Jangan! Cukup Sudah!

OPINI67 Dilihat

Yes. Saya sudah kebingungan. Hingga hari kesekian, belum saya dapat ide untuk kembali mengisi konten di matatimor.com saya ini!. Ada sih, dalam bentuk berita. Akan tetapi ada satu dan dua hal yang membuatku tak bergairah dan mengabaikan saja setiap berita yang ingin saya update di matatimor ini.

Saya mau buka-bukaan tentang satu dan dua hal yang tersebutkan di atas.

penasaran? mari kita mulai!
Ini jaman apa? digital? ya. Digital atau apalah, secara saya bisa saya artikan itu  (digital) sebagai, jaman dimana setiap orang hampir setiap saat terhubung dengan jaringan internet. (supaya mantap silakan dicari di google dengan kata kunci “arti kata digital”

back to the topic…..
Keterhubungan itu baik lewat telepon pintar (smartphone) maupun melalui komputer. Kita tahu bahwa, operator raksasa telepon selular di negeri ini pun, senantiasa meningkatkan kualitas jaringannya, hingga di pelosok pun, ada tertulis angka 4 dan huruf g di bagian atas indikator signal! Ini berarti, tinggal isi pulsa paket data dan silakan membangun hubungan dengan smartphonemu
Anda tau?(tau dong) di saat orang banyak mulai terhubung ke jaringan internet, tidak sedikit permasalahan terjadi di sana. Hoax? apa itu hoax….cari lagi deh di google
Butuh kepiawaian dari setiap kita yang sudah terhubung, untuk dapat mengendalikan keterhubungan itu.
Ada beberapa kepiawaian yang harus dimiliki. 
Saat ini saya fokus pada piawai menulis! 
Mengapa? bila saya, dia, kita, kami atau mereka, atau engkau, harus pandai menulis?
Pandai menulis disini bukan berarti anda harus sepandai tupai melompat! oh maaaf, maksudnya piawai menulis hingga menerbitkan buku. Tidak juga. 
Menulis adalah bagian dari keterampilan berbahasa. (Mendengarkan/Menyimak, Berbicara, Membaca & Menulis).
Menyentuhkan ujung pena ke atas kertas, sudah dikatakan bisa menulis bila itu bagi seorang bocah!
Menulis yang dimaksud disini, haruslah, paling tidak membuat orang lain dapat mengerti, terhibur, dan kalau dapat terdidik.
Kita tak seyogianya memiliki secara mantap keempat kemampuan di atas dengan baik. Cukup bila dibagi pertingkat, maka kita berada saja pada level menengah! Bukankah pemerintah telah mencanangkan pendidikan wajib 9 tahun? (maaf kalau salah)
Seperti apa begitu? seperti saya begini!…kan sukanya banyak bicara, sehingga terkadang saya berpikir setelah mengobrol dengan teman, kalau-kalau saya ini pembual, tukang carita tinggi orang Kupang bilang!, but i know, it’s life! no body’s perfect. senantiasa jatuh dalam kekhilafan. it’s me!
Tulisan saya di atas yang dicampur baur dengan bahasa asing, bila sepintas seperti seorang yang gaul, keren, hebat, pintar, smart, suka menabung, dan seterusnya. Akan tetapi, sesungguhnya hal tersebut justeru sebagai sebuah bentuk pelecehan terhadap Bahasa Indonesia, yang adalah warisan luhur para pendahulu kita!.
Ada begitu banyak bentuk-bentuk pelecehan dan kekerasan terhadap bahasa Indonesia. (apa perlu saya beberkan?, ah tidak usah?
Amat disayangkan, tidak saja anak sekolahan yang baru atau sementara membekali dirinya dengan kemampuan berbahasa di bangku pendidikan. Bahkan sekelas penggiat media pun, ikut-ikutan–entah sadar atau tidak, turut menurunkan martabat BAHASA INDONESIA.
kalau tidak suka “silahkan” “di abaikan” saja. toh itu “sekedar” tulisan biasa saja kok

mestinya : Silakan, diabaikan, sekadar
Hal sederhana yang saya, kita, mereka, anda, kamu sebagai penutur dan pemilik Bahasa Indonesia, harus tidak salah adalah penempatan partikel “di” dalam menulis. Hal tersebut kalau dalam kelisanan, tentu tidak dipersoalkan, namun akan kentara kebodohan ketika seorang menulis tanpa tahu penempatan “di” sebagai kata depan dan “di” sebagai penunjuk tempat!
berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar itu wajib hukumnya bagi setiap warga negara Indonesia!

Jadi tulisan panjang lebar saya di atas sesungguhnya hanya ingin mengajak kita sekalian yang sempat memeleki tulisan sederhana saya ini, untuk lebih jeli, menggunakan Bahasa Indonesia! jangan selalu bilang, ko kitong bukan Guru Bahasa Indonesia na!.
Jangan selalu bersembunyi di balik alasan konyol untuk membenarkan diri, lalu anda terus-terusan melecehkan Bahasa Indonesia!
Jangan oh jangan! bukankah Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebuah kewajiban, atau kerennya bersifat interdisipliner? Wajib diajarkan di berbagai jurusan di bidang pendidikan? 
Sekali lagi jangan oh jangan kau lecehkan Bahasa Indonesia dengan KEBODOHANmu! perkayalah dirimu agar jangan kau jatuhkan martabat Bahasa Indonesia yang sudah diikrarkan oleh para pendahulu kita dalam Sumpah Pemuda!
mari, berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bila keliru, usahakan segera diperbaiki dengan banyak membaca!
coba cari buku dengan judul Komposisi Bahasa Indonesia, milik Goris Keraf!
Penulis juga mohon maaf, kalau sering masih salah dalam menggunakan Bahasa Indonesia.
Junjung tinggi Bahasa Indonesia, Berbahasa Satu Bahasa Indonesia! 
Baca Juga  Peran Serta Masyarakat dalam Implementasi MBS Responsif Gender

Tinggalkan Balasan

0 komentar