(Oleh Vincentia J.S.Koy,S.Pd,MPH)**
A. PENDAHULUAN
Ibarat sebuah permata, harta karun yang tersimpan lima belas tahun lamanya, tidak ada perasaan lain selain menikmati kehidupan sehari-hari dengan keadaan apa adanya. Pagi itu seperti biasa menjadi kewajiban siswa yang ditunjuk untuk mewakili kelasnya mengikuti upacara bendera memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 73 tahun. Seakan tak ada waktu lagi untuk berbincang tentang sanak saudara yang terpencar saat konflik politik itu terjadi.
Dengan berseragam putih biru siaga tanpa alas perut, menelusuri jalan yang mulus dibuat pada zaman milenia, menuju lapangan tempat dimana dilaksanakan upacara bendera. Yang dia tahu bahwa itu kewajiban, yang dia tahu dia harus cepat sampai ditempat dimana orang beramai-ramai berkumpul itu.
Laut biru dan ombak yang tak henti –hentinya berderu dan langitpun membiru sedikit berkabut tak mampu membuat si kecil beranalisa bahwa waktu yang indah itu akan datang kepadanya, ya andaikata si kecil pemberani itu kalkulasikan hidup dan matinya pasti dia tidak akan mau melakukan aksi heroik yang spektakuler itu.
Peristiwa heroik si kecil Jhoni Kala, memajad tiang bendera pada upacaya pengibaran bendera merah putih menjadi viral di media sosial, mutiara dari desa silawan itu telah menyelamatkan bendera merah putih yang hampir pasti tidak dapat dikibarkan menjadi dikibarkan ditapal batas NKI-RDTL. Si kecil tanpa gentar maju dan memanjad tiang bendera itu mengambil dan menyerahkan tali ikatan yang putus saat bendera siap dikibarkan. Detak kabum, tangis haru ketika si penyelamat berhasil mengangkat muka bangsa ini dan kita semua. Patriot kecil itu telah lahir dan menggugah semua orang Indonesia disaat bangsa sedang diuji kemajemukannya diatas landasan Kebhinekaan. Melakukan aksi sederhana untuk bangsa ini.
B.BUDAYA LIKURAI BETELALENOK MEMBAHANA
Saya perna menulis dalam artikel saya dengan judul “KEKAGUMAN PERTAMAKU DI GUMPALAN AWAN “ tanggal 17 Mei 2017, terlintas dan tergoda oleh ceritra indahnya alam fulan fehan yang begitu mempesona seantero dunia dan entah berapa banyak orang yang membaca terkait indahnya fulan fehan melalui secuit kata GODAAN FULAN FEHAN pada majalah Lionmag tulisan Valentino Luis. Sungguh – sungguh menggoda kekhasan safana berisi kaktus dan puluhan kuda yang beronda ria di alam luas diselimuti awan yang membawa angin dingin menusuk tulang-tulang bagai berada dikutup utara. Ya Fulan Fehan itu ada dan bagai betelalenok yang sedang memoles wajahnya dan elok rupawan.
Polesan pertama dan spektakuler yang dibuat adalah festifal fulan fehan, dengan bidu dan tebe likurai membangkitkan semua komponen orang belu untuk bersorak sorai menyambut sang biduwan/I yang meliuk-liukan tubuhnya dengan alunan puisi selamat datang wahai betelalenok orang belu keluarlah dari tidur panjangmu dan membahanakan likuraimu tuk memuji TUHAN sang pemberi alam seindah ini, tanah ini untukmu.
Entah sudah berapa ribu orang yang menaiki pesawat group lion air, membaca dan tergoda indahnya FULAN FEHAN dengan kawasan kuda yang menumpuk bebas ditemani tumbuhan kaktus menambah gemas perasaan ini tergoda dan lahirlah kekaguman untuknya. Entah berapa kali aku mengucapkan kata kagum dan bangga dengan eksotis alamnya.
Yang menarik dari tulisan bung Valentino Luis adalah ungkapan si Andrian ; warna kuda bervariasi putih, hitam, coklat, belang-belang, tubuh kecil dengan jumlah yang semakin susut. Hal ini disebabkan karena pergeseran ekonomi. Nilai jual kuda menurun karena kuda tidak menjadi sarana transportasi seperti zaman dulu, tidak ada ribuan adat seperti di Sumba dan Flores. Ada kekuatiran suatu saat nanti mungkin rumput FULAN FEHAN akan kehilangan kuda untuk selamanya.
Perlu ada ide kreatif untuk mempertahankan keunikan FULAN FEHAN karena sudah didukung oleh benteng Makes dan air terjun Mau Halek, jika tidak maka FULAN FEHAN tak lagi menggoda seperti sekarang. Kita sedang memulai promosi, jadi haruslah menjadi optimis bagi kita bahwa suatu saat keindahan FULAN FEHAN tetap tergoda untuk wisatawan lokal dan mancanegara.
Fulan fehan tetap menggoda semua orang, penggunungan pada tapal batas Indonesia – RDTL dengan hamparan padang rumput seakan sangat bersahabat dengan kawanan kuda liar dan sebuah benteng mistik tersembunyi dibalik gumpalan kabut nan menawan. Kebanggaan mengalir bagai meteor terjatuh di bukit savana yang ikut menggoda seantero dunia, kitapun mendapat sinar terang dan terbius oleh kemolekan sang fulan fehan saat ini. Biarkan benteng tujuh lapis menjadi tempat membentengi keaslian betelalenok fulan fehan dan mari merawatnya tempat wisata air terjun mau halek untuk menjernihkan hati dan menjadi garda terdepan untuk Kabupaten Belu dan NKRI.
BUDAYA DAN PATRIOTISME TAPAL BATAS MEMBAHANA(lanjutan)
C. PATRIOTISME LAHIR DARI LINTAS BATAS NKRI-RDTL
Ketika itu matahari diselimuti awan pagi bagai butiran emas memancarkan cahaya kemilau menggugah hati setiap insan yang ada di batas negara RI-RDTL. Pagi itu adalah hari yang dinantikan setelah sekian minggu dimeriahkan dengan even-even pertandingan olahraga menyambut perayaan hari besar nasional yaitu hari ulang tahun kemerdekaan negara republik Indonesia. Terlihat orang-orang mulai berbaris rapih tanda dimulainya upacara kenegaraan akan segera dimulai. Berbaris dikomando rapih dan terdiam hening hikmah mengenang perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan Negara Republik Indonesia dalam suasana hari ulang tahun kemerdekaan negara Indonesia yang ke 73 tahun.
Berseragam putih,berdasi, berbaris dan bersuara lantang maju seretak dan detakan sepatu mereka terdengar bunyi nyaring, seakan membawa jiwa dan raga terpatri bersama untuk membela negara. Satu persatu berbaris dengan rapih maju berjajar membentuk barisan ketika protocol/mc membacakan pengibaran bendera dimulai. Itulah gerakan pasukan pengibar bendera pusaka yang biasa disebut PASKIBRAKA.
Paskibraka adalah pasukan pengibaran bendera pusaka yang nota bene menjadi orang-orang pilihan boleh dikata orang-orang terbaik yang dipilih untuk dilatih secara fisik dan mental dapat menjalankan tugas sebagai pengibar bendera merah putih saat upacara nasional. Momen upacara seperti ini menjadi sangat penting nilainya antara lain sebagai harga diri dan martabat bangsa olehnya menjadi paskibraka merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka sebagai pelaksana utama.
Seorang paskibraka harus berjiwa patriot dan mengerti betul tentang perjuangan para pahlawan dan mereka dilatih semimiliter. Dari generasi ke generasi estafet paskibraka, sudah menjadi tardisi yang kuat untuk dilaksanakan secara baik dengan persiapan teknis maupun fisik. Bukan hal baru dimana setiap tahun dilaksanakan persiapan sebulan lamanya, itu artinya bahwa harapan semua orang saat pelaksanaan pengibaran bendera merah putih tidak terjadi hal-hal yang diinginkan, baik kepada orangnya maupun sarananya dalam keadaan siap 100%.
Berbeda momen, tahun ini kemeriahan HUT kemerdekaan RI menjadi sangat terasa dimana upacara bendera di Lokasi Pos Lintas Batas Negara RI-RDTL Desa Silawan sebagai inspektur upacara bapak wakil bupati Belu J.T.Ose Luan dan dihadiri juga oleh utusan staf kementerian dalam negeri, TNI/POLRI, Aparatus sipil negara instansi vertikal, camat Tasifeto Timur dan jajarannya, Kepala Desa dan jajarannya dan seluruh masyarakat Tasifeto Timur yang berada di lintas batas Motaain.
Secara geneologis suku-suku daratan Timor masih satu keturunan. Hubungan persaudaraan dari masyarakat membuktikan bahwa persaudaraan baik budaya dan kultur masyarakat lintas batas adalah warga serumpun yang berbeda tempat tinggal dan berbeda warga negara tetapi mereka adalah saudara serumpun baik yang tinggal di Kabupaten Belu negara Indonesia maupun yang tinggal di Fatugade negara Timor Leste. Walaupun berbeda pandangan politik tetapi persaudaraan tidak bisa dipisahkan secara rumpun keluarga yang lahir dari satu rahim.
Atas dasar itulah maka istimewanya upacara bendera di lintas batas adalah lebih kepada menggugah nurani anak bangsa untuk mencintai tanah airnya dan termotivasi jiwa patrionalisme bela negara disaat patrionalisme individu anak bangsa semakin menurun.
Semua tidak menyangkah bahwa pada hari detik-detik pengibaran bendera itu akan terjadi kecelakaan kecil, tetapi kecelakaan itu terjadi entah karena yakin dan percaya diri bahwa tali bendera akan terikat kuat dan pada posisi aman, ataukah ada kelalaian disana yang tanpa kontrol yang ade kuat sehingga saat pengibaran bendera tali kaitan bendera putus dan bendera merah putih nyaris tidak dikibarkan.
Disaat yang genting datang si dewa penyelamat dengan gagah dan perkasa memanjad tiang bendera bagai memanjad pohon pinang mengambil tali penghubung yang putus dan menurunkan tanpa mengalami kendala apapun dan dengan sigap paskibraka dengan pengamanan pihak TNI/POLRI mengambil tali bendera dan menaikan bendera merah putih dengan sikap sempurna.
Kamu mutiara yang tidak dikenal sebelumnya, kamu pahlawan zaman ini, kamu menjadi terkenal karena aksi heroikmu disaat perutmu dalam keadaan kosong dan sakit. Saya sendiri berpikir jika tidak terlahir di tapal batas ini dengan jiwa patritisme yang kuat dalam kondisi seperti dirimu sudah pasti tak kuat memanjad tiang bendera konon ceritra 15 meter itu. Kamu berhasil menyelamatkan mereka yang sebulan penuh dilatih untuk menerima amanat ini. Jiwa patriotmu patut diapresiasi oleh kami semua. Karena kamu bendera merah putih tetap berkibar di tapal batas NKRI – RDTL.
Jadilah lentera bagi keluarga, warga eks Timor-Timur dan motivator cinta tanah air biarkan dunia tahu kamu bhwa kamu benar-benar murni lahir dari tapal batas Motaian Desa silawan Kabupaten Belu Indonesia – RDTL. Terima kasih pahlawan dan anak negara Tahun 2018 teruslah rendah hati, kamu pahlawan baru untuk rai Belu. Kamu dikenal seluruh dunia dan kabupaten belu selangkah lebih maju. . Salut dan bangga pada dirimu Jhoni Kala.
Tentang Penulis
Vincentia J. S Koy, S.Pd, M.Ph, berdomisili di Atambua – Kab. Belu – NTT, ASN di Pemkab Belu,
Pernah menjadi Dosen di Akper Belu (2004-2006, Bertugas di Bapeda Belu (2009 – 2015), Dinas Kependudukan dan Keluarga Berencana Kab. Belu (2016-2017), dan Dinas Ketahanan Pangan Kab. Belu (2018)
sukses selalu matatimor
halow.. matatimor