Konsep Pempelajaran Responsif Gender

PENDIDIKAN16 Dilihat
Oleh Yayuk E. Y. Hardaniari, MT**

1.   PENGERTIAN  

Pembelajaran sekolah berwawasangender adalah suatu proses pembelajaran yang menjamin hak peserta didik laki-laki dan perempuan untuk mengikuti aktivitas belajar yang sama. Dengan indikator kesetaraan gender meliputi akses,partisipasi, tanggung jawab, penggunaan sumber daya dan manfaat pembelajaran yang sama antara peserta didik laki-laki maupun perempuan.    

2.  INTEGRASI KESETARAAN GENDER DALAM CTL/PAIKEM  

Pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) dan pembelajaran aktif inovatif,  kreatif  dan  menyenangkan  (PAIKEM)  memberikan  peluang besar dalam mengintegrasikan kesetaraan gender.  

CTL dan PAIKEM responsif gender adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi yang ada disekitar lingkungan peserta didik dengan mempertimbangkan  kebutuhan,  minat, kecenderungan dan  karakteristik  belajar peserta didik laki-laki dan perempuan yang berbeda akibat konstruksi sosial dan mendorong peserta didik menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, agar keduanya mendapatkan hak-hak yang sama dalam belajar.        

a.  Constructivisme   ·

Guru menfasilitasi peserta didik laki-laki dan perempuan secara sama untuk membangun sendiri pengetahuan/konsep-konsep yang sedang dipelajari melalui tahapan sedikit demi sedikit. ·

Struktur  pengetahuan  dikembangkan  peserta  didik  melalui dua  cara,  yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah ada.

Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru. ·


Mampu mempraktekkan pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan. (Perhatikan pengalaman berbeda antara peserta didik perempuan dengan laki-laki karena konstruksi sosial masyarakatnya)
Melakukan refleksi tentang pengetahuan dan pengalaman dengan memberikan kesempatan yang seimbang antara peserta didik laki-laki dan perempuan agar keduanya mendapatkan manfaat belajar yang sama.    

Baca Juga  Telah Dibuka Registrasi Akun LTMPT berikut cara-caranya

b.  Questioning (bertanya)   

Guru menggunakan strategi bertanya dan mengaktifkan peserta didik untuk bertanya. (Perhatikan perbedaan antusiasme peserta didik laki-laki dan
perempuan untuk advokasi lebih lanjut bagi yang tertinggal).
         

Kegiatan  bertanya  merupakan  basis  inquiry,  yakni  menggali  informasi, mengkorfirmasikan  apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan  perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. (Guru perlu mengakomodir kedua jeniskelamin secara sama).

Fungsi Bertanya

Mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik

Menggali informasi, baik informasi administrasi maupun akademis.

Mengecek pemahaman peserta didik.

Membangkitkan tanggapan peserta didik

Mengetahui sejauh mana keinginan peserta didik

Mengetahui hal-hal apa saja yang diketahui peserta didik

Memfokuskan perhatian peserta didik terhadap sesuatu yang dikehendaki guru

Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan peserta didik, dan

Menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik    


c. Inkuiri  

Guru harus selalu merancang kegiatan  yang membuat peserta didik laki-laki dan perempuan sama-sama dapat menemukan makna pembelajaran. Inkuiri memiliki siklus sebagai berikut :   Observasi, Bertanya, Mengajukan hipotesis atau dugaan, dan Pengumpulan data   openyimpulan      

d. Masyarakat Belajar    ·  

Menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.  Anggota komunitas/masyarakat belajar tidak hanya terbatas pada orang-orang yang berada dalam kelas tetapi juga orang-orang di sekitar sekolah atau di luar sekolah.

Guru disarankan selalu menggunakan pembelajaran kelompok yang anggotanya terlibat aktif dalam bertukar gagasan dan pemecahan masalah bersama (belajar kooperatif).  

Guru dapat melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas. (Perlu diperhatikan keterlibatan secara seimbang antara laki-laki dan perempuan). Peran dan tanggung jawab masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dapat mendukung terwujudnya sekolah yang kondusif dan berkesetaraan gender.  

Baca Juga  Didiklah dengan Kasih | Ini Tujuh Dosa Besar Pendidik

e.  Pemodelan   

Diupayakan terdapat contoh, model, peragaan atau demonstrasi yang dapat memudahkan peserta didik memahami/melakukan konsep.

Pemilihan contoh, model dan lainnya dengan memperhatikan akses dan partisipasi perempuan dan laki-laki agar dapat membantu peserta didik laki-laki maupun perempuan menemukan makna belajar dengan baik.

f.   Penilaian Autentik 

Guru melakukan pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. (Daftar nilai harus dipilah antara peserta didik laki-laki dan perempuan). ·  

Penilaian kesetaraan gender dilakukan secara terintegrasi dalam pembelajaran/selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Data merupakan kegiatan nyata yang ikerjakan peserta  didik pada saat melakukan pembelajaran atau penilaian autentik.

Data pilah peserta didik laki- laki dan perempuan sangat penting untuk mengenali lebih detail kesenjangan gender keduanya dalam belajar.

Kemajuan belajar dinilai dari proses dan hasil.

(Perhatikan perilaku belajar peserta didik perempuan dan laki-laki, jika terjadi kesenjangan yang mencolok perlu dilakukan tindakan affirmasi agar keduanya mendapatkan hasil belajar yang sama).

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan(performansi sikap). Peserta didik perempuan dengan laki-laki bisa jadi berbeda disebabkan perbedaan konstruksi sosial mereka. (Upayakan perubahan menuju kesetaraan antara peserta didik laki-laki dan perempuan) ·   

Penilaian tidak hanya guru, bisa antar peserta didik, atau peseta didik sendiri.

Hasil   penilaian   dapat   digunakan   sebagai   feed   back   atau  umpan balik.

(Kesenjangan gender harus diperhatikan agar perencanaan pembelajaran selanjutnya dapat mengatasi masalah kesenjangan ini).

Bentuk penilaian antara lain berupa proyek/kegiatan/tugas, PR peserta didik, kuis, karya peserta didik, presentasi/penampilan peserta didik/unjuk kerja/ demonstrasi, laporan, jurnal, test, karya tulis.  

Baca Juga  Analisis Keterkaitan KI dan KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran

g.  Refleksi  

Berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir tentang apa yang sudah dilakukuan pada masa lalu.   Refleksi juga merupakan respon terhadap kejadian, kegiatan atau pengetahuan yang baru diterima.

Refleksi ini bagi perserta didik juga dapat direalisasikan dalam bentuk catatan atau jurnal di buku peserta didik, diskusi atau hasil karya. Refleksi ini bermanfaat bagi peserta didik untuk dapat merasakan makna dari pembelajaran yang dialami.

Perhatikan akses dan partisipasi yang sama antara peserta didik laki-laki dan perempuan dalam memberikan refleksi, serta perbedaan yang terjadi dari keduannya.    

3. MANFAAT   PAIKEM   DAN  PEMBELAJARAN  KONSTEKTUAL RESPONSIF GENDER

Manfaat yang diperoleh dari pembelajaran Responsif gender adalah:

a.   Peserta didik laki-laki dan perempuan memperoleh akses, partisipasi, dan manfaat yang sama dalam belajar dengan menghargai perbedaan konstruksi gender mereka dalam masyarakat, kemudian mengubah perbedaan tersebut untuk mencapai hasil belajar keduanya secara maksimal

b.   Terciptanya keadilan gender. Peserta didik laki-laki dan perempuan memperoleh hak-hak dalam belajar secara adil, dan dapat belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c.   Peserta didik laki-laki dan perempuan dapat berbagi pengalaman hidup mereka yang berbeda

d.   Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka sesuai dengan minat dan bakat masing-masing

e.   Menguatkan  peserta  didik  yang  tertinggal  dalam  belajar  karena  hambatan perbedaan gender  sebagai konstruksi sosial budaya.

f.   Peserta  didik  laki-laki  dan  perempuan  memiliki  pilihan peran  yang  beragam dalam kehidupan mereka setelah dewasa

g. Mengintegrasikan kearifan lokal peserta didik laki-laki dan perempuan untuk pembelajaran responsif gender.    

**Penulis adalah Guru Profesional di Kab. Kupang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *