
Pembelajaran sekolah berwawasangender adalah suatu proses pembelajaran yang menjamin hak peserta didik laki-laki dan perempuan untuk mengikuti aktivitas belajar yang sama. Dengan indikator kesetaraan gender meliputi akses,partisipasi, tanggung jawab, penggunaan sumber daya dan manfaat pembelajaran yang sama antara peserta didik laki-laki maupun perempuan.
2. INTEGRASI KESETARAAN GENDER DALAM CTL/PAIKEM
Pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) dan pembelajaran aktif inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM) memberikan peluang besar dalam mengintegrasikan kesetaraan gender.
CTL dan PAIKEM responsif gender adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi yang ada disekitar lingkungan peserta didik dengan mempertimbangkan kebutuhan, minat, kecenderungan dan karakteristik belajar peserta didik laki-laki dan perempuan yang berbeda akibat konstruksi sosial dan mendorong peserta didik menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, agar keduanya mendapatkan hak-hak yang sama dalam belajar.
a. Constructivisme ·
Guru menfasilitasi peserta didik laki-laki dan perempuan secara sama untuk membangun sendiri pengetahuan/konsep-konsep yang sedang dipelajari melalui tahapan sedikit demi sedikit. ·
Struktur pengetahuan dikembangkan peserta didik melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah ada.
Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru. ·
Mampu mempraktekkan pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan. (Perhatikan pengalaman berbeda antara peserta didik perempuan dengan laki-laki karena konstruksi sosial masyarakatnya)
Melakukan refleksi tentang pengetahuan dan pengalaman dengan memberikan kesempatan yang seimbang antara peserta didik laki-laki dan perempuan agar keduanya mendapatkan manfaat belajar yang sama.
b. Questioning (bertanya)
Guru menggunakan strategi bertanya dan mengaktifkan peserta didik untuk bertanya. (Perhatikan perbedaan antusiasme peserta didik laki-laki dan
perempuan untuk advokasi lebih lanjut bagi yang tertinggal).
Kegiatan bertanya merupakan basis inquiry, yakni menggali informasi, mengkorfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. (Guru perlu mengakomodir kedua jeniskelamin secara sama).
Fungsi Bertanya
Mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik
Menggali informasi, baik informasi administrasi maupun akademis.
Mengecek pemahaman peserta didik.
Membangkitkan tanggapan peserta didik
Mengetahui sejauh mana keinginan peserta didik
Mengetahui hal-hal apa saja yang diketahui peserta didik
Memfokuskan perhatian peserta didik terhadap sesuatu yang dikehendaki guru
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan peserta didik, dan
Menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik
c. Inkuiri
Guru harus selalu merancang kegiatan yang membuat peserta didik laki-laki dan perempuan sama-sama dapat menemukan makna pembelajaran. Inkuiri memiliki siklus sebagai berikut : Observasi, Bertanya, Mengajukan hipotesis atau dugaan, dan Pengumpulan data openyimpulan
d. Masyarakat Belajar ·
Menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Anggota komunitas/masyarakat belajar tidak hanya terbatas pada orang-orang yang berada dalam kelas tetapi juga orang-orang di sekitar sekolah atau di luar sekolah.
Guru disarankan selalu menggunakan pembelajaran kelompok yang anggotanya terlibat aktif dalam bertukar gagasan dan pemecahan masalah bersama (belajar kooperatif).
Guru dapat melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas. (Perlu diperhatikan keterlibatan secara seimbang antara laki-laki dan perempuan). Peran dan tanggung jawab masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dapat mendukung terwujudnya sekolah yang kondusif dan berkesetaraan gender.
e. Pemodelan
Diupayakan terdapat contoh, model, peragaan atau demonstrasi yang dapat memudahkan peserta didik memahami/melakukan konsep.
Pemilihan contoh, model dan lainnya dengan memperhatikan akses dan partisipasi perempuan dan laki-laki agar dapat membantu peserta didik laki-laki maupun perempuan menemukan makna belajar dengan baik.
f. Penilaian Autentik
Guru melakukan pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. (Daftar nilai harus dipilah antara peserta didik laki-laki dan perempuan). ·
Penilaian kesetaraan gender dilakukan secara terintegrasi dalam pembelajaran/selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Data merupakan kegiatan nyata yang ikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran atau penilaian autentik.
Data pilah peserta didik laki- laki dan perempuan sangat penting untuk mengenali lebih detail kesenjangan gender keduanya dalam belajar.
Kemajuan belajar dinilai dari proses dan hasil.
(Perhatikan perilaku belajar peserta didik perempuan dan laki-laki, jika terjadi kesenjangan yang mencolok perlu dilakukan tindakan affirmasi agar keduanya mendapatkan hasil belajar yang sama).
Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan(performansi sikap). Peserta didik perempuan dengan laki-laki bisa jadi berbeda disebabkan perbedaan konstruksi sosial mereka. (Upayakan perubahan menuju kesetaraan antara peserta didik laki-laki dan perempuan) ·
Penilaian tidak hanya guru, bisa antar peserta didik, atau peseta didik sendiri.
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai feed back atau umpan balik.
(Kesenjangan gender harus diperhatikan agar perencanaan pembelajaran selanjutnya dapat mengatasi masalah kesenjangan ini).
Bentuk penilaian antara lain berupa proyek/kegiatan/tugas, PR peserta didik, kuis, karya peserta didik, presentasi/penampilan peserta didik/unjuk kerja/ demonstrasi, laporan, jurnal, test, karya tulis.
g. Refleksi
Berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir tentang apa yang sudah dilakukuan pada masa lalu. Refleksi juga merupakan respon terhadap kejadian, kegiatan atau pengetahuan yang baru diterima.
Refleksi ini bagi perserta didik juga dapat direalisasikan dalam bentuk catatan atau jurnal di buku peserta didik, diskusi atau hasil karya. Refleksi ini bermanfaat bagi peserta didik untuk dapat merasakan makna dari pembelajaran yang dialami.
Perhatikan akses dan partisipasi yang sama antara peserta didik laki-laki dan perempuan dalam memberikan refleksi, serta perbedaan yang terjadi dari keduannya.
3. MANFAAT PAIKEM DAN PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL RESPONSIF GENDER
Manfaat yang diperoleh dari pembelajaran Responsif gender adalah:
a. Peserta didik laki-laki dan perempuan memperoleh akses, partisipasi, dan manfaat yang sama dalam belajar dengan menghargai perbedaan konstruksi gender mereka dalam masyarakat, kemudian mengubah perbedaan tersebut untuk mencapai hasil belajar keduanya secara maksimal
b. Terciptanya keadilan gender. Peserta didik laki-laki dan perempuan memperoleh hak-hak dalam belajar secara adil, dan dapat belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Peserta didik laki-laki dan perempuan dapat berbagi pengalaman hidup mereka yang berbeda
d. Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka sesuai dengan minat dan bakat masing-masing
e. Menguatkan peserta didik yang tertinggal dalam belajar karena hambatan perbedaan gender sebagai konstruksi sosial budaya.
f. Peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki pilihan peran yang beragam dalam kehidupan mereka setelah dewasa
g. Mengintegrasikan kearifan lokal peserta didik laki-laki dan perempuan untuk pembelajaran responsif gender.
**Penulis adalah Guru Profesional di Kab. Kupang
Komentar