Minggu Paskah || Kemenangan hidup || Intisari Khotbah RD. Ansel Leu

BERITA92 Dilihat

HARI MINGGU PASKAH/B

Kis. 10: 34.37-43;Mzm. 118: 1-2.16ab.17.22-23; R.24; Kol. 3: 1-4; Yoh. 20: 1-9

KEMENGAN HIDUP

Bacaan pertama (Kis. 2: 14.22-32)

Petrus berkotbah kepada orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Agar mereka boleh dibaptis, Petrus menyampaikan empat hal: Yesus adalah seorang manusia yang selalu berbuat baik dan menyebuhkan orang-orang sakit (ay 37-38); Yesus mengubah dunia melalui kekuatan Allah; apa yang dilakukan oleh orang Yahudi terhadap utusan Allah: Mereka membunuh Dia: bagaimana reaksi Allah? Ia membangkitkan-Nya dari kematian. Misi dari murid-murid Kristus ialah menjadi saksi bagi semuanya. Apapun resikonya.

Para Rasul menjadi saksi Kebangkitan Kristus karena mereka hidup bersama-sama dengan Dia, makan dan minum bersama-sama dengan-Nya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita pernah mendengarkan sesuatu tentang Kristus? Menjadi saksi Kristus kita harus mengalami kebangkitan Kristus. Kita harus mengalami tinggal bersama dengan Kristus dan dalam Kristus. Kapan hal itu terjadi? Ketika kita menerima Tubuh dan Darah Kristus. Kapan kita mengalami peristiwa kematian dan kehidupan dalam Kristu? Ketika kita dibaptis. Hidup baru dalam Kristus artinya apa? Artinya kita tidak lagi berlabu di hati kita yang sakit, tetap menekuni kemabukan kita, tetap bermusuhan dengan sesama. Dengan demikian kita sungguh menjadi saksi Kristus yang bangkit.

Baca Juga  Raih Penghargaan Kompolnas Awards 2024 Tipe B, Polsek Tasbar Polres Belu Terbaik se-Indonesia

Bacaan Kedua (Kol. 3:1-4)

Paulus menulis surat kepada orang-orang di Kolose. Ia mengingatkan mereka bahwa pada hari pembatisan mereka lahir untuk hidup baru. Hidup yang dipenuhi di dalam Firman Allah.

Iman akan Yesus Kristus yang bangkit membedakan mereka dengan orang yang tidak percaya kepada Allah. Orang yang percaya mendapatkan keselamatan.

Sering jika seluruh kebutuhan material kita terpenuhi, jika kita mempunyai makanan, tidak lagi menderita, tidak sakit, maka kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri, “Hidup ini untuk apa?”. “Mengapa kita harus mati?” , “Dari mana saya datang” dan “Kemana saya sedang pergi?”

Paulus tidak mengatakan bahwa orang-orang Kristen tidak boleh menghormati barang-barang duniawi. Mereka harus bekerja seperti orang lain. Akan tetapi mereka percaya bahwa hidup ini tidak dapat dipenuhi di dunia ini (ay 2).

Baca Juga  Pupuk Bersubsidi Lolos Ke Timor Leste, Ketua Komisi II DPRD Belu : Ini Tanggung Jawab Bea Cukai

Injil (Yoh. 20: 1-9)

Maria Magdalena datang ke kubur pada dini hari. Ia sendirian menurut Injil Yohanes. Sedangkan Injil Markus mencatat dua nama lagi: Maria ibu Yakobus dan Salome. Setelah melihat kubur kosong ia berlari kembali ke rumah dan sambil berteriak Ia menyampaikan kepada Perus bahwa jenasah Yesus dicuri… bersama dengan murid yang lain mereka berlari menuju makam…namun murid yang lain berlari lebih cepat dari Petrus. Ia tiba duluan di kubur (ay 2-4). Allah telah berintervensi. Ia membuka pintu makam. Ia mengalahkan kematian dengan kebangkitan. Kita diajak pula untuk mengalahkan kematian kita dalam kematian apa saja dan hidup kembali.

Kematian dikalahkan. Ketidakadilan kelihatannya berubah dalam hidup. Kelihatan ada tanda revolusi social dalam maryarakat. Perempuan yang kurang dipercaya dalam masyrakat Yahudi ternyata melalui seorang perempuan Allah mewartakan kehidupan baru yang mengalahkan kematian.

Murid yang tidak dikenal namanya kelihatan dalam awal Injil Yohane dan ini sering diasosiasikan sebagai murid lain dari Petrus. Ia mengikuti Yesus sebelum Petrus menjadi murid Yesus (Yoh. 13: 15-27). Ia tetap bersama dengan Yesus pada saat penderitaan-Nya; sedangkan Petrus mengingkari Yesus (Yoh. 18: 15-27); Ia mengikuti Yesus sampai ke gunung Kalvari; Petrus melarikan diri (Yoh 19: 25-27). Murid yang dikasihi Yesus “melihat dan percaya”, sedangkan Petrsu, dengan melihat hal yang sama, tidak percaya akan kebangkitan (Yoh. 20: 3-10).

Baca Juga  INILAH AKU APA ADANYA

Murid yang tidak ada nama dikonfrontasikan dengan tanda-tanda kematian seperti (kubur, kain lenan, kain penghapus peluh…) ia percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Petrus masih butuh waktu yang lama untuk percaya. Ia butuh tanda lagi. Murid yang tidak disebut namanya, dialah yang pertama-tama melihat Yesus di pantai. Petrus baru mengagumi Yesus yang bangkit sesuduah itu (Yoh. 21:7). Ketika Yesus diundang untuk mengikuti Yesus, Ia tidak berani pergi sendiri, ia menginginkan “murid yang dikasih Yesus” bersama-sama dengannya (Yoh 21: 2-25). Mengapa murid yang dikasihi itu tidak memiliki nama? Pikirannya sederhana saja: Kita semua yang berpengharapan masukkan nama diri kita, dan memiliki iman yang sama kepada Yesus yang bangkit.

Kita mau melihat tanda kematian seperti Petrus atau mau melihat tanda kebangkitan (sebagaimana dibuat oleh murid yang dikasihi Yesus).

Tinggalkan Balasan