TUNGGAL HATI SEMINARI – TUNGGAL HATI MARIA
Daftar Isi
Keanggotaan
Anggota THS-THM digolongkan atas:
a. Golongan A : Anggota yang berusia 9-12 tahun.
b. Golongan B : Anggota yang berusia 13-30 tahun atau belum menikah.
c. Golongan C : Anggota yang berusia 30 tahun ke atas atau sudah menikah.
d. Golongan D : Anggota lanjut usia yang berusia 50 tahun ke atas.
e. Golongan E : Anggota Penyandang Cacat.
Jenis Anggota
Anggota THS-THM terdiri dari:
Anggota biasa, adalah orang yang mendaftarkan diri, ikut aktif berlatih, mengikuti pendadaran dan telah dilantik oleh Koordinator Distrik atau pengurus yang lebih tinggi.
Anggota kehormatan, adalah orang yang diangkat dan disahkan oleh Sidang Nasional atas usulan Koordinator Distrik menjadi anggota kehormatan karena jasa-jasanya bagi organisasi.
Syarat, Hak/Kewajiban dan Status
Hal-hal mengenai syarat2 calon anggota dan anggota, hak, perlindungan, bimbingan dan kewajiban anggota serta status keanggotaan dapat dilihat pada sub menu di samping kiri.
Atribut THS-THM
Atribut THS-THM adalah tanda-tanda khusus yang dinyatakan dalam wujud serta bentuk lambang, bendera, seragam, mars, hymne, hormat, salam dan yel-yel.
Lambang
Lambang THS berbentuk perisai merah putih, yang di dalamnya terdapat tangan menyilang dan huruf kapital P berwarna kuning emas di tengah. Di sekeliling perisai terdapat tulisan PENCAK SILAT TUNGGAL HATI SEMINARI warna hitam dengan warna dasar kuning kenari.
Lambang THM berbentuk hati merah-putih yang dibentuk dari untaian Rosario berwarna biru, salib berada di bagian bawah. Di dalamnya terdapat huruf kapital P berwarna kuning emas dan disilang dengan tangan yang memegang setangkai bunga mawar di tangan kiri berwarna putih, dan di tangan kanan berwarna kuning kenari. Di sekeliling hati terdapat tulisan PENCAK SILAT TUNGGAL HATI MARIA warna hitam dengan warna dasar kuning kenari.
Bendera
Bendera THS-THM adalah bendera berlambang THS-THM dan di bawahnya terdapat tulisan PRO PATRIA ET ECCLESIA yang merupakan lambang kehormatan dan kebanggaan.
Seragam
Seragam THS terdiri dari baju warna biru lengan panjang dengan lambang di dada kiri, celana panjang warna hitam dengan strip biru melingkar di bagian ujung bawah, dan sabuk stagen putih polos yang dijahit rapi, dengan tanda tingkat di ujung yang menghadap keluar.
Seragam THM terdiri dari baju warna biru lengan panjang yang berkelepak putih pada kedua bahu dari dada ke punggung dan di dekat ujung lengan baju terdapat strip putih yang melingkar. Pada baju terdapat lambang di dada kiri. Celana panjang warna biru dengan strip putih di dekat ujungnya. Stagen putih polos, dilipat dengan ukuran setengah lebar sabuk THS dan dijahit rapi, dengan tanda tingkat di ujung yang menghadap keluar.
Mars
Mars THS-THM adalah lagu yang menyatakan jati diri dan perjuangan THS-THM dalam bentuk nada, irama, dan lirik / syair lagu.’
Hymne
Hymne THS-THM adalah lagu yang menyatakan kecintaan kepada Organisasi THS-THM dalam bentuk nada, irama, dan lirik / syair lagu.
Hormat
Hormat adalah sikap menghormat di dalam organisasi dengan ketentuan sebagai berikut :
- Berdiri tegak, kaki rapat dengan pandangan lurus ke depan, tangan lurus di samping badan dengan telapak tangan terbuka.
- Kedua tangan lurus diayunkan ke atas samping sampai kedua telapak tangan bertemu rapat di atas kepala bersamaan dengan itu kaki kiri dibuka selebar bahu.
- Kedua tangan diturunkan ke depan dada membentuk sembahan dengan telapak tangan kiri menghadap ke atas sebagai tumpuan tangan kanan; ujung ibu jari dan telunjuk tangan kanan bertemu membentuk lingkaran, ketiga jari yang lain merapat tegak lurus ke atas.
- Pandangan mengikuti gerakan tangan, kepala menunduk kemudian kembali berdiri tegak.
Salam
Salam adalah sapaan antar anggota dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Salam diberikan dengan ucapan “Gloria” sambil tangan kanan membentuk skap hormat dan diletakkan pada dada kiri.
b. Salam dibalas dengan ucapan “Deo Gratias” dan tangan kanan membentuk sikap yang sama
Yel-yel
Yel-yel adalah kalimat-kalimat pendelk yang diucapkan untuk kalangan intern dengan berbagai cara untuk tujuan yang positif, seperti menambah semangat, mempertinggi rasa persaudaraan, menghidupkan suasana pertemuan/pertandingan/perayaan, dan bersenda gurau.
Struktur Kepengurusan
1. Struktur Kepengurusan dalam THS-THM adalah:
a. Koordinator Nasional
b. Koordinator Distrik dibantu oleh Koordinator Wilayah, bila diperlukan
c. Koordinator Ranting dibantu oleh Pengurus Unit Latihan dan Pengurus Basis, bila diperlukan
d. Pengurus Komisariat
2. Koordinator Nasional adalah Pengurus THS-THM di tingkat Nasional
3. Koordinator Distrik adalah Pengurus THS-THM di tingkat Keuskupan
4. Koordinator Wilayah adalah Pengurus THS-THM sebagai bagian dari Koordinator Distrik di tingkat Kevikepan / Dekenat / Regio dalam satu Keuskupan, bila diperlukan.
5. Koordinator Ranting adalah Pengurus THS-THM di tingkat Paroki
6. Pengurus Unit Latihan adalah Pengurus THS-THM di tingkat Stasi atau pusat latihan dalam satu Paroki, sebagai bagian dari Koordinator Ranting, bila diperlukan.
7. Pengurus Basis adalah bagian kelengkapan Pengurus THS-THM di tingkat Paroki, untuk membantu administrasi Ranting, sebagai bagian dari Koordinator Ranting, bila diperlukan.
8. Pengurus Komisariat adalah Pengurus THS-THM dalam suatu Negara di Luar Negeri, yang dapat terdiri dari beberapa beberapa Pengurus Unit Latihan di bawah tanggung jawab Komisi Luar Negeri Koordinator Nasional.
Struktur Pengambilan Keputusan
1. Sidang Nasional
2. Rapat Pimpinan Koordinator Nasional
3. Rapat Kerja Nasional
4. Sidang Distrik
5. Rapat Pimpinan Koordinator Distrik
6. Rapat Kerja Distrik
7. Sidang dan Rapat Kerja Wilayah
8. Rapat Umum Anggota Ranting
9. Rapat Pimpinan Koordinator Ranting
10. Rapat Kerja Ranting
Sejarah THS-THM
Pada tahun 1983, Seminari Menengah Mertoyudan , Magelang, Jawa Tengah, mengundang seorang frater untuk mengajar. Hal tersebut biasa saja, yang agak aneh adalah frater tersebut diminta untuk mengajar pencak silat. Tentu saja seminari sudah memikirkan “Mengapa Pencak Silat ?”. Ternyata dalam “penggodogan” pendidikan calon imam di seminari ditanamkan pula rasa cinta akan tanah air, rasa hormat serta tanggung jawab akan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia tercinta, dan sekaligus mengakar pada iman akan wafat dan kebangkitan-Nya.
Latihan bela diri pencak silat dimulai. Para seminaris yang ikut latihan pertama kali berjumlah 73 orang. Tetapi konyolnya, frater tersebut hanya bisa mengajar bela diri sekali sebulan saja. Secara teoritis tidak mungkin mengajarkan bela diri hanya 2 jam saja dalam 1 bulan. Dilain pihak, sebagai calon imam yang dididik untuk memecahkan persoalan, maka latihan bela diri itupun tetap berjalan walaupun terseok-seok. Apa akibatnya ? Banyak seminaris yang mengundurkan diri, tidak mau lagi mengikuti latihan pencak silat ini.
Memasuki tahun 1984, seminaris yang tetap bertahan mengikuti latihan pencak silat ini tinggal 11 orang. Mulailah diadakan peningkatan latihan beladiri yang lebih berat lagi. Dilaksanakan di Kaliurang, lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, didampingi oleh seorang dokter dan seorang psikolog. Akhirnya latihan tersebut mencapai tahap akhir, berlangsung di pantai Parangtritis, Yogyakarta. Disinilah tercipta jurus-jurus otentik Seminari yang dibuat oleh para seminaris dan frater yang masih muda usia, miskin pengalaman, namun memiliki kebulatan tekad mau berbakti bagi seminari, mau berkorban demi iman dan cinta nan suci pada Ibu Pertiwi. Dari sini muncullah gagasan bersama “Ide menguak masa depan”. Beladiri sebagai sarana kerasulan.
Dewan Pendiri dan Motto Perjuangan
Ide menguak masa depan disepakati. Bela diri akan dijadikan sebagai alat kerasulan. Berdirilah Dewan Pendiri, yaitu suatu dewan yang beranggotakan para perintis dan pendiri serta pemrakarsa bentuk-bentuk idealisme kegiatan THS-THM. Mereka terdiri dari sebelas pria berikut ini :
Rm. M. Hadiwijoyo, Pr. (bebas tugas, Jakarta); Dr. RMS Haripurnomo Kushadiwijaya (Yogyakarta); St. Adi Satriyo Nugroho, SPd. (Timor Timur); YB. Prasetyo Yudono, MSBA. (Jakarta); Brigjen TNI (Purn) Ign. Imam Kuseno Miharjo (Jakarta); Y. Lilik S. Dwijosusanto, SPd. (Yogyakarta); Benediktus Wiharto, SH. (Bandung); Rm. AG. Luhur Prihadi, Pr. (Pematangsiantar); Rm. R. Heru Subyakto, Pr. (Magelang); Drs. Petrus Agus Salim (Jakarta); A. Bambang Wahjudi, SP. (Muntilan)
bersama dengan empat wanita berikut ini :
Dra. MM. Emmy Putraningrum (Yogyakarta); Ibu Imam Kuseno Miharjo (Jakarta); Dra. C. Wahyu Dramastuti (Jakarta); M. Sri Selastiningsih, SE. (Jakarta).
Setiap anggota Dewan Pendiri ditentukan dengan pertimbangan seluruh anggota, dapat keluar atas permintaan sendiri atau dikeluarkan karena tindakan yang jelas bertentangan dengan azas pendirian organisasi Katolik THS-THM ini; seperti terjadi pada mantan anggota Dewan Pendiri : Rm. J. Sandharma Akbar, Pr. (Bogor) yang telah menjalankan kegiatan bertentangan dengan azas pendirian organisasi Katolik THS-THM. Meski demikian nama Romo Akbar ini akan tetap dikenang dan dicatat dalam sejarah THS-THM bahwa pernah menjadi salah satu anggota Dewan Pendiri; kendati saat ini sudah tidak berkarya lagi dalam tubuh organisasi THS-THM.
Sebagian anggota dewan telah terlebih dahulu mempersiapkan kehadiran THS-THM sejak awal 1980-an : Frater Hadiwijaya, Dokter Haripurnomo dan Psikolog Emmy Putraningrum, serta para siswa seminari Mertoyudan yaitu Adi, Heru, Luhur, Lilik, Wiharto, Prasetyo dan Kris serta sejumlah murid seminari Mertoyudan lain. Beberapa individu pernah diperbincangkan untuk menjadi anggota dewan dan tidak diambil keputusan untuk menetapkannya.
Kemudian berkibarlah bendera Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari, dengan motto perjuangannya “Pro Patria et Ecclesia” – Demi Bangsa dan Gereja. Adapun cara melaksanakan perjuangan kerasulannya adalah “Fortiter in Re Suaviter in Modo” – Kokoh prinsip pendiriannya namun luwes lembut cara mencapainya. Dengan kata lain, sikap yang mau ditampakkan yaitu sikap berani, ulet dan rendah hati. Menghadapi kekerasan dan kekasaran – Berani. Bertemu kebaikan dan kehalusan budi – itu yang dicari. Semua tindakan dan kegiatan dipersembahkan hanya untuk kemuliaan kepada Tuhan.
Kedua frater ditahbiskan menjadi Imam, dipilih Tuhan untuk pelayan umatnya. Realisasi ide beladiri Tunggal Hati Seminari dijadikan alat kerasulan atau sarana pastoral menjadi kenyataan dalam wujud tindakan dan kegiatan-kegiatan. Berkat rahmat Tuhan, kegiatan ini berkembang dan mulai diterima oleh sekelompok muda-mudi Katolik St. Fransiskus Xaverius, Tanjung Priok dan Salib Suci, Cilincing; serta direstui oleh Pastor Paroki Karl Albrecht SJ. Angkatan pertama ini berjumlah 39 orang.
Saat para seminaris Mertoyudan liburan, organisasi THS semakin dikembangkan oleh para seminaris sebagai panggilan. Mulailah THS ini berkembang ke paroki-paroki yang lainnya, yaitu paroki St. Alfonsus, Pademangan dan Santa Anna, Duren Sawit. Tidak ketinggalan sekolah-sekolah juga dimasuki, yaitu SMP St. Fransiskus II, Cilincing; SMP Tarakanita I, II, III dan IV. THS dikembangkan oleh beberapa Pastor, beberapa Suster, beberapa Frater, beberapa orang tua, beberapa Seminaris dan sekelompok muda-mudi Katolik yang senang untuk membina anak muda.
Pada tahun 1985, bertepatan dengan ditetapkannya sebagai Tahun Pemuda Internasional, pada tanggal 10 November 1985 yang juga bertepatan dengan hari Pahlawan, diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari. Syukur kepada Tuhan, anggota yang tercatat berjumlah 223 orang.
Sejarah Tunggal Hati Maria (THM)
Awal tahun 1986, puteri-puteri Gereja tidak mau ketinggalan untuk turut serta dalam kegiatan ini. Mereka ada di Paroki St. Fransiskus, Tanjung Priok dan di SMP St. Fransiskus II, Kampung Ambon, yang segera disusul puteri-puteri Paroki St. Anna, Duren Sawit. Pada tanggal 10 November 1986, bertepatan dengan hari Pahlawan dan Hari Ulang Tahun THS yang pertama, diresmikan pulalah Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Maria (THM) oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Departemen Agama RI, Bapak Ignatius Imam Kuseno Miharjo, dan direstui oleh Pastor Paroki Romo Martinus Hadiwijoyo Pr. dan Pastor Purbo Tamtomo Pr. Bertempat di Gereja St. Bonaventura, Pulomas, Jakarta Timur. Jumlah THS-THM sudah tercatat sebanyak 637 orang.
Perkembangan THS-THM
Tuhan bersabda melalui kitab suci, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”. (Yoh. 15:5). Memasuki tahun 1987, jumlah anggota THS-THM sudah mencapai lebih dari 2300 orang yang tersebar di kota-kota Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Wonogiri, Muntilan, Bandung, Lampung dan Banjarmasin. Dan sampai sekarang THS-THM terus berkembang seiring dengan bertambahnya waktu, bahkan sampai keluar negeri.
(Sumber: buku pedoman acara Malam Cinta Tanah Air 10 November 1990, HUT THS-THM)
Organisasi
Nama organisasi ini adalah Tunggal Hati Seminari – Tunggal Hati Maria yang disingkat menjadi THS-THM.
THS didirikan pada hari Pahlawan tanggal 10 November 1985 di Gelanggang Remaja Jakarta Utara. THM didirikan pada tanggal 10 November 1986 di Gereja Katolik Santo Bonaventura, Pulomas, Jakarta.
Pusat Organisasi THS-THM berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia.
Sejarah berisi penjelasan mengenai berdirinya THS-THM. Pokok-pokok organisasi memuat antara lain visi, misi, asas, sifat dan tujuan THS-THM. Struktur menjelaskan hirarki organisasi dan struktur kepengurusan di berbagai tingkat.
Daftar Alamat
Daftar alamat tempat-tempat latihan THS-THM ada di bagian Kontak.
Pokok-pokok Organisasi
Asas
Tunggal Hati Seminari dan Tunggal Hati Maria berasaskan Pancasila dan beriman Katolik
Sifat
Kehidupan dan hubungan dalam THS-THM bersifat kekeluargaaan, persaudaraan, kebersamaan dan kesetiakawanan dengan semangat Katolik.
Visi
Visi THS-THM adalah terciptanya kader Katolik Indonesia yang sejati.
Misi
Misi THS-THM adalah :
1. Memuliakan Tuhan Yesus dan Bunda Maria dengan menjadi garam dan terang dunia
2. Mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia
3. Mengembangkan dan memperkuat komunitas basis di tempat-tempat kegiatan
4. Menjaga dan mengembangkan keberagaman budaya Indonesia
Kemandirian
Organisasi THS-THM dibentuk oleh rohaniwan Katolik dan kaum awam Katolik secara mandiri dengan tidak berafiliasi pada salah satu organisasi politik manapun
Tujuan
Tujuan THS-THM adalah sebagai berikut:
a. membina dan mengembangkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap mental, nilai-nilai dan tingkah laku yang baik sehingga setiap anggota THS-THM menemukan kepribadian/jatidirinya sendiri dalam beriman Katolik.
b. membina dan mengembangkan aspek olahraga, beladiri pencak silat, mental spiritual, kebangsaan, seni budaya dan kesehatan dalam menuju masyarakat yang berbudi pekerti luhur sebagai sarana pembangunan manusia seutuhnya.
Fungsi
THS-THM berfungsi sebagai wadah perjuangan kaum awam Katolik untuk mencapai tujuan organisasi dan pembinaan bagi anggota-anggotanya.
Tugas Pokok
Tugas Pokok THS-THM adalah:
a. mengusahakan agar THS-THM beserta nilai-nilainya dapat menjadi sarana untuk membangun manusia seutuhnya yang berketahanan jasmani dan rohani, mampu membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan gereja.
b. memantau, menampung, menyalurkan serta memperjuangkan terwujudnya aspirasi seluruh jajaran THS-THM.
c. merencanakan dan mengembangkan THS-THM beserta nilai-nilainya untuk meningkatkan kemajuan sosial ekonomi, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. menggali, melestarikan, mengembangkan serta memasyarakatkan kesenian yang berkembang dalam masyarakat Indonesia khususnya Pencak Silat sebagai karya nyata yang memperkaya seni budaya nasional dan sumbangan bagi seni beladiri universal.
Semboyan
Semboyan THS-THM adalah Pro Patria et Ecclesia yang berarti “Untuk Tanah Air dan Gereja”.
Motto
Motto perjuangan THSTHM adalah Fortiter In Re, Suaviter In Modo yang berarti “kokoh kuat dalam prinsip, luwes lembut cara mencapainya”.
Janji Prasetya
Janji Prasetya Anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria berbunyi:
Dengan kemauan sendiri dan itikad baik saya menyatakan: bersedia menjadi anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria dengan segala tanggung jawabnya. Apabila saya melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh organisasi maka saya bersedia dikeluarkan dari organisasi.
Maka saya berjanji:
1. Bersedia menjadi pribadi yang rendah hati
2. Berani menjaga, membela dan mengembangkan nama baik Organisasi
3. Taat dan setia sampai mati bagi Gereja Katolik Roma
4. Bersedia taat dan patuh kepada orang tua
5. Menghayati dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria berkenan memberkati Janji Prasetya saya ini, Amin.
Janji Prasetya ini wajib dikumandangkan oleh semua anggota pada setiap kegiatan THS-THM.
Syarat-Syarat Keanggotaan
Syarat Menjadi Calon Anggota
Syarat mengikuti kegiatan latihan THS-THM atau menjadi calon anggota biasa:
a. mengisi formulir pendaftaran
b. membawa surat ijin dari orang tua / wali bagi calon yan g berusia di bawah 17 tahun
c. membawa Surat Baptis dan melengkapi persyaratan administratif, yang ditetapkan oleh Koordinator Distrik melalui Koordinator Ranting
d. mematuhi peraturan yang sudah ada dan peraturan-peraturan yang kemudian bagi kebaikan organisasi dan anggotanya.
Syarat Menjadi Anggota
Calon anggota dapat menjadi Anggota dengan syarat :
a. Mengikuti latihan rutin secara aktif sesuai dengan jadwal latihan di Ranting / unit latihan khusus antara 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) bulan
Gerak Dasar
Written by Administrator
Tuesday, 12 February 2008
I. BENTUK SIKAP DAN LINTASAN GERAK
SIKAP
merupakan bentuk bangun suatu tampilan dalam keadaan diam (tidak bergerak), yang terletak pada suatu kedudukan (posisi). Dari posisi suatu sikap tubuh dapatlah ditentukan arah dan jarak suatu tujuan (sasaran), dan untuk menentukan arah dan jarak, digunakanlah sisi dari sebuah sikap sebagai latar muka untuk melakukan tidakan pembelaan diri, yaitu sisi kiri atau kanan, sisi depan atau sisi belakang., sisi atas atau bawah, sisi tinggi/ rendah, luar atau dalam..
KENAAN DAN TUMPUAN
1.KENAAN adalah bagian anggota tubuh yang sengaja dibentuk untuk berkontak langsung dengan tubuh lawan supaya cidera.
BENTUK SIKAP DIGUNAKAN UNTUK
Telapak dan jari tangan mengepal. Meninju/ menumbuk.
Telapak dan jari tangan lurus merentang. Menampar/ menepis.
Telapak dan jari tangan membentuk cakar. Mencakar/ Mencengkeram.
Jari telunjuk lurus merentang. Tusukan
2.TUMPUAN adalah bagian permukaan tubuh yang digunakan sebagai latar untuk berpijak, dan terdapat beberapa sudutnya bersesuaian pada saat menekan lantai.Tumpuan yang baik membuat keseimbangan tubuh jadi selaras, dan berguna dalam membentuk sikap atau pada saat melakukan gerak.
Tumpuan merupakan komponen dasar dalam membentuk kuda-kuda, apalagi ujung- ujung jari telapak kaki terarah masuk sedikit kedalam dapat mencengkeram lantai.
Punggung dan bahu juga berfungsi sebagai tumpuan dalam melakukan gulingan (roll),ataupun paha dan betis bagian luar pada saat melakukan sikap kuda-kuda bawah.
KUDA-KUDA DAN PASANG
Kuda-kuda adalah suatu bentuk sikap tubuh yang bersiap sedia menghadapi lawan, dan menjadi
titik tolak dalam melakukan tindakan pembelaan diri : bertahan, menyambut serang ataupun menyerang lawan.Kuda- kuda yang baik ditentukan oleh letak dan bentuk yang tepat, dimulai dari tumpuan (pijakan), lutut, paha dan pinggul/ pinggang.
Kuda- kuda merupakan sikap dasar yang terbentuk dari latihan yang bertahun- tahun, dan yang dilakukan dengan penuh kesabaran dan berulang- ulang.Tujuan yang prinsipil dalam pembentukan kuda- kuda adalah kemantapan (stabilitas), yaitu kemampuan memadukan keseimbangan (balancing) dengan kekuatan / strength.
Struktur kuda-kuda menentukan kecepatan koordinasi tungkai dan mekanisme bertarung, ada gerakan yang pendek dan kuat menghentak, atau gerakan berirama namun tepat dan keras.
Dari pembentukan sikap kuda-kuda inilah timbul pengertian mengenai tujuan dan daya guna gerak berikutnya, kemudian ditemukanlah suatu bentuk sikap yang sangat dikuasai oleh seorang pesilat, dan dapat digunakan begitu saja (otomatis) untuk menghadapi berbagai bentuk serangan, inilah yang disebut Pasang, atau bentuk sikap bebas, yaitu berdasarkan improvisasi pelaku- nya.
A.Pengelompokan Sikap Dasar
Kuda-kuda Tinggi ; – Depan, -Tengah, -Hadap, -Belakang.
Kuda-kuda Rendah ; -Depan, -Tengah, -Hadap, -Belakang.
Kuda-kuda Bawah : -Depan, -Tengah, -Hadap, -Belakang.
Pemberian nama kuda-kuda berdasarkan bentuk sikapnya, pemberian nama : Tinggi, Rendah dan Bawah ditinjau dari letak sikapnya, pemberian nama : Depan, Hadap, Tengah dan Belakang ditinjau dari sisi sikapnya.
GERAK merupakan perubahan bentuk bangun atau perpindahan letak suatu wujud tampilan.
BENTUK SIKAP LINTASAN GERAK FUNGSI SASARAN
Telapak dan jari- jari tangan – Melesat lurus kedepan. Pukulan Depan Wajah.
mengepal dipinggang.
Jari telunjuk merentang lurus. Melesat lurus kedepan Tusukan Mata
Kedua telapak dan jari – jari – Melesat lurus kedepan Sorogompo Dada
tangan mengepal.
GERAK DASAR adalah perpaduan antara bentuk sikap dengan lintasan gerak untuk melakukan tindakan beladiri.Pemberian nama Gerak Dasar oleh organisasi ditinjau dari kegunaan/ fungsi tindakannya, dan diterapkan sebagai materi baku.
B. Pengelompokan Gerak Dasar
1.Hindaran atau mengelak, adalah menjauhkan atau meluputkan diri dari lintasan serang lawan.
Sebagian besar hindaran termasuk dalam Tata Langkah, termasuk juga serangan kaki atau tangkisan oleh kaki, sebab setiap kaki menyerang/ menangkis selalu terjadi langkah.
Tata Langkah adalah cara mengatur langkah untuk menentukan arah dan jarak dari lawan, jarak mempengaruhi kesempatan (waktu) yang ditempuh dalam melakukan tindakan beladiri.
Jenis-jenis Langkah
A. Langkah Manunggal,
mengangkat dan memindahkan satu pijakan kaki ke arah lain
B. Langkah Ganjil, yaitu melangkah dengan meniggalkan tumpuan lama, hinggap dengan satu tumpuan/ pijakan pada 1 titik mata angin di lingkaran imajiner, antara titik mata angin bersudut 45 derajat, yang terdiri dari :
Lgk Gi 1 s/d 12
C. Langkah Ganda, yaitu melompat, meninggalkan tumpuan lama, hinggap dengan dua
pijakan sekaligus pada 1 titik mata angin untuk kaki depan dan diluar lingkaran imajiner untuk kaki belakang, terdiri dari :
Lgk Ga 1 (Rangsek Maju)
5 (Rangsek Mundur)
12
D.Simpir, yaitu setengah melangkah maju atau mundur, kedua kaki jadi bersilang.
Simpir terdiri dari:
Simpir Maju Depan
Simpir Maju Belakang
Simpir Mundur Depan
Simpir Mundur Belakang
Keterangan :
• Berguling (Roll) Maju atau Mundur merupakan cara melakukan perpindahan letak dari dan ke Kuda-kuda Bawah.
2.Tangkisan adalah cara menahan atau mengalihkan serangan lawan (Antisipasi).
Jenis–jenis Tangkisan, terdiri dari:
1.Tangkis Atas
2.Tangkis Atas Luar
3.Tangkis Samping Luar
4.Tangkis Bawah Luar
5.Tangkis Bawah
6.Tangkis Bawah Dalam
7.Tangkis Samping Dalam
8.Tangkis Atas Dalam
9.Silang Bawah
10.Silang Atas
11.Tepis Bawah
12.Tepis Atas
13.Buang Bawah
14.Buang Atas
15.Potong Bawah
16.Potong Atas
Keterangan
• Tepis -mengalihkan serangan lawan dengan cara menampar atau menolak.
• Buang menangkap dan mendorong/ melempar
3. Serangan, adalah menghantam lawan dengan tujuan membuat lawan tidak berdaya.
Balas, adalah menyerang setelah menghindar/ menangkis.
Jenis-jenis serangan,
A.Pukulan, terdiri dari :
1.Belah
2.Belah Luar
3.Tebang
4.Sangga Luar
5.Sangga
6.Sangga Dalam
7.Tebas
8.Belah Dalam
9.Pukulan Maju
10.Sorogompo
11.Sikut Maju
12.Sikut Depan
13.Sikut Samping
14.Sikut Bawah
15.Sikut Belakang
16.Pasu Depan
17.Pasu Samping
B.Tendangan, terdiri dari :
1.Lututan Depan
2.Lututan Samping
3.Tangguhan
4.Tendangan Depan
5.Tendangan Samping
6.Sabitan
7.Tendangan Berganti
8.Trap
9.Gjrosan
10.Kepetan
11.Samplakan
12 Tendangan Balik
13.Paculan Depan
14.Paculan Belakang
15.Pengkalan Maju
16.Pengkalan Mundur
17.Sapuan Atas
18.Sapuan Bawah
19.Gamparan Atas
20.Gamparan Bawah
21.Tendangan Kuda
22.Jlontrotan
23.Cecak an
24.Guntingan
Keterangan :
• Sapuan Atas, berfungsi untuk mengait.
• Cecak an, dan Guntingan berfungsi untuk mengunci.
• Lintasan gerak Gamparan Bawah adalah berputar melingkar (Circle)
• Samplakan,Kepetan,Tangguhan dan Trap dapat digunakan untuk menangkis.
C. JURUS DAN KEMBANGAN
Jurus, adalah perpaduan beberapa gerak dasar yang ditetapkan.
Jurus menunjukkan identitas suatu disiplin seni beladiri, hampir setiap jurus pencaksilat THS-THM terangkai dalam 7 lintasan gerak dasar terikat, dan setiap jurus diberi nama berdasarkan abjad (huruf) Latin, jadi berjumlah 26 jurus.
Dengan merangkai jurus (huruf) menjadi kata atau kalimat, terbentuklah Kembangan Wajib.
Kembangan adalah seni merangkai gerak beladiri pencaksilat. Kembangan Bebas adalah seni merangkai gerak pembelaan diri yang tidak terikat dengan ketentuan, dan dapat juga dirangkai secara bebas dari beberapa gerak dasar.
Kembangan Bebas dapat dilakukan dengan cara :
“ Shadow Fighting”, yaitu dimulai dari membentuk sikap kuda-kuda atau pasang , dilakukanlah pola langkah sambil menerapkan tindakan beladiri (mengelak,menangkis dan menyerang) dalam menghadapi satu atau beberapa lawan yang dibayangkan (visualization)
WINNER VS LOSER
The Winner is always part of the answer
The loser is always part of the problem
The Winner says “Let me do it for you”
The Loser says, “That’s not my job”
The Winner sees an answer for every problem;
The Loser sees a problem in every answer
The Winner goes through a problem;
The Loser goes around a problem and never gets to it.
The Winner says, “It may be difficult but it’s possible”;
The Loser says, “It may be possible, but it’s too difficult”,
The Winner thinks, “I’m good, but not as good as I should or could be.”
The Lose thinks, “I’m not as bad as some of the others”.
The Winner makes commitment;
The Loser makes promises.
The Winner focuses the gain;
The Lose focuses the pain.
The Winner is like a thermostat;
The Loser is like a thermometer.
The Winner makes it happen;
The Loser let it happen.
“Kapan pun kita menghadapi kesulitan, berfokuslah pada solusi daripada berfokus pada masalahnya. Pikirkan dan bicarakan solusi-solusi yang terbaik untuk menghadapi kesulitan tersebut. Jangan buang waktu kita untuk membahas dan mempersoalkan masalahnya. Biasanya, berpikir dan berbicara tentang solusi akan mengarahkan kita secara positif. Sementara itu, berpikir dan membicarakan masalah akan mengarahkan kita pada hal-hal negative dan membuat kita berjumpa dengan kesulitan-kesulitan baru. Dengan cara selalu berfokus pada solusi, maka kita akan menjadi orang yang positif dan konstruktif.”
(-Fight like a Tiger Win like a Champion-)
________________________________________
Bila engkau mengasihi seseorang, engkau TIDAK memberikan segala-galanya untuk dia, engkau hanya memberikan yang TERBAIK saja bagi dia.
Refleksi:
Kita seringkali bila kita mengasihi seseorang kita harus memberikan apapun yang dia minta, bila kita tidak bisa memenuhi permintaannya, maka kita gagal mengasihi dia. Hal tersebut adalah salah, itu bukan tindakan mengasihi, melainkan “Memanjakan”. Bila kita mengasihi seseorang kita hanya memberikan yang terbaik saja bagi dia, meskipun kadangkala yang terbaik itu bisa terasa menyakitkan bagi dia. Seperti seorang ibu yang memberikan obat pahit pada anaknya, obat itu akan membuat sang anak menangis, tetapi obat itu akan menyembuhkan anak itu.
“Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna dan saling membangun”
(Roma 14:19)
mas boleh nanya tidak pendadaran ths thm seperti apa? dimarah-marahin kah atu mungkin dihajar fisiknya ,mentalnya diuji kuat seperti tinggal di hutan tengha malam ,, terimakasih mas hanya ini pertanyaan saya apabila dijawab saya sangat berterimakasih karena dapet menghilangkan masalah saya 🙂
from : newbie
apakah rm. sandharma akbar pr memang sudah ditahbiskan dan boleh mengunjukkan misa? Kalau benar sudah dikeluarkan dr THS-THM kenapa di padepokan yang dia punya masih menggunakan simbol-simbol itu dan memberikan misa segala.
beneran ya bahwa rm. sandharma akbar sudah dikeluarkan dr dewan pendiri. Tapi sekarang dia kok berkarya di padepokan yang juga malahan mengunjukkan misa.Apakah dia sah ditahbiskan dan boleh menunjukkan misa?