Setiap Bahasa di dunia memiliki karakteristik sendiri – sendiri. Sama halnya dengan bahasa Meto’ (Uab Meto’) khususnya Dialek Amanuban, yaitu bahasa ibu (mother tongue) dari penulis sendiri.
Sejauh ini bahasa didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut:
( Webster’s New International Dictionary of the English Language 1934 : 1390 )
Afiksasi menurut Nida (1967 : 17) adalah pembentukan kata dengan menambahkan bunyi pada komponen utama atau kata dasar, baik itu di awal kata, di tengah, maupun di akhir kata.
Tarigan (1987 : 20) mendukung pendapat dari Nida (1967) di atas dengan membagi afiksasi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Awalan (Prefiks): Pelekatan bunyi pada awal sebuah kata dasar untuk membentuk kata baru
Contoh dalam bahasa Indonesia:
– me + nyanyi =menyanyi
– di + makan =diminum
– ber + jalan =berjalan
– ter + bawa =terbawa
– pe + ramal =peramal
– dll
2. Akhiran (Suffiks) Pelekatan bunyi di akhir dari sebuah kata dasar untuk membentuk kata baru
Contoh :
– mashur + kan =mashurkan
– peluk + an =pelukan
– ikut + i = ikuti
– derma + wan = dermawan
3. Sisipan (Infiks) : Pewnyisipan bunyi ditengah sebuah kata dasar, untuk membentuk kata baru. Namun dalam bahasa Meto’ khususnya dialek Amanuban, tidak ada sisipan (infiks
II. Afiksasi Dialek Amanuban dalam Bahasa Meto’
III. Jenis – Jenis Afiksasi Dalam Dialek Amanuban –Bahasa Meto’
alek Amanuban, pada umumnya sama dengan proses afiksasi dalam bahasa lain khususnya dalam bahasa Inggris, yang pahami oleh penulis. Dalam proses afiksasi, dialek Amanuban pun mengenal dua jenis proses perubahan kata yang dipengaruhai oleh afiksasi.
1. Afiksasi Infleksional
Contoh 1. : – book + s = books / buku – buku
– student + s = mahasiswa /mahasiswa-mahasiswa
– house + es = houses / rumah – rumah
– bus + es = buses / bis – bis
-dll
Contoh 2: – sit + s = sits / dia duduk
– eat + s = eats / dia makan
– go + es = goes / dia pergi
– study + es = studies /dia belajar
– dll
Dalam bahasa Meto’ khususnya dialek Amanuban, proses perubahan kata jenis
infleksional
lebih banyak dipengaruhi oleh subyek yang diikutinya. Kasus ini lebih mirip kausastif. Bentuk dasar dimana morfem terikat dilekatkan pada umumnya adalah kata kerja (verba) dan kata sifat (adjektiva). Contoh – contoh berikut ini adalah pelekatan prefiks pada bentuk dasar yang dipengaruhi oleh subyek:
Dalam contoh – contoh di atas, penulis senagaja memisahkan cara penambahan afiks yang dipengaruhi oleh subyek yang diikutinya. Namun, tidak dapat dijelaskan mengapa beberapa bentuk dasar lain menggunakan bunyi yang dipengaruhi oleh subyek yang diikutinya, misalnya –u, -m, -n, -t, dan sebagian yang lain mendapatkan tekananan glottis yang memang masih dipengaruhi oleh subyek yang diikutinya
Sedangkan penambahan bunyi – s/-es dalam bahasa Inggris untuk menunjukan jumalah tidak dikenal dalam bahasa Meto’ khususnya dialek Amanuban. Untuk menunjukan jumlah dalam bahasa Meto’ khususny dialek Amanuban justru menambahkan sufiks –nu, -na, -ini.
Tabel berikut menunjukan proses distribusi penggunaan morfem – morfem terikat diatas
Perubahan dari bentuk tunggal menjadi bentuk jamak dalam dialek Amanuban juga mengalamai proses metatesis seperti yang dikatakan oleh Karus Margaretha dkk (1999:12) dalam penelitian mereka tentang Morfologi Bahasa Dawan. Perubahan tersebut terjadi bila kata nomina tunggal dijadikan nomina jamak. Hal yang sama terjadi juga pada kata nomina yang akan digabungkan dengan adjektiva. Misalnya, ume (rumah) + ana (kecil) akan menjadi uim ana
Selain itu, penambahan bunyi –b pada kata kerja yang menunjukan tindakan yang dilakukan oleh subyek yang menyebabkan orang lain mengalami keadaan yang disebabkannya Contoh – contoh dalam tabel berikut dapat menjelaskannya:
2. Afiksasi Derivasional
Penambahan morfem terikat pada bentuk dasar yangmengubah kelas kata atau yang dikenal dengan derivasional. (Mathew 1974). Proses perubahan kata pada bagian ini adalah penambahan bunyi pada bentuk dasar yang kemudian merubah kelas kata bentuk dasar tadi menjadi kelas kata lain, misalnya, bentuk dasar verbasetelah dilekati dengan bunyi atau morfem terikat tertentu, kemudian menjadi nominal, atau bentuk dasar adjektiva, setelah dilekati dengan bunyi atau morfem terikat tertentu, kemudian berubah menjadi nominal, dll
Contoh :
A. Awalan (Prefiks)
1. Awalan (Prefiks) [a]
Jenis awalan (prefiks) ini memiliki dua fungsi. Yang pertama untuk mengubah kata kerja (kk) menjadi kata benda (kb), dan yang kedua untuk mengubah kata sifat (ks) menjadi kata benda (kb)
Tabel berikut menunjukan contoh – contoh yang mendukung pernyataan tersebut :
Contoh – contoh kata bentukan dalam table di atas menunjukan bahwa kata kata bentuk dasar tidak hanya mendapatkan penambahan afiks tetapi juga sufiks yang pada dasarnya bukan disengaja, tetapi memang hal tersebut adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Mengenai sufiks akan dibahas dalam bagian lain
2. Awalan (prefiks) [ma-]
Prefiks ini {ma-}memiliki tiga fungsi. Fungsi yang pertama adalah untuk merubah kata kerja menjadi kata benda. Fungsi yang kedua adalah untuk menunjukan kepemilikan, dan fungsi yang
ketiga adalah untuk menunjukan perbuatan yang sama yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dan saling mengenai satu sama lain
2. Awalan / Prefiks {aka’}
Prefiks ini menunjukan pekerjaan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dan saling mengenai pekerjaan tersebut
Contoh:
4. Awalan / Prefiks {ha-}
Prefiks ini berfungsi untuk merubah kata sifat atau ajektiva menjadi kata kerja atau verba.
Contoh :
B. Akhiran / Sufiks
1. Akhiran / Sufiks {-en}
Akhiran atau sufiks ini dielkatkan pada beberapa jenis kelas kata yang pada dasarnya menunjukan ‘sudah’.
a). Bila dilekatkan pada akhir kata kerja atau verba maka akan menunjukan bahwa pekerjaan tersebut sudah berlalu / sudah dilaksanakan. Dalam bahasa Inggris pola ini dikenal dengan kata kerja bentuk kedua. Bedanya adalah dalam bahasa Meto’ khususnya dialek Amanuban, waktu tidak menjadi penekanan
Contuh:
b). Bila dilekatkan bersamaan dengan awalan atau prefiks ma-, maka akan menunjukan pasif dansudah berlalu / sudah dilakukan
Contoh:
c). Bila dilekatkan di belakang kata ganti atau pronominal untuk mempertegas bahwa orang dimaksud sendirilah yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut
Contoh:
d). Bila dilekatkan dibelakang angka untuk menunjukan bahwa penjumlahan sudah mencapai angka tersebut
Contoh:
e). Bila dilekatkan pada kata sifat atau ajektiva, maka akan menunjukan ‘sesuatu telah berubah menjadi wujud lain
Contoh:
ekatkan dibelakang kata sifat atau ajekativa
C. Akhiran atau sufiks {-t / at} dan {-s / as}
Kedua akhiran atau sufiks ini memiliki fungsi yang sama. Itulah sebabnya dibahas dalam bagian yang sama. Proses pembentukan afiksasi jenis ini ada dua cara yaitu, penambahan sufiks {-t / -at ) dan penambahan {-s / as}. Perlu dicatat bahwa tidak ada alasan tertentu yang menjadi syarat dalam pembentukan kedua sufiks ini sebagai pembeda. Hanya penutur asli saja yang mengetahuinya. Fungsi – fungsinya adalah sbb:
a). untuk merubah kata kerja atau verbamenjadi kata benda atau nomina.
Contoh:
b). untuk merubah kata sifat atau ajektivamenjadi kata benda atau nomina
Contoh :
D. Akhiran atau Sufiks {-ah}
Akhiran atau sufiks ini berfungsi untuk menunjukan merubah kata kerja menjadi kata keterangan. Sufiks – ah lebih berarti ‘itu saja, tidak lebih’. Sufiks ini pun masih dipengaruhi oleh subyek, karena bentukan dengan pelekatan sufiks ini menunjukan sejauh mana sang subyek melakukan pekerjaan tersebut
Contoh:
IV. Penutup
A. Kesimpulan
Sebagai penutup tulisan sederhana ini penulis mengemukakan beberapa simpulan sehunbungan dengan proses pembentukan afiksasi dalam bahasa Dawan Khususnya Dialek Amanuban:
2. Proses pembentukan afikasasi dalam bahasa Dawan hampir sama dengan bahasa Indonesia
3. Banyak temuan yang menunjukan bahwa penambahan afiksasi pada setiap bentuk dasar sangat bervariasi. Kata – kata dalam kelas kata yang sama dapat saja mengalami proses pembentukan afiksasi yang dengan cara yang berbeda walaupun sama fungsinya. Atau sebaliknya, prosesnya sama tetapi fungsinya berbeda
4. Ada pula temuan yang menyerupai infiks tetapi tidak memenuhi criteria infiks yang ada dalam sumber – sumber Linguistik
B. Saran
1. Data yang dipaparkan dalam tulisan ini bukanlah merupakan hasil penelitian yang intensif.
2. Semua yang dipaparkan hanya berdasarkan pengetahuan penulis sebagai penutur asli Uab Meto’ atau bahasa Meto’
3. Bila ingin mendapatkan data yang cukup dan valid, seharusnya penulis diberi waktu yang cukup
Adrian, A, (1986), An Introduction to Language and Communication. Cambrodge University Press
Brown D, (1987), Principles of Language Learning and Teaching, 2ndEdition . Prentice Hall Inc.
Echols J and Sadily H (1975) Kamus Inggris – Indonesia CornellUniversity Press
Hornby A. S. (1974) Oxford advance Dictionary of Current English. Cambridge University Press
Karus M. et al, (1999) Laporan Hasil Penlitian Morfology Bahasa Dawan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, P dan K. NTT
Nida E, (1976) Morphology, the descriptive Analysis of Words, 2 ndEdition, Michigan University Press
Sanga F (1989) Perbandingan Struktur Bahasa Indonesia dan Bahasa Dawan. Penerbit Undana
Tarigan G. H (1975) Morphology. Penerbit Universitas Indonesia – Jakarta
Wardough R, (1972) Intruduction to Linguistics MC Grap Hill Book Company
artikel asli : http://aukuansoe.blogspot.com