Simbolisme Malak-Hetis Masyarakat Timor

BERITA84 Dilihat
Oleh : Ebenhaizer I Nuban Timo

Rabu, 28 Juni 2017 pendeta bertemu dengan 15 orang tua, laki-laki dan perempuan yang merupakan tua-tua masyarakat dusun Bimous – desa Oebesi – kecamatan Amarasi Timur. Seperti biasa percakapan berangsung di bawah pohon asam yang rindang. Usai bincang-bincang tentang perkembangan kiosk sembako yang usianya sudah dua bulan, dengan perputaran uang per hari di atas satu juta rupiah, pendeta mengalihkan percakapan pada pokok lain, yakni tentang  local knowledge dan indigeneous wisdom.Temanya adalah malak-hetis, simbol kepemilikan dalam sistem sosial tradisional di Timor.

Bagi penduduk tradisional pulau Timor Malak-hetis itu ibarat sertifikasi  atau pembubuhan stempel tanda kepemilikan tiap marga atas ternak yang berkeliaran di padang. Stempel yang bernama malak-hetis itu ditaruh di paha dan di telinga ternak peliharaan. Yang di paha namanya malak. Sementara di telinga disebut hetis. Pendeta meminta keluarga Ranboki, Reinati, Bijae dan Ora yang tinggal di Bimous menunjukkan motif malak-hetis marga mereka. Suasana percakapan berubah. Tadinya hanya satu-dua orang yang angkat suara. Tetapi begitu subyek bahasan diganti, semua peserta mulai mengeluarkan pendapat. Marga Ranboki yang pertama berbicara. “Beginilah motif malak marga Ranboki. Nama malak Ranboki adalah Mar-faifnake. Bentuknya seperti dalam gambar No.1.



Dua lingkaran pada gambar No. 1 menunjuk pada dua orang bersaudara. Marga Ranboki di Bimous memiliki leluhur yang terdiri dari dua bersaudara. Lingkaran atas adalah kakak, lingkaran bawah tentulah sang adik. Yang kakak memimpin. Itu sebabnya letaknya di atas. Si adik memberi diri dipimpin yang ditandai dengan posisi lingkaran di bawah. Tapi itu bukan hubungan penguasa dan bawahan, melainkan hubungan kakak-beradik. Hubungan itu ditandai dengan garis vertikal yang menghubungkan kedua lingkaran tadi.
Bentuk potong telinga yang dibuat marga Ranboki di telinga ternak disebut heti knoaba. Bentuknya seperti gambar No. 2 dan No. 3. Karena leluhur Ranboki adalah dua bersaudara maka heti knoabadi telinga ternak memiliki dua ragam. Untuk Ranboki kakak (Ranboki mone) selain heti knoaba juga ditambahkan pembuatan lubang di telinga kiri dan kanan (gambar No. 2). Sedangkan ternak milik Ranboki adik (Ranboki feto) tidak perlu dibuatkan lubang tadi (gambar No. 3).
Giliran marga Bija’e menunjukan malaknya. Bija’e dan Renati adalah dua marga di Bimous tapi sesungguhnya berasal dari satu rahim. Nama malakmereka adalah mar-oni. Oni dalam bahasa meto artinya lebah, madu atau gula. Bentuk stempel tanda kepemilikan mereka adalah seperti ini gambar No. 4.

Sayangnya… tak satu pun dari orang tua yang hadir, baik laki-laki maupun perempuan yang memberi penjelasan mengenai arti dari mar-oni tadi.
Seorang bapak yang sejak tadi ikut aktif berpendapat mengajukan pertanyaan yang membuat suasana hiruk-pikuk tadi berubah senyap. “Pendeta… Bukankah dengan menghidupkan kembali malak-hetis ini pendeta membawa kami kembali ke masa berhala dan agama kafir? Saya bertanya karena saya sebenarnya mencintai hal-hal dalam adat orang Timor, tetapi saya juga mengalami Injil yang Alkitab tunjukkan sebagai berita keselamatan. Saya mau memiliki kedua-duanya: kekayaan budaya orang Timor dan anugerah keselamatan dalam Injil. Tapi dulu waktu mau jadi kristen kami diajarkan untuk buang semua
Baca Juga  Sat Narkoba Polresta Kupang Kota Tangkap Honorer Terkait Kepemilikan Shabu

adat. Itu sebabnya saya tidak lagi ingat arti dari malak-hetis marga kami.”

Pendeta diam sambil melihat ke semua yang hadir. Semua mereka bungkam. Agaknya batin mereka juga menggumuli dilemma serupa. Lalu pendeta mulai berbicara. Malak-hetis marga Ranboki (mar-faifnake) menyimpan pesan cinta-kasih persaudaraan antara kakak dan adik, tanpa menghapuskan perbedaan peran mereka. Kakak adalah yang pertama dan memberikan pimpinan, adik mentaati pimpinan. Persaudaraan menjadi sangat nyata dalam pesan malak-hetis tadi. Apakah pesan itu bertentangan dengan Injil? Para bapak dan ibu diam membisu mendengar penjelasan pendeta.
Sekarang coba bapak dan ibu ingat cerita Alkitab. Dalam Bilangan fasal 2 Tuhan memerintahkan Musa mengatur orang Israel berkemah menurut suku dan marga. Suku Yehuda disebelah timur kemah pertemuan. Mereka berkumpul di keliling panji-panji suku Yehuda. Suku Ruben, Suku Efraim dan suku Dan juga berkumpul di sekeliling panji-panji sukunya. Bapak dan ibu tahu apa panji-panji itu? Pendeta memandang orang-orang tua yang masih saja diam. Menurut pendeta, panji-panji itu tidak lain adalah malak-hetis tiap suku. Malak-hetisadalah simbol identitas suku sekaligus pengikat kesatuan marga dan individua dalam suku itu. Tuhan Allah Israel tidak mengkafirkan malak-hetis suku-suku Israel. Tentu dia juga tidak akan menyuruh orang Timor memusnahkan malak-hetis mereka


Bapak dan ibu tahu bendera negara Israel? Bendera itu bergambar bintang. Lihat gambar No. 5.  Menurut pendeta itu malak-hetis suku Yehuda. Negara Israel modern terbentuk dari satu suku Israel yang masih bertahan, yakni suku Yehuda. Maka dengan sendirinya bintang yang adalah malak-hetis suku Yehuda menjadi simbol identitas dan pengikat keluarga-keluarga Yahudi dalam negara Israel. Percakapan dengan para orang tua di Bimous berlanjut. Pokok bahasannya adalah mengenai perjumpaan antara adat orang Timor dan Injil Yesus Kristus. Ketika pendeta pamit untuk kembali ke Kupang, kira-kira 70 km dari Bimous semua bapak yang bertanya tadi berujar: “Hari ini kami mengajar pendeta dan pendeta juga mengajar kami.”

sumber asli : https://www.academia.edu/33702416/Simbolisme_Malak-Hetis_Masyarakat_Timor.doc

Tinggalkan Balasan