fatuleu Barat di sini https://www.youtube.com/embed/s_M1CS1Jpsk?
jadi? apa boleh buat….Fatuleu itu Berat….he he …..semoga secepatnya ada aliran listrik di Barate. salam!